Tiga

146 20 0
                                    

🌻HAPPY READING🌻

"Sayangg aaa, awasan ga?!"


"Sebentar aja Zeaa."

"Uda hampir satu jam loh kita kaya ginii, kamu belum make baju! Sanaan ngga!?"

"Sebentar kaya gini, apa aku minta lebih?"

Plakk

"Kok jadi kamu yang ngancem!"

Adrian terkekeh kecil mendengarnya, kemudian ia bergeser sedikit untuk merenggangkan pelukannya.

"Hahh! Jam brapa si sekarang?"

"Jam sepuluh deh kayanya."

"Astaga! Aku kesini tadi buat manggil kamu loh! Masakan aku uda siap!" Seru Zea saat ingat dengan hasil olahannya.

"Emang kamu masak apa?" Tanya Adrian.

"Capcay sama udang goreng tepung."

"Itu lebih cocok untuk menu makan siang sayang, jadi kita makannya sekalian nanti aja."

"Terus sekarang ngapain?"

Adrian tak menjawab. Melainkan tersenyum dengan manisnya.

***

"Kenyang banget tau bangg!" Ucap Zia yang masih berjalan dengan tongkat bantunya.

"Segitu kenyangnya?"

"Iyaa! Eh, besok kan Abang kerja, kalo aku ketempat tadi sendirian boleh ga?"

"Emang besok kamu ga ada jadwal sama guru-guru kamu? Kamu juga sekolah loh Zi."

"Yahhh, iya ya. Padahal Zia Masi pengen banget kesana!"

"Nanti kalo abang libur, kita kesana lagi."

"Okedehh!"

"Oh iya, abang mau telpon kakak kamu dulu ya." Ucap Zion dan langsung mengambil ponselnya didalam saku celana.

Dering pertama, panggilan masih belum mendapatkan jawaban.

Hingga pada dering kelima, barulah ada respon dari Zea.

"Halo bang, kenapa?"

"Halo, kamu dimana?"

"Di apart Rian bang, ini lagi makan."

"Kalau Ida selesai cepet pulang aja ya Ze."

"Ohh, emang kenapa bang?"

"Ya ga ada, kamu pulang aja kalo memang uda selesai."

"Iya bang, Uda dulu ya."

Panggilan terputus sesaat setelah Zion mengucapkan kata 'iya.

Sebenarnya tak ada alasan lain menyuruh Zea untuk cepat pulang selain karena khawatir pada adiknya itu. Ia khawatir dengan Zea yang berada disatu unit dengan seorang lelaki. Meskipun Zea dan Adrian sudah menjalin hubungan lumayan lama, tidak ada yang bisa menjamin tidak akan terjadi sesuatu terhadap mereka.

Zion percaya Adrian. Tetapi Adrian belum bisa leluasa jika memberi kepercayaan terhadap Adrian, membuat kekasih adiknya itu berbuat lebih dan jauh pada Zea.

Ia ingin Zea-nya sukses dahulu. Ia ingin Zea-nya menjadi wanita yang membanggakan.

"Bang! Kok malah ngelamun sih, Uda sampe ini!" Ucap Zia yang menyadarkan Zion.

"Maaf, Abang kepikiran sama Zea aja."

"Pasti aman. Abang tenang aja." Zion hanya mengangguk melihat keyakinan adiknya.

"Uda ayo masuk!"

***

Sekarang, Zea sedang bersiap. Setelah hampir tiga jam terkurung bersama Adrian dikamar, akhirnya sekarang lah waktu mereka untuk quality time.

List yang sudah direncanakan Zea adalah, mereka akan ke mall.  Nonton, belanja, main, keliling dan terakhir makan. Karena tadi sudah makan terlebih dahulu, jadi memakan adalah list terakhir didalam mall ini.

Setelah ke mall, belum ada tujuan lain lagi. Mungkin ke taman? Entah lah. Zea pun tidak tau.

"Uda selesai kan? Ayo langsung pergi!"

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11.02 yang artinya waktu mulai menjelang siang.

"Iya, Uda ayo buruan!"

Adrian menggelengkan kepalanya. Padahal, Zea yang lama bersiap. Tapi saat sudah selesai, bertingkah seolah pacarnya itu lah yang lama.

Mereka keluar dari apartemen dengan tangan bertaut. Setelah sampai di area parkir, Adrian membukakan pintu samping kemudi dan mempersilahkan agar Zea masuk. Setelahnya barulah ia masuk.

Cuaca sedikit panas, membuat Zea mengikat rambutnya dan membuka sedikit kaca mobil di sampingnya.

"Panas ya yang!"

"Iyah. Ga tau nih kok bisa panas banget gini!"

"Huftt, kalo ada kedai eskrim mampir dulu aja ya. Buat dimakan dimobil!"

"Oke sayang."

Adrian sedikit menambahkan kecepatan mobilnya. Dan sampai mereka di mall tujuan, tidak ada kedai eskrim yang diminta Zea.

"Kita mau nonton apa si yang?"

"365 daya."

Setelah menjawab pertanyaan Zea, Adrian justru mendapatkan pukulan manja dilengannya.

"Kok dipikul si Zee."

"Ya kamu ah malesin!"

"Hhehe, nanti kita film keluaran terbaru. Action kok filmnya."

"Kok kayanya aku ga pengen nonton genre action ya sayang?"

"Harus mau. Gantian dong, masa yang di tonton itu-itu mulu."

"Ohh, jadi selama ini film yang aku tonton itu-itu mulu?!"

"Engga sayang, kiding!"

Yang iya nya, Adrian memilih aman ketimbang harus menghadapi Zea yang ngambek dan membuat hari mereka berantakan.

Setelah membeli tiket, keduanya menunggu pemberitahuan tentang ruang yang akan mereka tempati.

Setelah mendengar bahwa ruang teater mereka sudah terbuka, keduanya langsung melangkah masuk kedalam dan menikmati film yang menurut Zea tidak ada enak-enak nya.

Tapi sudahlah. Biarkan hari ini Adrian menonton film itu. Karena mulai besok dan seterusnya, jika  mereka akan kembali mendatangi tempat nonton, Zea lah yang akan berkuasa memilih genre dan judul. HAHAHA!





Sorry for typo

Tbc.

ZEANA [END] •R E V I S I•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang