"Nande? Apa kau sudah gila RYUICHI!"
Fujita Ryuichi, pemuda berusia 23 tahun itu menghela nafas. Netra coklat gelapnya menatap tanpa minat pada pemuda bersurai hitam di hadapannya.
Ryuichi mengalihkan tatapannya pada belakangnya yang tidak apa-apa selain jurang, jika pemuda di depannya melangkah mundur dua langkah lagi dapat Ryuichi pastikan pemuda di depannya meluncur dengan apik ke jurang.
Mereka kini berada di ujung tanah curam, lebih tepatnya di mulut jurang.
"Kenapa kau diam hah? Kenapa kau melakukan hal ini padaku? BUKANKAH AKU TEMANMU?"
Netra coklat gelap Ryuichi berkilat dingin mendengarnya, ditatapnya mata pemuda yang mengaku temannya itu tajam.
"Jangan membuatku tertawa? Teman? Kata dari mana itu? Ucapanmu membuatku muak!"
Pemuda itu bergetar ketakutan ketika mendengar suara yang dingin itu, rasa dingin yang menjalari tulang belakangnya membuatnya tidak sadar jika Ryuichi telah melangkah maju dan mendorong tubuhnya.
"Eh..."
Tangannya tanpa sadar terulur ketika tubuhnya oleng ke belakang dan tubuhnya jatuh ke bawah, sayangnya hanya tatapan dingin dan kosong yang didapatnya dari Ryuichi.
Kabut dengan cepat menutupi seluruh area, membuat Ryuichi dengan cepat kehilangan tubuh temannya yang didorongnya ke Jurang.
Tapi... Dari depan yang awalnya tidak ada apa-apa sama sekali tiba-tiba kilatan dari mata pedang terlihat, sedetik kemudian suara benda tajam yang menusuk daging terdengar jelas di telinganya.
Ryuichi menunduk dan melihat sebuah katana yang menusuk tubuhnya dari depan.
Satu tetes...
Dua tetes...
Cairan merah menetes pada bilah katana yang setengah ujungnya masih menancap pada tubuhnya. Ryuichi seketika menyadari yang menetes itu adalah darahnya yang mengalir dari mulutnya.
Ryuichi dengan perlahan mendongak dan dalam keadaan tatapannya yang buram, samar-samar dilihatnya netra merah gelap tengah menatapnya.
Seperti Iblis! Ujarnya dalam hati sebelum kegelapan menjemputnya.
.
.
.Dingin, tubuhku tidak bisa bergerak. Tubuhku terasa ringan, ini di mana? Ah, siapa orang tadi? Dari mana munculnya? Bukankah di depanku tadi jurang? Ryuichi bertanya-tanya bingung, di dalam kegelapan pekat tubuhnya terbaring. Tidak ada siapapun, hanya ada Ryuichi di sana.
Ah, apakah begini rasanya mati ya?
Ryuichi tersenyum sinis dibuatnya.
Mati mati saja, tidak ada yang penting juga!
Baru saja menghela nafas, sebuah cahaya putih yang menyilaukan menusuk matanya dari sela-sela kelopak matanya yang terpejam. Ryuichi dengan perlahan membuka matanya dan menyipit setelahnya karena cahaya terang menusuk matanya.
"Wahai Anakku! Kamu telah melakukan perbuatan tidak terpuji."
Ryuichi mengernyit mendengarnya lalu tanpa bisa mencegah melontarkan pertanyaan. "Perbuatan tidak terpuji? Maksudmu mendorong yang mengaku temanku itu?"
Kekehan lembut terdengar.
"Itu salah satunya, tetapi kesalahan terbesarmu tidak menghargai dirimu. Aku akan menghukum mu!"
"Hukuman dariku adalah semua bencana yang menghampiri orang-orang di sekitarmu kamu akan mengambilnya! Kesakitan dan kematian, kamu akan menarik takdir buruk mereka kearah mu sendiri hingga semuanya berakhir!"
Setelahnya Ryuichi tidak mendengar apapun begitu ucapannya berakhir dan kegelapan kembali memeluknya.
***®***
Ryuichi secara samar-samar mendengar suara percakapan dari dua orang.
"Mereka sangat manis."
"Kau benar, tapi Putra kedua kita belum membuka matanya."
"Tenanglah, Putra kita akan membuka matanya. Dia hanya tidur, tunggu saja."
"Tapi ini sudah sehari setelah aku melahirkan."
Berisik! Bisakah kalian diam? Aku ingin tidur!
"Ah.."
"Ada apa?"
"Dia bergerak. Akhirnya, setelah dia menangis sejenak ketika lahir. Putra kita menunjukkan reaksi."
Suara rengekan lirih mulai terdengar, membuat dua orang dewasa yang berstatus Suami Istri itu melebarkan senyum mendengar rengekan lirih itu.
"Sudah kubilang, Putra kita itu kuat!"
Ryuichi yang semakin lama merasa terganggu oleh percakapan itu dengan perlahan membuka matanya dan terpaku melihat dua wajah yang tersenyum dan menatapnya lekat.
SIAPA KALIAN? "OEEE..."
Eh... Nande? "O.. Eee..."
EEEEEEH... SITUASI APA INIIII? "OEEEE... OEEEE!"
Tangisan yang kencang itu membuat dua orang dewasa yang masing-masing menggendong Bayi itu panik. Wanita yang disinyalir sang Ibu dengan perlahan menepuk-nepuk punggung Bayinya, berusaha menenangkan Bayi yang dilahirkan nya kemarin.
Bayi dengan jiwa yang bukan Bayi itu lelah mengomel -baca menangis- setelah beberapa waktu dan kini memejamkan mata berusaha tidur. Secara alami tidak mengetahui jika Bayi yang digendong pria dewasa di sana yang disinyalir sang Ayah terbangun dan tangan mungilnya berusaha menggapainya.
"Siapa nama mereka Anata?"
Pria dewasa itu tersenyum tipis melihat tingkah Bayi digendongan nya sebelum menjawab, "Kamado Tanjirou untuk kembar sulung!" Pria itu mencium gemas pipi Tanjirou digendongan nya.
"Kamado Ryushirou untuk kembar bungsu!" Giliran pipi Ryuichi -tidak sekarang namanya menjadi Ryushirou- yang dicium pria dewasa itu.
.
.
."Dalam kehidupan baru, semoga kau mendapat kebahagiaan sejati dari penderitaan yang menimpamu! Carilah kebahagiaanmu Anakku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boku No Unmei (Male Oc / Reader)
Fanfiction"Picture by Pinterest" Disclaimer © Koyoharu Gotōge . Fujita Ryuichi dihukum oleh Dewa setelah mendorong temannya ke jurang. Begitu menyaksikan temannya telah mati, sebuah pedang tiba-tiba menusuk tubuhnya dari depan. Ryuichi merasa telah mati, seca...