Part 4 : Ada Apa Dengan Farhan (AADF)

48 3 0
                                    

Baru kali ini Zee merasa ada yang mengerti dan peduli pada dirinya selain sahabat-sahabatnya. Ricky mengajak gadis yang ia boncengnya berkeliling dengan motornya sambil menghibur dan membuat gadis itu tertawa sampai dia lupa bahwa dia sedang ada masalah.

"Zee, kita pulang ya. Ini udah malam banget loh, besok kamu sekolah kan ?"

Lagi-lagi Zee menggeleng "Gue enggak mau pulang. Antarin gue ke rumah teman gue aja di jalan cendrawasi"

"Yaudah kalo gitu, saya antarin kamu kesana"

Kejadian tadi cukup mengurasa tenaga Zee sehingga tubuh mungilnya terasa begitu lelah. Pelan-pelan ia bersender di punggung Ricky kemudian memejamkan kedua matanya.

"Zee" Panggil Ricky yang memastikan keadaan gadis yang di belakangnya "Tidur ya ? Yahh malah tidur".

Akhirnya Ricky menyetir hanya menggunakan sebelah tangan karna sebelah tangannya lagi dia gunakan untuk menahan Zee agar gadis itu tidak jatuh. Ricky menarik tangan Zee lalu melingkarkan tangannya di pinggang Ricky hingga mereka sampai tujuan.

"Zee, bangun. Kita sudah sampai di jalan cenderawasi" Ucap Ricky secara perlahan membangunkan Zee.

Zee terbangun lalu mengucek kedua matanya "Ohh udah sampai ya ? Yaudah lurus aja, entar ada perempatan terus belok kiri. Rumahnya sebelah kiri, rumah putih gede".

Ricky kembali menghidup kan motornya lalu melanjutkan perjalanan mereka. Setibanya mereka di depan rumah Visha, Zee langsung menelfon sahabatnya itu dan memberi tahu bahwa dia sudah di depan rumah. Ricky masih setia menemani Zee hingga Visha membuka pintu.

"Zee ? Kok lo masih pakai seragam ? Lo kenapa ?" Tanya Visha yang tampak panik.

"Panjang ceritanya Vi. Nanti gue ceritain".

"Okee" Kata Visha yang kemudian melihat ke arah Ricky sambil manaikan alisanya "Btw ini ?".

"Oia Vi kenalin ini Ricky, Rick kenalin ini Visha sahabat gue".

Ricky dan Visha langsung bersalam saling memperkenalkan diri. "Yaudah kalo gitu kalian masuk gih, ini udah malam". Perintah Ricky.

"Iya, lo hati-hati di jalan ya".

"Okee. Yaudah saya duluan ya" Ucap Ricky yang kemudian berlalu pergi.

Setelah Ricky pergi, Visha menatap gadis di sebelahnya dengan tatapan menggoda. "Kenapa lo liat gue kayak gitu ?" Tanya Zee.

"Enggak papa. Ternyata seorang Zeonna masih normal" Jawab Visha.

"Udah jangan aneh-aneh lo. Ayo masuk, gue capek !! Mau tidur" kata Zee yang berjalan pergi meninggalkan Visha.

"Idih, ini rumah siapa sih sebenarnya" dumel Visha.

***

"Yaelah son, pagi-pagi udah belajar aja" celetuk Visha yang baru saja tiba di kelas.

"Iya Son, masih pagi nih. Nasi dagang di kantin juga masih hangat. Sarapan dulu napa" timpal Zee yang kebetulan juga baru tiba si kelas.

"Tar lagi udah mau ujian. Lo pada kan tau kalo nilai gue harus tetap bagus dan lebih tinggi dari pada yang lainnya supaya gue bisa dapat beasiswa dan kuliah di jurusan yang gue mau" Jawab Zweitson yang masih menatap bukunya.

"Nih ya Son gue kasih tau, nilai atau angka itu sebenarnya enggak terlalu penting tau di sekolah. Angka itu jahat, buat kita kepecah jadi dua. Yang pintar dan yang ga pintar, yang sepesial dan yang ga sepesial. Lebih parahnya lagi, angka-angka itu bikin bakat orang ga keliatan. Contohnya ada yang bakatnya di bidang non akademik, mau ga mau ya dia harus masuk sekolah biasa. Nilai seni dan olahraganya kuat tp nilai matematikanya lemah jadinya dia enggak naik kelas dan dia masuk ke golongan orang yang ga pinter kayak Sera lalu ujung-ujungnya dia lagi yang di salahin kenapa masuk ipa ga masuk ips. Kalo pun dia masuk ips bakalan di cap kenapa enggak sepintar anak ipa" Jelas Visha panjang lebar.

Un1ty : éternelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang