Part 1

15 9 11
                                        

"Aku dan kelebihan ku, entah bagaimana hal ini sungguh membuat khawatir. Jika aku memberi tahu mereka, mereka hanya tertawa jika tidak, rasa bersalah terus menghantuiku"

Pagi hari yang cerah bisa dilihat di awan dan langit pagi ini, namun entah kenapa hari-hari yang aku jalani terasa biasa saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari yang cerah bisa dilihat di awan dan langit pagi ini, namun entah kenapa hari-hari yang aku jalani terasa biasa saja. Bukan aku tidak mensyukuri apa yang di buat oleh Tuhan, tapi hanya saja yang aku rasakan ini jauh lebih berat di hari itu.

Saat orang tuaku meninggal, aku dan adikku dirawat oleh nenekku. Dia dapat melakukan apapun untuk kita berdua, hanya saja ia sudah terlalu tua untuk terus merawat kita jadi kitalah yang harus merawatnya.

Kini umurku 17 tahun dan adikku berumur 11 tahun, bohong jika aku tidak sedih atas kepergian kedua orangtuaku namun aku harus tegar di hadapan nenek dan Klara.

"Klara! ayo berangkat sekolah" Teriakku pada Klara yang berada di dalam kamar tengah bersiap-siap

Klara keluar dari kamarnya dan sudah siap untuk berangkat sekolah, kita menyalami nenek yang tengah menonton televisi sambil bersandar di atas kursi favoritnya

"Belajar yang rajin yah kalian, maaf nenek tidak punya uang untuk memberikan kalian uang jajan" ucap neneknya, ia merasa menyesal karena tidak bisa membahagiakan cucu-cucunya

"Tidak apa nek, kita sangat berterima kasih kepada nenek karena sudah mau merawat kita" jawab Klara tulus, ia memeluk neneknya lembut

"Iyah nek, lagipula seharusnya kita yang merawat nenek" timpal Raveena sembari tersenyum, Henny hanya menatap keduanya haru. Ia berfikir telah membesarkan keduanya dengan sangat baik

Keduanya pun berangkat menuju ke sekolah masing-masing, mereka berada di sekolah yang berbeda. Raveena bersekolah di SMA Pilavios sedangkan adiknya di SD negeri smart

Berjalan kaki adalah salah satu pilihannya untuk pergi ke sekolah, tidak terlalu jauh namun hanya dapat menguras stamina sedikit. Di tengah perjalanan ia mengeluarkan beberapa lembaran kertas di tas nya kemudian ia menempelkannya di dinding atau tiang pinggir jalan, berharap ada yang minat dan menelepon nomer yang sudah tertera disana

Namun saat ia akan melanjutkan perjalanannya tiba-tiba, ia bertatapan dengan seorang ibu yang tengah hamil akan menyebrang lalu lintas dan matanya berubah menjadi hitam. Raveena terkejut, poni panjangnya tidak bisa menutupi matanya.

Sekilas di dalam kepala Raveena, ia melihat ibu itu akan tertabrak oleh bus sekolah

"Apa yang harus aku lakukan?"

Raveena terdiam sejenak, kemudian dia bertekad untuk memberi tahu sang ibu agar tidak menyebrang di jalan ini. Raveena mendekati ibu tersebut

Me And Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang