BLURB

3 3 0
                                    

Pernikahan, pada dasarnya memang di landasi karena perasaan suka. Kemudian menjadi saling cinta. Namun, perasaan itu seringkali dipersalah gunakan oleh nafsu. Lalu logika pun tidak berkutik karenanya. Itu semua karena kita tidak mempunyai bekal dan penerimaan. Hingga rasa penyesalan itu selalu ada.

______________

"Jika ingin mendapatkan hasil yang baik, maka mulailah dari awal dengan yang baik. Mulai dari diri kita sendiri."

Singgung gadis bercadar dengan kedua tatapan bola mata besar nan ayu nya. Bulu mata lentik dan hitam. Sehingga terlihat jelas ketegasannya dalam mengambil sikap.

Temannya terdiam dan tersenyum padanya. Gadis manis yang duduk di depannya saat ini, sedang berpikir dengan apa yang dikatakan oleh temannya yang sedang asik menikmati hidangan dari semangkuk mie ayam.

"Sudah ada dapat kabar belum dari ikhwan nya Ma?"

Isma. Nama gadis bercadar itu meneguk air minumnya sejenak. Dia berpikir sebelum menjawab temannya.

"Kok diam? Jangan sampai kau tidak kasih tahu kawan kau satu ini. Tahu-tahu dapat surat undangan nikah aja aku nya."

Isma terkekeh-kekeh mendengarkan temannya berbicara. "Sabar dong Sar. Mana mungkin lah kau tidak aku kasih tahu duluan. Kau kan teman dekatku yang paaaliing baik". Puji nya hingga membuat gadis itu tersipu malu. Tampak sekulum senyuman telah di bungkamnya dengan memakan sesendok mie ayam.

______________

"Ukhty percaya kalau jodoh itu cerminan dari diri sendiri?"

Pesan masuk yang terlihat di layar ponsel gadis itu jelas terlihat begitu serius. Isma percaya, namun dirinya merasa canggung untuk mengakuinya. Sebab, sudah berapa kali ikhwan yang datang untuk mengkhitbahnya, selalu ditolak oleh kedua orangtuanya.

"Kalau akhi? Percayakah?" Begitulah pesan yang dibalas oleh Isma.

Nostalgia PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang