Park Jihoon sudah resmi menjadi mahasiswa sejak 5 bulan yang lalu, dia berkuliah di Seoul National University, universitas paling ternama di Korea. Jiyeon sendiri tidak menyangka bahwa laki-laki itu pintar juga, dia jadi insyekur.
Park Jihoon tetap menjadi Jihoon yang sangat bucin pada Jiyeon. Bahkan pria itu tetap kekeh untuk mengantar jemput Jiyeon kesekolah, padahal jadwal kuliahnya sendiri juga sangat padat.
Bedanya, terkadang dia mengendarai mobil untuk mengantar jemput Jiyeon.
Dan disinilah mereka, sedang duduk dibangku kemudi dan penumpang di mobil milik Jihoon. Jihoon memang diberikan hadiah mobil oleh papinya, karena dia berhasil masuk di universitas ternama Korea.
"Mau ke pantai gak?" tawar Jihoon tiba-tiba.
"Boleh"
"Gue dari dulu pengen banget liat sunset bareng pacar"
"Aku gak ganti baju dulu nih? Trus ini dandananku dah kayak gembel nih"
"Gak usah lah, kamu tetep cantik kok pake apapun" Jihoon justru gombal.
"Hilih gombal"
"Tapi kamu baper kan" goda Jihoon.
"B aja tuh, sekarang aku udah kebal sama gombalan gegara sering kakak gombalin"
"Ih gak seru, Jiyeon gak baperan kek dulu" Jihoon berlagak merajuk.
"Avv aku bapereu, aku baper banget" Jiyeon justru mengisengi Jihoon.
"Ji, aku lagi nyetir nih. Jangan sampe gue banting setir karena pengen nguyel-nguyel lo"
"Sawry" ucap Jiyeon bernada.
Setelah sekitar 40 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di pantai pada pukul 4 sore. Saat yang tepat karena sunset akan muncul sekitar 1.5 jam lagi.
Mereka pun menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di bibir pantai sambil bergandengan tangan. Tentu saja Jihoon yang menggenggam erat tangan Jiyeon, dan Jiyeon sendiri selalu menurut kepada lelaki itu semenjak mereka mulai pacaran.
"Lo abis lulus, kuliah gak?" Jihoon membuka percakapan.
"Kuliah dong"
"Dimana? Jadi adik tingkat gue yuk!"
"Aku sih mau-mau aja, tapi aku gak yakin bisa apa nggak" jawab Jiyeon ragu.
"Makanya belajar dari sekarang, kalo pengen masuk Seoul University, lo harus tingkatin nilai lo sejak semester 1"
"Aku udah belajar, tapi kan kapasitas otak aku gak kek punya kakak"
"Mau gue tutorin?"
"Gak usah deh, kakak pasti juga sibuk sama jadwal kuliah. Aku belajar sendiri bisa kok, kalo aku udah mulai ngambis, aku biasanya totalitas"
"Ngambis aja, gak usah ragu, masa gue gak cukup buat bikin lo ngambis"
"Oke, wish me luck kak" ucap Jiyeon sedikit ragu.
"Yang yakin dong, keep your chin up" tangan Jihoon menengadahkan kepala Jiyeon yang menunduk.
"Makasih kak" Jiyeon tersenyum ke arah Jihoon.
"My pleasure" Jihoon tersenyum hingga matanya menyipit.
"Aku mau curhat juga, boleh gak?"
"Curhat aja, mau sampe mulut lo berbusa bakal gue dengerin kok" Jiyeon langsung menatap Jihoon kesal.
Jihoon malah cengengesan sambil tangannya mengisyaratkan "peace".
"Bunda katanya mau nikah lagi, aku harus gimana ya? Kakak kan udah ngerasain punya ibu tiri, jadi aku tanya ke kakak."
"Emang orangnya kayak gimana?"
"Gak tau, bunda cuma cerita dia mau nikah sama yang namanya om Sung...jae. Bunda katanya minta ijin dulu sama aku, kalo aku gak setuju katanya bisa dipending dulu, tapi aku belom jawab, soalnya aku masih bingung. Tapi aku juga pengen bunda bahagia." raut wajah Jiyeon murung.
"Coba lo ketemu dulu sama orangnya, kalo emang ngerasa gak cocok, lo punya hak buat nolak pernikahan mereka"
Jiyeon hanya diam, memikirkan semua logika dari ucapan Jihoon.
"Lo beruntung tau bunda Joy masih ijin, lah papi gue main nikah gitu aja, trus kibulin gue lagi" Jiyeon reflek tertawa, dia paham jika Jihoon mengucapkan itu untuk menghiburnya.
"Gitu dong ketawa, kan tambah cantik" Jiyeon langsung tersipu.
Tanpa sadar langit sudah berwarna jingga, dan matahari mulai turun, sunset yang meraka tunggu-tunggu akhirnya datang.
Mereka akhirnya berhenti berjalan, menikmati sunset yang disuguhkan khusus kepada mereka. Karena pengunjung saat ini hanya mereka berdua. Benar-benar sepi saat ini dan hanya terdengar suara deburan ombak yang cukup tenang.
"JIYEON I LOVE YOU" tiba-tiba Jihoon berteriak memusnahkan keheningan.
"KAK JIHOON I LOVE YOU TOO" teriak Jiyeon tidak kalah kencang.
Mungkin jika ada yang melihat mereka, mereka mungkin dikira alay.
"Ji" panggil Jihoon.
"Hmm"
"Ngadep sini dong" Jihoon membalikkan tubuh Jiyeon agar menghadapnya.
"Apa?" tanya Jiyeon, Jihoon tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Jiyeon, perempuan itu terkejut hingga mematung.
"Gapapa, cuma pengen mandang kamu aja dari deket"
Jihoon dan Jiyeon akhirnya saling bertatapan cukup lama.
"Can i kiss you?"
Jiyeon terdiam, detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tanpa sadar dia mengangguk.
Tanpa berpikir dua kali, Jihoon langsung mencium bibir Jiyeon, dan tidak lupa laki-laki itu menambahkan lumatan saat berciuman.
Jiyeon diam, tidak membalas lumatan Jihoon. Namun sedetik kemudian gadis itu ikut membalas lumatan Jihoon. Akhirnya mereka berdua tenggelam dalam ciuman intens mereka.
Jiyeon yang merasa kehabisan nafas akhirnya mendorong paksa Jihoon.
"Engap kak" rengek Jiyeon.
"Gue kok enggak"
"Mungkin aja kan nafas kakak panjang"
"Iyadeh, maap ya" ucap Jihoon sambil mengelus rambut Jiyeon.
"Kita nikah yuk!"
"Coba bilang sekali lagi kak" Jiyeon menampilkan fakesmile nya.
"Kita nikah yuk!"
Karena Jihoon merasakan bahaya, dia pun segera berlari setelah mengatakan itu. Jiyeon pun mengejar Jihoon dengan sekuat tenaga.
"Sini kakak nikah aja sama tonjokan aku" ucap Jiyeon saat berlari.
Mereka akhirnya bermain lari-larian dengan sunset sebagai saksinya.
-Beneran End-
Yeay akhirnya bisa tamatin cerita ini, seneng gak? seneng lah, soalnya ini book pertama ku yang udah complete.🥳🥳🥳
Btw aku kok cringe sendiri ya ngetik kiss scene nya, keknya emang gak bakat deh. Maap ya kalo gak ngefeel 😅
See you guys ☺
End : 21.07.21
KAMU SEDANG MEMBACA
Julid [✔]
FanficRevisi Kisah seorang Park Jihoon yang menemukan partner julidnya. "Julid banget sih jadi orang" "Dih, mirror" ❥𝓢𝓽𝓪𝓻𝓽 » ³¹·⁰³·²¹ ❥𝓔𝓷𝓭 » ²¹·⁰⁷·²¹