SCARLET LETTER
Disclaimer © Mashashi Kishimoto
.
Aku Akan Menghancurkan Kebahagiaan Mu!-----------------------------------------------------------
"Diri mu tidak di lihat dari siapa orang tua mu, yah seharusnya."
Hari sudah gelap saat Sumire sampai di rumah. Dia melihat ada sepatu Namida di rak, itu artinya teman coklatnya itu sudah kembali."Aku pulang," ucap Sumire seraya membuka pintu.
"Dari mana saja Sumire?" Tanya Namida sambil menuruni anak tangga.
"Hanya cari angin saja, hehe," jawab gadis berambut ungu itu berbohong.
Namida hanya ber-ohh ria saja lalu berjalan melewati Sumire menuju dapur.
"Kau ingin memasak?" Tanya Sumire mengekori Namida.
"Yaps, kira-kira enaknya masak apa ya?" Jawab serta tanya gadis berambut cokelat itu.
Ia pun berjalan menuju kulkas lalu membukanya namun yang ia dapati hanyalah kulkas tanpa isi kecuali beberapa tomat yang sudah layu."Eh?" Sumire shock melihat keadaan kulkas Namida, "pfttt." Tawanya tertahan.
Sama halnya dengan Sumire, Namida juga terlihat begitu terkejut dengan keadaan kulkasnya.
"Lho kok bisa kosong gini?" Tanyanya entah pada siapa.Dia dengan kikuk menatap Sumire, "sepertinya hari ini kita harus makan di luar deh, hehehe," ucap Namida menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Gadis berambut ungu mengangguk dengan cepat, "baiklah, aku juga sepertinya harus membeli tas untuk kuliah besok deh." Ujarnya seraya berjalan menaiki tangga.
"So, kau memutuskan untuk tetap berkuliah di TI?" Tanya Namida.
"Yahh mau bagaimana lagi, jika aku menolaknya maka universitas lama ku juga yang kena dampaknya."
"Kau benar, pilihan yang bijak."
"Eh?" Sumire merasa ada yang janggal dengan Namida, 'tumben sekali, ku pikir dia akan menyuruh ku untuk menolaknya.' batin Sumire curiga. Namun seperti biasa, dia lebih memilih untuk tidak memperdulikannya dan melanjutkan langkah menuju kamar. Tidak mungkinkan ia pergi dengan penampilan seperti tadi sore lagi, cukup sekali dia mempermalukan dirinya dengan keluar rumah hanya mengenakan boxer.
"Cepat ya Sumire, aku sudah lapar!"
Seru Namida dari lantai bawah."Iya-iya cerewet." Dengus gadis ungu itu sebal.
-
Tak butuh waktu lama kedua gadis itu pun telah sampai di sebuah tempat makan kali lima. Namida terheran-heran mengapa Sumire membawanya ke tempat ini.
"Sumire kau yakin kita akan makan disini?" Bisiknya di telinga Sumire.
Sumire mendekati telinga sahabatnya itu lalu berbisik, "ya tentu, memangnya ada apa? Tadi aku kebetulan lewat sini dan melihat banyak orang yang makan di tempat ini, jadi ku pikir makanan disini mungkin enak."
Walau masih terheran-heran, akhirnya Namida pun mengiyakan saja perkataan sahabat ungunya itu.
"Lagi pula aku harus menghemat pengeluaran, kau tau sendirikan biaya kuliah di TI sangat mahal." Sumire kembali berujar.
"Iya-iya ngerti deh. Nah sekarang kamu mau pesen apa Sum? Aku dah lapar banget nih." Ujar Namida seraya mengecek buku menu.
"Samain aja deh punya kita." Sahut Sumire ikut duduk berhadapan dengan Namida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet Letter
RomanceSeorang pria bermata biru safir berlari secepat yang ia bisa, rasa lelah yang dari tadi sudah terasa tak ia hiraukan sedikit pun. 'Ini semua salah ku... andai saja waktu itu aku mempercayainya!" - DRAGG "Matilah kau gadis sialan! Sudah ku bilang...