Jessica yang baru saja keluar dari lift dikagetkan dengan seseorang yang berdiri di unit apartementnya. Seketika ia tersenyum ketika tau siapa yang datang. Senyumnya mengembang lalu kemudian berjalan menghampirinya lalu mengecup pipinya.
"Hi!" Jessica menggandeng tangannya sambil menekan tombol pintu apartementnya. Lalu mereka berjalan masuk menarik Irene, kemudian ia duduk di sofa sambil memperhatikan Jessica yang berjalan menuju pantry.
"Kenapa tak mengabariku jika kamu akan kemari?" Tanya Jessica yang sedang menuangkan bir ke dalam gelas.
"Aku tak berniat ke sini awalnya, tetapi tiba-tiba aku merindukanmu." Jessica tersipu malu saat Irene mengatakan hal itu, ia kemudian menghampirinya sambil menaruh botol bir dan gelas yang sudah terisi ke depan Irene, "Benarkah? Aku pikir kamu tak akan pernah menemuiku setelah kamu pergi begitu saja dengan anjing yang mati mengenaskan di depan pintu."
Irene hanya tersenyum lalu ia meneguk bir itu sampai habis, "Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan padamu."
"Apa itu?"
Irene terdiam menatap gelasnya yang sudah terisi kembali dengan air berwarna itu. Lalu ia menatap Jessica dengan tatapan lembut, "Maafkan aku atas apa yang aku lakukan padamu, dan terima kasih atas hal yang dulu kamu lakukan untukku. Mungkin, tanpamu aku tak mungkin hidup sampai saat ini. Aku terlalu banyak menyakitimu dan menganggap dirimu itu menjijikan. Tapi, kamu sama sekali tak pernah menyuruhku pergi, melainkan kamu selalu menerima kehadiranku setiap aku pulang bahkan selalu menyambutku datang... Kamu orang pertama yang tetap menganggap diriku saat tau bahwa aku ini sakit dan kamu tau bahwa aku ini seorang pembunuh tapi kamu selalu tak peduli... aku sangat berterimakasih untuk itu."
Jessica mendengarkan Irene dengan serius. Tatapan wajahnya datar tetapi ada rasa khawatir saat Irene mengatakan hal seperti ini. Karena tak seperti biasanya, lebih baik dia berbicara sarkas dan mencaci atau membentaknya di bandingkan Irene harus berbicara seperti itu.
"Emm... tapi kamu berubah ketika kamu bertemu dengan Seulgi, Hanna-ah."
"Ah... aku baru ingat kau pun tak tau nama asliku."
Jessica menghela napas berat, ia berdiri dari duduknya. Ia kini duduk di samping Irene, "Aku memang tak tau segalanya tentangmu, sekarang aku mengerti kenapa kamu seperti itu karena kita memang tak dekat... Aku hanya terobsesi denganmu.. Aku menyukaimu tanpa tau latar belakangmu seperti apa dan aku sadar aku bukan orang yang dapat kamu percaya."
Irene tersenyum mendengar perkataan Jessica ia mendekat pada Jessica lalu menarik wajahnya agar menatapnya. Kini wajahnya sudah mendekat dan aroma dari bir itu tercium dari hidung mereka, Irene menarik dagu Jessica lalu mencium bibir manisnya itu. Dilumat bibi bawahnya dan Jessica sedikit terkejut dengan apa yang sudah Irene lakukan padanya. Jessica pun tersenyum tipis lalu ia membalas ciuman Irene.
Setelah beberapa menit ciuman itu terlepas, Irene menjauhkan wajahnya dan melihat Jessica yang masih mengatur napasnya yang memburu. Jessica membuka matanya yang kini Irene sudah menuangkan kembali minumannya ke dalam gelasnya.
"Entah kenapa rasanya kamu seperti akan pergi jauh..." Irene memandang ke arah jendela sambil meneguk minumnya, ia tersenyum pilu sesak di dadanya kembali terasa. "Aku tak menyangka kamu akan merasakannya. Hmm... aku tak mau seperti ini terus menerus, aku lelah jadi aku harus pergi dan aku ke sini untuk berpamitan padamu sekaligus mengucapkan kata maaf padamu atas apa yang pernah aku lakukan padamu dulu."
Jessica terdiam, ia bersandar pada punggung sofa. Matanya sedikit memanas lalu ia menghela napas berat untuk menetralkan napasnya yang kian memburu. "Aku tak pernah mengerti dari kata pamitmu itu seperti benar-benar pergi atau hanya sekedar pergi lalu kembali, tapi bagaimana dengan Seulgi? Apa kamu benar-benar akan meninggalkannya? Aku memang marah tetapi aku dapat merasakan apa yang akan dia rasakan... Aku memang sering ditinggalkan dan itu seperti sudah biasa. Tetapi bagaimana dengan dia? Dia yang selama ini sudah bertahan untukmu, rela melakukan segalanya untukmu, apa kamu sudah tau dia akan seperti apa?" Pertanyaan Jessica membuat Irene terdiam sejenak lalu menatap gelas nya yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep ─ Seulrene
Fanfiction❝ Aku mencintainya ; Aku membencinya. ❞ collaboration . - @raprms & @seulgibaechuu - psycho!AU ©Seulgibaechuu ©Raprms, 2018.