Irene POV
Embun muncul di sela-sela jendela di pagi hari, aku menatap setiap embun yang terlihat bercahaya karena terkena pancaran sinar matahari, aku memeluk kedua kaki-ku menatap ke arah jendela kamarku semua terasa sama seperti hari sebelumnya terasa dingin, sepi dan sendiri.
"Kau hanya seorang anak yang tak bisa di andalkan! Enyahlah kau dari hidupku".
"Saya tak pernah punya anak yang gila sepertimu!"
"Anak kurang ngajar!!".
Sampai sekarang cekikan itu masih terasa di leherku sangat menyakitkan dan sesak padahal sudah 5 tahun lalu aku mengalami hal itu tapi rasa sakit itu masih terasa di seluruh tubuhku, tamparan, cekikan, pukulan semua masih terasa bahkan teriakan itu masih terdengar, aku merasa takut dan juga lega karena ia sudah tak ada di hidupku.
Flashback
Appa-ku menamparku cukup keras membuat cairan merah keluar dari sudut bibirku sedikit perih tapi tak seberapa di banding rasa sakit yang aku alami 17 tahun ini dimana eommaku mengalami koma berbulan-bulan dan dia laki-laki tua di hadapanku ini sama sekali tak pernah menjenguknya di bandingkan para jalang yang ada di kehidupannya.
"Seharusnya saya tak usah memenangkan hak asuh itu jika kau seperti ini, biarkan kau hidup dengan eomma-mu yang sama gilanya dengan dirimu... ah ya saya hampir lupa Choi YooJin pun tak menginginkanmu". Ucap appaku, yah memang eommaku juga tak menginginkan aku karena kalian tau bagaimana aku terkadang aku merasa sangat menyayangi kedua orang tuaku tetapi terkadang juga aku membenci mereka.
"Joohyun tak pernah meminta hal apapun kepada kau, Joohyun hanya ingin kalian bersatu itu saja, Joohyun sakit tetapi kalian membiarkan Joohyun begitu saja".
"Kau hanya sebagai benalu bagi saya, saya tak ingin membuang-buang waktu untuk anak yang tak berguna sepertimu bahkan eomma-mu saja pergi tak mau mengurusmu...jika kau merasa tak di anggap, maka kau bisa pergi dari kehidupan saya! Saya tak membutuhkan anak sepertimu!". Aku hanya tersenyum tipis perkataan itu sangat menyakitkan kenapa aku malah tersenyum. Bukankah itu aneh, aku bersandar pada pintu ruangan, Appaku..ia kini sibuk dengan mackbook-nya
"Untuk apa kau masih disana?". Tanya Appaku padaku
"Joohyun ingin bertanya satu hal pada Appa, apakah jika Joohyun pergi.. Appa akan tetap mengurusku?".
"Aku tak ingin mengurus anak gila sepertimu. Saya bingung kenapa di sekolah kamu masih di pertahankan, apa karena wajahmu yang cantik dia masih mempertahan murid gila sepertimu? Tch..". Ucap Appaku dan tiba-tiba aku terkekeh membuat lelaki tua itu kebingungan, aku aneh kenapa orang sepertinya bisa menjadi direktur di perusahannya bahkan berkata kasar seperti itu pada anak kandungnya sendiri pantas saja istrinya meminta untuk bercerai.
"Apakah Appa menyesal karena Joohyun bisa lahir?".
"Yah, kau membuat Choi YooJin menggugat cerai". Dan kali ini aku tidak terkekeh tetapi mulai tertawa mendengar perkataan laki-laki tua itu, sungguh sangat menyedihkan ketika dia tak meyadari perkataanya tadi, bahkan dia tak menyadari perkataanya.
"TINGGALKAN RUANGAN SAYA!! DASAR GILA!!". Teriaknya sambil melempar vas bunga ke arahku tetapi untuk saja tak mengenaiku, aku tertunduk memandang pecahan dari vas bunga itu, mendegar ia berteriak seperti itu bukan saja menyakitiku tetapi juga telingaku. Aku tersenyum tipis melihat kearah lelaki tua itu yang kembali sibuk lalu aku keluar dari ruangannya. Aku berjalan ke arah dapur tiba-tiba aku merasa haus.
Aku berdiri di pantry dapur memandang lurus ke arah depanku tiba-tiba aku merasakan air yang mengalir di pipi kananku. Oh, apakah aku baru saja menangis? Untuk apa aku menangisi yang telah menyebutku gila dia bahkan tak punya hati nurani lebih darimu, untuk apa aku harus hidup dengan orang yang sama sekali tak peduli denganmu... Jangan aku yang pergi. Buat dia yang pergi agar aku tak lagi mendengar teriakannya yang berisik itu, pukulan dan cekikan darinya lagi dan aku akan merasa aman dan tak akan ada lagi yang menyakitiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep ─ Seulrene
Fanfiction❝ Aku mencintainya ; Aku membencinya. ❞ collaboration . - @raprms & @seulgibaechuu - psycho!AU ©Seulgibaechuu ©Raprms, 2018.