"Pokoknya saya nggak bisa begini terus!"
Juno menggebrak meja, membuat pandangan orang-orang di ruang guru tertuju ke arahnya. Termasuk Pak Sam yang sedang khusyuk mengoreksi tugas. Hampir saja Pak Sam melayangkan kursi ke arah Juno gara-gara kaget.
"Kamu kenapa, Juno?" tanya Pak Sam mencoba meredam emosinya.
Hari ini sudah genap 10 kali Juno ikut remidi kimia sejak tempo hari, namun nilainya sama sekali tidak ada peningkatan. Malah semakin bertambah minus gara-gara banyak yang tidak ia isi.
"Saya nggak bisa terus-terusan kayak gini, Pak. Saya capek."
"Kayak gini apa maksud kamu?"
"Kayak gini." Juno menunjuk soal remidi yang sedang dikerjakannya.
"Kamu tidak mau ikut remidi lagi?"
"Bukan gitu, Pak."
"Terus?"
"Saya nggak bisa terus-terusan ngerjain remidi kayak gini. Saya nggak boleh remidi lagi."
"Memang harusnya begitu, tapi nilai kamu tidak pernah lulus KKM."
"Makanya itu, Bapak. Saya harus berubah."
"Berubah jadi Ultraman gitu?"
"Nggak, Pak. Pak Sam jangan bercanda dulu, saya lagi serius."
"Ya sudah, saya dengarkan."
"Kayaknya saya butuh les privat."
"Les privat?"
Juno mengangguk-angguk mantap. "Saya sadar, gara-gara saya keseringan bolos waktu masih di kelas sebelah, saya jadi ketinggalan banyak pelajaran. Jadi, kayaknya saya butuh les privat."
"Saya sih setuju-setuju saja, tapi kalau saya ngelesin kamu, saya tidak ada waktu luang."
"Saya bayar kok, Pak!"
"Dengar ya, Jun. Yang namanya waktu itu tidak bisa dibayar."
"Terus gimana dong, Pak? Saya nggak mau terus-terusan bodoh kayak gini. Saya udah capek ikut remidi terus," keluh Juno.
Cowok itu sudah cukup frustasi ikut remidi hampir setiap ulangan. Belum lagi Jihan yang terus menolak Juno menjadi temannya karena Juno yang katanya nggak pintar.
"Begini, saya akan carikan orang lain yang bisa ngelesin kamu."
"Serius, Pak?"
"Iya. Nanti sepulang sekolah kamu tunggu saja di perpustakaan."
Juno berbinar, kemudian mengangguk-angguk semangat.
"Terima kasih, Pak."
...
Sesuai perkataan Pak Sam, sepulang sekolah Juno pun menunggu orang yang akan mengelesinya di perpustakaan. Perpustakaan sudah sepi waktu itu, hanya ada Juno seorang di sana. Duduk di pojokan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Sudah hampir 30 menit Juno menunggu, namun orang yang dinantinya tak kunjung datang. Juno pun mulai merasa bosan.
"Anjir, lama bener." Juno terus menggerutu, pantatnya mulai gatal gara-gara kelamaan duduk. Bisa-bisa Juno ambeien kalau gitu terus.
Alasan Juno tidak meminta les privat pada emaknya adalah karena jawaban emak Juno selalu sama saja. Ketika Juno minta dileskan, emaknya malah menyuruh Yuvia untuk mengelesinya. Yang mana bukannya mengelesi, Yuvia malah mengomel gara-gara Juno tak paham-paham. Membuat Juno makin sepet saja.
Beda dengan Juno, Yuvia termasuk cewek yang pintar, cuma otaknya agak gesrek ikut-ikut emak bapaknya. Cewek itu lebih tua tiga tahun dari Juno, jadi sekarang Yuvia sudah kuliah, yakni di jurusan pertanian. Yuvia memang bercita-cita untuk menjadi TNI alias Tani Nasional Indonesia, supaya bisa memajukan pertanian di Indonesia agar tidak meng-impor beras lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART CRUSH
Teen Fiction[HIATUS] Jika biasanya cewek suka sama cowok cakep, ganteng, putih, tinggi, wangi, bin tajir. Beda cerita dengan cewek bernama Jihan yang malah anti sama cowok model kayak gitu. Bukannya Jihan tidak suka cowok ganteng, tetapi menyukai cowok ganteng...