• Maju atau mundur?

17 3 0
                                    


1 | FOGP

Happy Reading.

.
.
.

Dari tadi hatiku terus bertanya-tanya apa yang sudah terjadi selama aku pergi?

Mengapa Juan tak mengingat ku sama sekali?

Bahkan ia sampai mendorongku. Apa dia sedang mengeprank ku? Ku dongakakkan kepalaku. Mataku terus mencari di mana ia menyembunyikan kameranya.

Namun, nihil. Aku malah merasa pundakku di tepuk seseorang.

Ku tengokkan wajahku, "Kesambet baru tau rasa" ucap cowok dengan kacamata bertenger di hidungnya.

Aku menghembuskan nafasku, "Apa yang terjadi saat aku pergi, Nel?" tanyaku.

Ronel- cowok itu kini sudah berpindah posisi duduk di sampingku, "Dia Anemia."

"Hah?"

Aku menatapnya bingung, Ronel yang paham langsung menabok bibirnya.

"Amnesia maksud gue," ulangnya lagi.

"Gimana bisa?" ku lihat ia mulai menghembuskan nafasnya pasrah.

...

Sudah hampir dua jam aku mendengarkan wejangan pak kio, harusnya saat ini aku sudah berada di kost-an ku.

Semua ini karena ulah Ronel dan kawan-kawannya. Bisa-bisanya cowok itu membolos saat jam pelajaran Bu Yuan.

Tiba-tiba kepalaku mulai pening.

"Naira, kamu sakit?" seketika semua siswa kelas menatapku saat pak kio mulai sadar saat tanganku memegang kepala.

Sontak mata berbinar menatapku, memintaku untuk menganggukkan kepala. Ya, aku menuruti mereka.

"Ya sudah, wejangan kali ini sampai disini" hatiku bersorak senang.

"Dan untuk kamu Ronel. Kalau kamu masih membolos di pelajaran bu Yuan, saya pastikan untuk menelpon orang tuamu." Setelah mengucapkan itu pak Kio pergi meninggalakan kelas.

Seluruh siswa langsung berhamburan keluar kelas, ada juga beberapa temaan kelasku yang bersimpati untuk mengantarku pulang. Namun, ku tolah mentah-mentah.

Apaan aku kan hanya sakit kepala.

"Oi! Kepala lo puyeng?" tanya siapa lagi kalau bukan si biang kerok-Ronel.

Aku mendengus sebal, "Ngapain pake acara bolos sih?"

"Karena kamu waktuku jadi kebuang tau! Aish, pasti kasurku sudah menangis" parauku.

Dapat kulihat Ronel memutar bola matanya malas, "Kaum rebahan emang beda" cibirnya.

Tak mau tinggal lama aku lanhsung beranjak pergi. Namun, langkahku terhenti seketika saat Ronel mengucapkan sesuatu, "Gimana? Lo cuma punya dua pilihan."

Ia menjeda ucapannya sebentar, "Maju atau mundur" Ku balikkan badanku. Lalu ku tatap tajam wajah jail Ronel yang saat ini ingin rasanya ku tempeleng.

...

"Julian!" teriak seorang gadis dengan pakaian kodoknya.

"Kamu lagi ngapain?" tanya gadis itu.

"Punya mata?" Gadis itu mendengus sebal, "Punya!"

"Apa benar dia pacar gue?" Julian menatap manik mata gadis itu.

Gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya terus berkeliaran untuk mengalihkan pembicaraan ini, "Julian, aku lapar."

Cowok itu menghela nafasnya sebentar, "Ayok makan" titahnya yang kini sudah berdiri.

Sebelum mengikuti Julian gadis itu tersenyum puas karena rencananya berhasil.

Di lain sisi seseoarang meremas rok nya kasar, "Apa yang di rencanaksn kamu Soya!"

Ya, gadis yang bersama Julian tadi adalah Soya.

Ia menutup matanya demi meredamkan emosinya.

"Julian kecelakaan." Naira terkejut mendengar penuturan Ronel.

"Kecelakaan?" beo nya.

Ia kesal sungguh, kenapa Ronel tak mengabarinya saat kekasihnya mengalami kecelakaan?

"Maaf, Nai. Gue tau pasti lo marah"

"Semuanya berlalu begitu cepat, Nai" tetes demi tetes air mata gadis itu mengalir.

"Apa lagi yang terjadi?" ucapnya dengan suara bergetar.

"Soya" Ronel menatap mata sahabatnya yang sudah siap mendengarnya, "Dia tunangan Julian."

Mulutnya membeku seketika.

"Nai, gue tau ini emang gak benar"

"Dan gue mohon tolong bantu Julian buat ingat semuanya," pinta Ronel tiba-tiba.

Fyi, Ronel itu sepupu Julian.

Dan soal Naira yang menggil Julian dengan sebutan 'Juan' karena is menyingkat nama kekasihnya.

Satu pikiran lagi terlintas di benaknya.

"Gimana lo cuma punya dua pilihan."

"Maju atau mundur?"

Tangannya mengepal, "Maju"

"Aku bakal Maju, Juan."

To be continue!

Hai,

Fight or give upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang