5

307 24 27
                                    

Satu semester kemudian...

Taehyung menggenggam erat tangan Seokjin yang duduk di sebelahnya di sudut Starbucks sambil menyedot Strawberry Choux-nya lambat-lambat. Kali ini mereka di Starbucks dekat kampus yang sekarang ramai dengan mahasiswa yang hangout di hari terakhir ujian akhir semester mereka. Seokjin tak suka keramaian, dan Taehyung tak suka hangout di tempat yang barista-nya jelas-jelas naksir Seokjin—Ken, teman seangkatan Seokjin yang sedari tadi tanpa alasan mondar-mandir depan mereka.

Mereka menghela nafas bersamaan.

"Kalau tidak demi Soobin, aku tak mau lama-lama di sini, babe." kata Seokjin gerah, "Lihat! Tempat ini penuh sekali."

Taehyung mempererat genggamannya, "Dan lihat, Ken-hyung kesini lagi. Ngapain sih dia bolak-balik melihat tempat sampah? Dan jendela sebelah Hyungi masih bersih, kenapa dia bersihkan lagi?"

Seokjin meraih tangan Taehyung dan memainkan jari-jarinya yang berkuku cantik.

"Kita tunggu lima menit lagi. Kalau dia tidak datang juga, kita pulang." Ujar Seokjin.

Untungnya, Soobin datang dengan cengiran lebar yang membuat cewek-cewek di meja sebelah beteriak tertahan. Soobin sudah makin jangkung sekarang dan hampir melewati Seokjin, dan jauh lebih tampan dengan wajahnya yang makin terlihat dewasa.

"Kamu darimana saja?!" tanya Seokjin sebal, "Kami sudah satu jam di sini, Soobin-ah."

"Maaf.. maaf.." Soobin memeluk Taehyung dan Seokjin, dan kemudian duduk di hadapan mereka berdua, "Arin-noona tadi mengajakku 'bicara' sebentar, Hyung. Aku tak enak mau meninggalkannya."

"Bicara?" tanya Taehyung jahil, "Apa yang kalian bicarakan?"

Soobin tersenyum, lesung pipinya membuatnya makin imut, "Membicarakan apakah hubungan kami akan lebih serius."

"Ooooh....!!" teriak Seokjin dan Taehyung.

"Lalu, kamu mau?" tanya Seokjin bersemangat.

Soobin berpikir keras, sambil menyedot matcha-nya "Tapi kemarin Yeonjun-hyung juga menanyakaiku hal yang sama. Masa aku harus menerima keduanya?"

"Heeeey!" sergah Taehyung dan Seokjin.

Mereka bertiga tertawa terbahak. Soobin mengedikkan bahu, memandang keluar jendela.

"Entahlah, Hyung. Aku menyukai dan nyaman bersama mereka berdua, tapi aku belum merasa aku harus eksklusif dengan seseorang. Belum ada yang membuatku merasakan apa yang kurasakan seperti pada Jin-hyung dulu."

"Love is in the air, Binnie." Kata Taehyung santai, "You'll get one someday."

"Benar sekali!" Soobin mengedipkan satu matanya, "Hyungdeul, minggu depan sudah liburan semester, bagaimana kalau kita traveling?"

Seokjin dan Taehyung saling berpandangan.

"Uhm, kami tak bisa Soobin-ah." Kata Seokjin.

"Kami akan ke Jepang minggu depan!" kata Taehyung ceria, melingkarkan lengannya ke pundak Seokjin.

"Apaaa?!!" Soobin terbelalak, dan tiba-tiba murung, "Hyungdeul mau pergi tanpa aku? Jahat sekali meninggalkan adik kalian di Seoul sendirian."

Taehyung memutar bola matanya, kadang Soobin terlalu dramatis.

"Dasar drama king!" Seokjin terkekeh, "Kupikir setengah dari freshmen ingin mengajakmu jalan Soobin-ah, sementara setengah yang lain ingin menjadi temanmu. Kamu tak akan sendirian di Seoul."

"Tapi aku ingin bersama Hyungdeul, kalian sibuk sekali dan jarang main denganku sebulan ini. Aku merindukan kalian." Soobin menelungkupkan badannya di atas meja, meraih tangan Seokjin dan Taehyung, "Aku ikut kalian, ya?"

He likes Americano, I like Strawberry Choux. Then, whose Matcha is it?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang