Empat

109 21 0
                                    

🌻HAPPY READING 🌻


"Assalamualaikum Abang!" Salam Zea yang masuk kerumah bersama dengan Adrian.

Zea mendumel saat tak mendapati Zion keluar dari kamarnya.

"Abanggg!"

"Zea, jangan teriak. Uda malem jugaa,"

"Ya abisnya Abang ga mau turun dulu sebentar!"

"Ya wajar lah sayangg, liat ini uda jam berapa?"

"Ya- ya jam sepuluh sih, tapi bang Zion ga pernah tidur di jam segini!"

"Kali aja kecapean, nanti kalo kamu teriak malah ganggu gimana?"

"Kenapa si? Kok berisik banget?!" Ucap Zion yang masih ad di lima tanga terakhir.

"Tu kan sayang, bang Zion tuh ga mungkin tidur di jam segini! Ngeyel kamu!" Sembur Zea yang kemudian mendatangi Zion dan mencium tangannya.

"Iya iyaa, aku salah." Pasrah Adrian.

"Kalian dari mana aja? Kok sampe malem gini?" Tanya Zion.

"Nge-mall terus main sampe sore, keliling Jakarta cari jajan, terus cape istirahat ditaman kota, terus terakhir tadi ke pasar malam!" Jelas Zea.

"Sangat detil ya sayang ya." Ucap Adrian.

"Kalo ga gitu abang aku ga bakal percaya lah!"

Tak

"Aduhh! Kok di jitak si bang?!" Protes Zea.

"Kamu kebanyakan omong!"

Adrian menahan tawanya sambil tangannya mulai menyusun makanan yang mereka bawa.

"Ngapain kamu nahan-nahan ketawa gitu? Ada yang lucu emang?" Tantang Zea.

"Kamu yang lucu sayang!"

"Gausah sok gitu-gitu didepan abang ya! Nanti abang nyari cewe sendiri kamu panik!"

"Panik lah! Pokoknya sebelum aku lulus sekolah ini, abang ga boleh pacar-pacaran dulu! Zea ga mau beban abang nambah lagi kalo sempet abang dapet cewe yang modelannya suka moroti uang pacarnya!"

"Iyaa. Tapi kamu bukan beban, kamu tanggung jawab abang!"

Adrian diam dan fokus pada sate serta minuman yang didalamnya terdapat biji-biji kenyal berwarna hitam yang dibeli Zea.

Ia sedikit yakin jika sebentar lagi akan ada pertumpahan air mata.
Pemikiran Adrian memang se-alay itu jika sedang sehat.

"Ya intinya jangan cari pacar dulu aaa!" Ucap Zea yang mulai merengek.

"Iya engga Zeaa! Mangkanya kamu jangan sok mesra-mesraan didepan abang!" Balas Adrian.

"Ya gimana ya bang, silut sepertinya!"

"Jadi mau abang pacaran sendiri atau kalian tau tempat?" Tanya Adrian.

"Rian sih terserah Zea nya ya." Jawab Adrian

"Yauda ihh iyaa! Zea tau tempat!" Final Zea.

"Abang!" Seruan dari atas tangga membuat semua yang ada dimeja makan menoleh. Zion dengan sigap langsung berlari dan menuntun Zia untuk turun kebawah.

"Kok ga telpon Abang aja? Kalo kamu jatoh gimana?"

"Hape aku baru di cas, tadi kirain bakalan bisa, eh taunya uda sampe sini malah ga brani.

"Mau kemana emang dek?" Tanya Zea.

"Ya mau kesini aja kak, soalnya dari atas kedengaran pada ribut-ribut." Jawab Zia.

"Ganggu ya Zi? Ini nih abang kamu masak mau cari pacar!"

"Abang ga ada bilang gitu ya Zea!"

"Loh sayang, tadi bang Zion ngomong gitu kan?" Adrian tak menjawab, melainkan berdiri dan berjalan menuju Zea yang masih berdiri di samping Zia.

"AAAA RIANNN!!"

Jeritan yang mungkin saja bisa membangunkan tetangga yang masih terlelap itu mengalun saat Adrian justru menggendong dan membawanya ke ruang tengah.

"Kamu banyak omong!"

***

Pagi datang bersamaan dengan cuaca yang mendung.

Zia, gadis yang saat ini duduk di balkon itu menatap jauh kearah awan yang berwarna abu-abu. Seolah memikirkan sesuatu yang berat.

"Huhftt," helaan nafasnya terdengar saat ia menundukkan pandangannya.

Sama seperti sebelum-sebelumnya, berdiam diri dengan pemikiran yang sama.

Tentang, bagaimana masa depannya nanti?

Akankah ada yang mau hidup bersamanya kelak?

Bagaimana nasib kedepannya dengan keadaan dirinya yang seperti ini?

Mengapa orang tuanya pergi disaat ia baru saja bisa membaca?

Setelah melihat bagaimana Zea beserta Adrian tadi malam, menimbulkan secuil perasaan iri dalam diri Zia.

Ia tidak menyalahkan Zea. Hanya saja dirinya lah yang bermasalah. Ia yang terlalu mengharapkan semua kesempurnaan Zea.

Ia ingin bisa seperti Zea. Ia ingin bebas seperti Zea, ia ingin apapun yang ada pada Zea, termasuk Adrian.

Ia menginginkan Adrian untuk dirinya. Ia menginginkan Adrian sebagai miliknya. Bukan sebagai milik Zea.

Sudah lebih dari enam bulan(aku lupa hbungn Adrian sama Zea uda brpa lama😭)  dirinya merasakan perasaan ini.

Sebenarnya ia merasa bersalah pada kakaknya. Tapi selama tidak ada yang mengetahui, ia akan tetap menyimpan pemikirannya.

Jika ia mengatakan ini pada Zion, maka yang didapat pastilah kemarahan abangnya.

Tetapi, jika ia mengatakan ini pada Zea, mungkin kakak nya akan memikirkan dua kali untuk mengambil keputusan.

Karena setau Zia selama ini, apapun yang diminta Zia pada kakaknya, maka Zea akan mengabulkannya. Zia menerima semua itu tanpa memikirkan bagaimana perjuangan Zea untuk mendapatkannya, atau bagaimana relanya Zea saat memberikannya.





Sorry for typo

Tbc.

ZEANA [END] •R E V I S I•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang