6. Kucing dan Sewadah sosis

51 29 77
                                    

"Hei coba tebak apa yang bakalan gue tunjukin ke kalian semua?" ujar Nirmala dengan kedua tangan dibelakang. "Tebak ayo tebak!"

Sintania memutar bola matanya. "Whiskas promo kan?"

Iya, jika mendengar kata Nirmala pasti tak jauh-jauh dari binatang peliharaan berjenis kucing. Makhluk hidup yang menggemaskan, namun sebagian orang membencinya.

"Hmm No."

"Terus apa?"

Nirmala mengangkat bahunya seakan misterius. "Tebak lagi dong."

"Harga eskrim turun?" kali ini Kadek yang menebak.

Nirmala menggelengkan kepala dan tersenyum manis. "Salah lagi, ayo tebak!"

Mentari yang melihat semua itu ikut bersuara dan menebak. "Sosis promo?"

Nirmala menghembuskan napasnya dan memasang wajah kecewa. "Parah masa gak ada yang tau."

Mereka bertiga menatap Nirmala dengan rasa iba bercampur ingin tertawa. Fero yang memperhatikan itu semua lantas ikut menyahut. "Postcard?" tanya Fero.

Nirmala menoleh kebelakang tepat dimana Fero terduduk. Tatapan gadis itu lurus dan memincingkan kedua mata. "Lo tau dari mana?"

Pria itu sedikit gelagapan menanggapinya, lagipula mereka baru masuk SMA Kartikatama sekitar setengah tahun yang lalu, artinya memasuki semester dua dibangku kelas sepuluh.

"Nebak aja."

"Lo cenayang ya?" tanya Nirmala merasa sangat curiga dengan tebakan Fero yang ternyata benar.

"Bukan."

"Terus?" tanya Nirmala lagi, gadis itu benar-benar sangat mengintrogasi sekali.

"Gue cuma ngomong aja."

"Bohong."

Iya memang Fero jelas saja berbohong, lagipula pria itu mana mengerti dengan hal-hal seperti postcard yang harga officialnya bisa untuk membeli kuota mendownload anime sepuasnya.

Benar-benar gadis yang boros namun tetap menggemaskan.

Fero menganggukkan kepala. " Memang."

Lantas Nirmala mencibir saat mendengar penuturan dari Fero tersebut. "Dasar otak rumit," ujarnya seraya membalikkan badan dan kembali berbincang dengan ketiga temannya.

Pria itu menghela napas panjang lalu menyikut lengan Wawan. "Game gak?"

Wawan mengangguk setuju. "Ok," ada jeda, "tetring dulu," pinta Wawan.

Fero membelalakkan kedua matanya kaget. "Hah?"

"Tetring dulu."

"Hah?"

"Hospot."

"Maksud gue kok lo minta tetring?" tanya Fero kaget, pasalnya Wawan memiliki julukan sultan kedua dikelas setelah Rino tentunya.

Alasannya standar, karena Wawan tak pernah telat bayar kas bahkan manusia satu-satunya dikelas yang tidak pernah memanfaatkan fasilitas sekolah seperti wifi.

Sesultan itu anaknya.

"Gue keabisan kuota tadi."

"Hmm?"

"Iya gue keabisan kuota dan lupa beli, gak bawa dompet buat m-banking."

Fero menganggukkan kepalanya. "Yaudah nih gue tetringin," ujar Fero.

Wawan dengan segera membuka setelan wifi dan menanyakan nama hospot dan juga password. "Nama?"

"Tetring terus."

"Hah?"

"Itu nama hospotnya," jelas Fero.

Wawan mencibir. "Kayak nyindir ya."

"Alhamdulillah kesindir."

Wawan menyikut Fero dengan refleks membuat sang empu kesakitan. Tentu saja hal itu menarik perhatian sebagian teman sekelas.

"Ngapain nih senggol-senggolan?" tanya Sevin dengan sok asiknya tiba-tiba ikut nimbrung.

"Sikut-sikutan," ralat Fero.

"Iya maksudnya itu..."

Fero menjawab. "Sisultan minta tetring."

"Njir baru sekali doang," elak Wawan.

"Tumben, Wan.." komentar Nazwa yang ntah mengapa tiba-tiba berdiri tepat samping Fero duduk. "Gitu ngomongin gue minta tetring terus."

"Gue baru sekali ya bambang."

"Nama gue Nazwa ya anjir, bukan Bambang."

"Oh."

"Apasih lo? Ngajak berantem?!" tanya Nazwa kesal.

"Sssttt udah dong jangan rebutin gue," ujar Sevin bermaksud menengahi, pria itu tak ingin terjadi pertumpahan darah disini.

"Bagi tetring dulu nanti gue diem," ujar Nazwa dengan nada kesal.

Karena tak ingin memperpanjang masalah akhirnya Sevin memberikan mifi yang selalu ia bawa kesekolahan. "Nih."

"Nah gini kan kawan..." ada jeda, "btw thanks," kata Nazwa seraya kembali ketempat duduknya. Sementara itu Sevin menggelengkan kepala, bisa-bisanya berteman dengan manusia seperti itu."

Fero mengabaikan semua itu, bahkan niatnya untuk bermain game pun terabajman. Sosok Nirmala masih tetap berada didepannya, beberapa menit lagi bel pergantian jam akan segera berbunyi dan sudah pasti rutinitas Nirmala terlaksana.

Pria itu melihat gerak gerik Nirmala saat berdiri dari tempat duduknya dan mengeluarkan beberapa sosis yang selalu ada disaku tas sebelah kanannya. Lalu beberapa detik kemudian, gadis itu berlari keluar kelas.

Ahh kali ini tentang kucing lagi. Bisa-bisa gadis itu akan mendapat julukan ratu kucing di sekolah ini.

"Lo ngeliatin apa?" Tanya Wawan karena melihat teman sebangkunya fokus memperhatikan luar kelas. "Lo naksir Mala?"

"Hmm?" Fero terkejut. Pertanyaan Wawan benar-benar tepat sasaran. Apakah Fero mengaku saja jika ia tertarik pada Nirmala? Tetapi Fero merasa sangat malu sekali mengakuinya, karena dirinya sangat jauh dari katagori cowok idaman Nirmala yaitu Kim Taehyung, salah satu personel BTS.

"Enggak, gue ngeliat kucing dan.."

"Dan apa? Nirmala?"

"Sewadah sosis," ujar Fero seraya tersenyum kearah Wawan berniat mengalihkan pemikiran Wawan. Lantas Wawan yang disenyumi Fero bergidik ngeri dan menatap Fero dengan tatapan takut.

Lagipula bagaimana bisa Fero tersenyum manis seperti itu kepada seorang laki-laki? Terlebih itu adalah teman sebangkunya, Wawan.

***

#A/N

Adakah diantara kalian para readers tercinta yang selalu malu jika menaksir teman sekelas?

Atau ada yang secara terang-terangan?

Ayo ngaku🤧 Aku tantang kalian baca cerita ini sampai selesai yaa^^ Karena cerita ini sekedar memperjelas adanya part-part di lapak PEMILIK OTAK RUMIT. Jadi aku gak akan kasih konflik yang berat, nanti kalian trauma suka sama temen sekalas xixixi.

Sampai jumpa pada chapter selanjutnya, see u next part!!🤩

Dear N ; My Queen Cat [EXTRA FERO POV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang