15. Senjata Makan Tuan

1 0 0
                                    

Hari ini Jia sudah siap dengan amunisinya. Cewek itu sudah memutuskan matang-matang bagaimana menghancurkan sesi les Juno sore ini. Kemarin, Jia sudah mengorek banyak informasi dari Ares tentang dimana tempat Juno les, berapa lama Juno les, dan berapa biaya Juno les. Cuma yang tidak Jia tanyakan kepada Ares adalah alasan Juno les, karena Jia sudah tahu pasti alasannya.

Sepulang sekolah, Jia langsung bergegas ke perpustakaan sambil mengendap-endap, bermaksud mengecek apakah Ares dan Juno sudah ada di sana atau belum. Sesuai dugaannya, ternyata Ares dan Juno sudah ada di dalam perpustakaan dan tengah memulai sesi les mereka.

“Jadi, sebenernya Tok Dalang itu bukan suaminya Opah, tapi dia itu adalah adiknya Opah. Selama ini ekstern-fans pada salah sangka. Terus nama aslinya Tok Dalang itu Isnin bin Khamis. Dia manggil Opah dengan sebutan Uda, sementara nama asli Opah itu Siti. Lo ngerti nggak, sih?” ucap Ares menerangkan.

“Anjir! Les apaan itu, tolol?! Lo pikir gue bocah makanya diajarin begituan?!”

Juno mengumpat, les macam apa yang Ares ajarkan padanya. Mentang-mentang tidak ada PR dan besok tidak ulangan jadi Ares malah mengajarkan Juno pelajaran tentang kartun.

“Biar lo tahu aja.”

“Gue juga udah tahu kali, nggak perlu lo ajarin lagi!”

“Ya udah, gue lanjut.”

“Nggak usah! Apa faedahnya lo nyeritain tuh tuyul plontos ke gue? Harusnya lo ngajarin materi-materi apa kek gitu.”

“Kayak lo bakal paham aja.” Ares mendengus, lalu mengeluarkan buku catatannya. “Berhubung besok ada pelajaran Matematika, jadi gue mau ajarin lo materi tentang berhitung.”

“Gue udah tahu kali.”

“Ya udah coba.”

“S―”

Ichi, ni, san, nyaa arigatou ... nyaa arigatou....

“Suara siapa itu, anjir?!”

Hitungan Juno terjeda, begitu suara yang entah darimana asalnya tiba-tiba terdengar. Ares dan Juno pun langsung celingukan, mencoba mencari sumber suara, yang ternyata asalnya dari belakang rak buku tempat Juno duduk.

Di sana, mereka berdua menemukan Jia yang tengah gelosoran di lantai sambil memandangi ponselnya. Jelas ternyata Jia yang menjadi sumber suara yang mengganggu konsentrasi Juno.

“Lo kenapa bisa ada di sini, Jia?!” tanya Juno dengan suara tinggi.

Begitu mendengar seruan Juno, Jia pun menjeda video yang sedang ditontonnya kemudian menoleh ke arah Juno.

“Ini kan tempat umum, nggak ada salahnya dong gue di sini,” jawab Jia tanpa merasa bersalah meski telah menganggu ketenangan Ares dan Juno.

“Tapi lo mengganggu kita yang lagi belajar.”

“Gue ini penjaga perpustakaan, jadi gue bebas kapanpun mau ke sini.”

“Daripada lo jadi penunggu perpustakaan yang nggak jelas, mending lo jadi penunggu pohon aja sana!”

“Lah, ngatur!”

“Makanya lo jauhan dikit.”

“Kalian aja yang jauhan. Ribet banget.”

Jia tidak lagi menggubris Juno, cewek itu kembali menyetel video di ponselnya dengan volume yang tidak ngotak, membuat Juno kian bersungut-sungut.

“Udah, kita pindah ke tempat lain aja,” saran Ares.

“Nggak bisa! Kita kan udah duluan di sini.”

“Kalau gitu kita belajar di pojokan aja.”

Juno mengangguk setuju, kemudian keduanya segera pindah. Jia masih tak kapok, dia semakin mengeraskan volume video agar Ares dan Juno merasa terganggu.

HEART CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang