III

1.5K 223 16
                                    

Jay langsung menyomot satu gorengan yang berada di atas meja ketika ia baru saja tiba di tempat tongkrongannya bersama dengan teman-temannya.

Metro atau warung hijau yang berada didekat sekolah mereka memang menjadi tempat yang pas untuk menjadi tongkrongan. Tempat itu memiliki segalanya yang mereka butuhkan. Gorengan jika lapar. Soda jika haus. Dan rokok jika mulut sedang asam. Jay juga tidak tahu kenapa tempat itu dinamakan metro, yang jelas seniornya terdahulu juga sudah menyebut warung itu dengan metro.

"Widih, baru dateng nih. Darimana bos?" tanya Kiming seraya menghisap gulungan putih yang berada di tangan kanannya.

"Biasa," Jay menaikan kedua alisnya. "Ngapel sama Bu Nita."

"Goblok," umpat Winwin seraya tertawa dengan kelakuan temannya itu.

"Hukuman lu selesai kapan, Jay?" tanya Edgar yang duduk di depan Jay.

Jay hanya terdiam, matanya menerawang mencoba untuk mengingat. Tapi sialnya Jay tak bisa ingat. Mungkin karena sudah terlalu banyak hukuman yang diberikan kepadanya hingga ia sendiri lupa dengan hukumannya saat ini.

"Lamain aja deh, soalnya gua masih nyaman sama Nita," jawab Jay asal.

"Anjing, goblok," umpat Kiming bertubi-tubi seraya melempar Jay dengan kulit kacang.

Tolong diingat kalau Jay ini memang memiliki watak yang berbeda-beda. Dimata para guru, ia adalah anak badung yang tidak bisa dimaafkan. Dimata para gadis, Jay adalah seorang pemuda tampan yang memiliki sifat dingin. Dimata teman-temannya, Jay adalah badboy berjiwa badut. Dan dimata Rose pemuda itu adalah anak titipin setan.

Jadi wajar saja bila Jay dapat dibilang memiliki banyak kepribadian, padahal ia tidak mengidap bipolar. Jay hanya memiliki banyak sifat yang akan keluar sesuai dengan orang yang sedang berada disekitarnya.

"Lu kenapa berantem lagi sama June? Bukannya masalah metro udah selesai?" tanya Edgar kepada Jay.

Sudah dikatakan jika Jay dan June adalah saingan dalam perebutan kekuasaan di SMA 49. Dan mereka juga sempat bertengkar untuk merebutkan metro, seperti jaman majapahit yang bertengkar karena merebut kekuasaan. Tapi memang metro adalah tempat yang tepat untuk diperebutkan.

"Dia bikin masalah lagi sama anak 127," Jay kembali menyomot gorengan yang berada di depannya. "Gua udah capek-capek buat perjanjian damai sama si Satya, tuh anak malah nyari masalah lagi."

Ketiga temannya hanya mengangguk. Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, ketika Jay yang membuat kesepakatan bersama Satya, ketua geng dari SMA 127.

"Gua trauma berantem sama anak buahnya si Satya," Winwin bergidik ngeri ketika mengingat kejadian di masa lalu. "Ada yang bawa pisau lipat, njir."

"Anjir, serius lu, Win?" tanya Kiming.

Winwin mengangguk. "Untung tuh anak udah habis duluan sama Edgar."

"Beuh, mantep," Kiming menunjukan ibu jarinya kepada Edgar. Sedangkan yang diberi penghargaan sudah menaik-turunkan kedua alisnya.

Keempatnya melanjutkan obrolan-obralan santai di sore hari. Dan semakin sore tempat itu juga semakin ramai didatangi oleh beberapa siswa SMA 49. Namun, tak hanya siswa SMA 49 saja, tapi ada beberapa siswa dari SMA lainnya.

🔸🔸🔸

Jay dan ketiga temannya sudah sampai dirumahnya. Setelah menongkrong selama empat jam lamanya, akhirnya mereka memutuskan untuk lanjut berkumpul di rumah Jay. Walaupun rumah Jay adalah pilihan kedua mereka.

Awalnya mereka ingin pergi menuju rumah Winwin, karena Ibunya Winwin sedang memasak rendang. Masakan yang membuat keempat pemuda itu betah dirumah Winwin dan tak ingin pulang. Namun, ternyata Ayah dari Winwin sedang berada di rumah. Mereka bukannya takut pada Ayahnya Winwin hanya saja mereka takut keceplosan bila memanggil sebutan Winwin. Karena nama asli dari Winwin adalah Arga, sedangkan Winwin berasal dari namanya Ayah pemuda itu, yaitu Winarto.

ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang