Bab 12

834 87 31
                                    

Rassy bangun lebih awal pagi ini, tidak tanggung-tanggung pukul 4 pagi matanya sudah terjaga padahal selama ini ia bangun paling pagi adalah pukul setengah enam. Alasannya tentu tak lain dan tak bukan adalah karena sang suami yang subuh-subuh sudah tampak segar seusai mandi. Dia juga sudah berpakaian koko lengkap dengan sarung garis-garis warna hitam dan putih. Pria itu mengajak Rassy salah subuh bersama, Rassy setuju saja karena dia tidak ingin berdebat dengan suaminya pagi-pagi buta begini. Dengan catatan gadis itu tidak mau mandi, cukup cuci muka dan wudu saja. Udara Bandung di pagi hari sungguh menyiksa tulang-tulangnya. Tidak jarang di beberapa kesempatan Rassy akan mandi dengan air hangat. Apalagi di musim penghujan, air dingin adalah musuh terbesar Rassyfa.

Selesai salat subuh, Keandra tidak tidur lagi, pria itu melangkah ke ruang tengah lalu membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon. Membiarkan udara luar memasuki apartemennya secara menyeluruh. Kebiasaan ini memang sudah dilakukan pria itu sejak lama, mungkin saat ia masih duduk di bangku SMP. Tidak tahu kenapa dia sangat menyukai udara pagi, selain menyegarkan, kegiatan itu juga bisa membawa kedamaian bagi Keandra.

Sementara itu, di kamar Rassy pun tidak bisa memejam matanya lagi sekali pun ia sudah berusaha keras. Gadis itu bingung mau melakukan apa untuk mengisi kekosongan di pagi ini. Jam masih menunjukkan pukul lima, mau sarapan tapi ia merasa itu terlalu awal. Tidur lagi tidak bisa, beres-beres rumah juga bukan ide yang baik. Kalau Rassy melakukan pekerjaan rumah, bukannya rapi tapi apartemen Keandra bisa hancur dan berantakan melebihi kapal pecah.

Jika dipikir ulang, menikah dengan Keandra benar-benar membawa Rassy pada kehidupan masa kecilnya. Di mana ia yang sering diminta bangun pagi-pagi, disuruh salat tepat waktu, diajak mengaji. Sungguh petuah dan perintah khas orang tua zaman dulu. Sepanjang malam terkurung berdua bersama Keandra Malik Husein membuat gadis itu sadar bahwa suaminya adalah orang yang benar-benar penyabar dan perhatian. Katakanlah Rassy terlalu cepat menilai orang tapi untuk sekarang memang itu yang Rassy rasakan. Jantung gadis itu juga semakin sering berulah jika sedang bersama suaminya.

Berbicara tentang Keandra, Rassy jadi penasaran dengan kegiatan apa yang sedang dilakukan suaminya sekarang. Sejak keluar kamar, pria itu tak kunjung kembali. Rassy memutuskan untuk mencari Keandra dan ternyata pria itu sedang duduk santai di depan tv yang menayangkan acara berita. TV itu menyala dengan volume sedang, anehnya mata dan fokus Keandra tidaj tertuju ke sana melainkan pada sebuah buku di tangannya. Rassy mendekat dan itu berhasil menarik perhatian sang suami.

"Kamu mau sarapan sekarang?" tanya Keandra dengan senyum khasnya.

Rassy menggeleng cepat lalu duduk di samping pria itu.

"Chef sedang baca apa?"

Basa-basinya enggak banget sih lo, Chy.  Geli sendiri gue.

Rassy merutuk dirinya sendiri, merasa apa yang dia tanyakan itu terlalu absurd dan tidak perlu ditanyakan. Dari sampulnya saja padahal Rassy sudah tahu bahwa suaminya sedang membaca buku tentang manajemen bisnis.

"Hanya bacaan biasa, aku tadi buat teh jahe, kamu mau?" Keandra menyimpan bukunya lalu mengambil segelas teh jahe yang tadi disimpan di meja.

"Aku enggak suka minuman kayak gitu."

"Coba dulu, rasanya enak, bisa bikin tubuh kamu hangat juga."

"Biasanya minuman kayak gitu rasanya pasti aneh."

Keandra menyunggingkan senyum, ia menggeser duduknya semakin mendekati sang istri lantas mengulurkan cangkir tehnya pada Rassy.

"Dicoba dulu," ulang pria itu.

Rassy menatap suaminya sebentar, ekspresi Keandra menyiratkan Rassy untuk segera mencicipi minuman itu. Rassy pun meminumnya dan Keandra dengan setia memegangi cangkir teh itu.

Love at First Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang