Shawn tersenyum sambil melambaikan tangan.
Memangnya dia anak remaja? Berkunjung jam segini dengan melempar batu ke kaca. Klasik. Pikir Anna sambil sedikit tersenyum karena senang. Tidak menunggu lama, Anna turun sambil mengucir rambut dan menghampirinya.
"Ada apa? Tidak bisa berkunjung lebih awal?" Tanya Anna dengan nada kesal namun mengembangkan senyum di wajahnya.
"Aku dengar kamu akan pulang besok. Jadi aku datang" Jawab Shawn.
"Mau masuk ke kamarku? Di sini dingin" Anna menawari. Shawn setuju dan mereka masuk menyelinap ke kamar Anna.
Mereka berdua saja malam itu di kamar Anna.
Tangan Shawn dingin. Dia pasti telah menunggu lama di luar sebelum memberanikan diri melempar batu ke jendelaku. Pikir Anna sambil memandanginya. Anna lalu memegang tangan Shawn untuk menghangatkannya. Sadar akan tingkahnya yang sedikit berlebihan, Anna segera melepas tangannya dan terdiam.
Shawn menatapnya dengan hangat. Berbeda dengan tatapannya saat dia melihat Anna menaiki bianglala saat itu. Inilah Shawn yang dia kenal.
Dibelainya dengan lembut rambut Anna yang tidak terikat. Jemari Shawn yang dingin mengarah ke belakang kepala Anna, mengaitkan kalung berinisial S.
"S untuk Shawn?" Tanya Anna sambil melihat kalungnya.
"Stief". Jawab Shawn singkat namun melukai Anna. Perasaan Anna bercampur aduk. Dia berpikir tidak mengapa bila dia mengatakan S untuk Shawn. Dia akan tetap mengenakannya.
Melihat Anna yang terdiam, Shawn kembali membelai rambutnya dan melepas ikatan rambutnya. Ditatapnya kembali Anna yang merah wajahnya. Dia mendekati Anna dan mencium bibir Anna dengan lembut. Anna tidak memberontak tanda dia tidak menolak.
Mereka saling bertatapan. Banyak kerinduan, luka dan dendam pada tatapan mereka berdua. Namun tubuh mereka berkata lain. Naluri Shawn sebagai laki-laki menyala. Dia segera menciumi bibir Anna lagi, kali ini dengan kasar dan penuh nafsu. Bibirnya merajahi dari bibir ke pipi, turun ke leher Anna. Sesekali dilihatnya mata Anna. Dia tahu Anna tidak akan menolaknya bila lebih dari ini.
Mereka berciuman dengan tempo yang semakin kuat dan nafas yang mulai terengal-engal.
Shawn, dengan tangan kirinya, bermain ke paha Anna yang saat itu hanya memakai pakaian tidur mini. Tubuhnya tidak terkontrol. Jemarinya lihai membelai paha Anna agar Anna terbiasa dengan sentuhannya sebelum jari-jarinya masuk pada area terlarang Anna. Anna sedikit kaget namun tetap menikmatinya.
Desahan Anna adalah lagu merdu di telinga Shawn. Dia sangat menikmati moment-moment seperti itu. Menjadikannya lebih berani dan bergairah.
Anna menginginkan lebih. Anna tidak bisa hanya cukup bertemu dengannya. Dia menginginkan yang lebih dari ini semua. Dia ingin malam itu hanya Shawn yang menikmati tubuhnya.
"Kamu milikku" Begitulah yang dikatakan Shawn berkali-kali dengan tubuhnya yang sudah menyatu bermain dengan liar dalam tubuh Anna. Nafas mereka saling beradu dalam keheningan malam, semesta memihak mereka. Tidak seorang pun mendengar erangan Anna yang cukup keras. Dalam gelapnya malam dan gelapnya kenangan, mereka bermain dalam perjalanan waktu tanpa sehelai kain malam itu.
Malam telah berlarut dengan cepat hingga pagi. Anna mendapati dirinya sudah berpakaian lagi ketika bangun dan Shawn sudah pergi.
Dasar Shawn. Bisa-bisanya dia memakaikan pakaian saat aku tertidur. Pikir Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI
RomanceAnna Lane. Lane adalah nama keluarga dari suaminya yang tampan, perhatian, dan seorang konglomerat, Stief Lane. Memiliki kehidupan sempurna, Anna tidak tahu caranya agar lebih bahagia lagi. Sampai suatu saat setelah kecelakaan mobil yang terjadi pad...