Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
♡****
Setelah kejadian kemarin, rupanya Hasna benar-benar menuruti kemauan Ayah nya, toh itu tidak terlalu buruk. Dengan begitu dirinya juga bisa terbebas dari rumahnya yang penuh penderitaan.
Eka dan Kania yang sudah mengetahui Hasna akan di masukkan ke pondok pesantren tentu saja senang. Ia merasa akan lebih leluasa dalam hal apapun.
Dasar tidak tahu malu, bertindak sesuka hati di dalam rumah, padahal rumah itu milik Ayahnya. Kania itu manja, sering merengek meminta ini dan itu melebihi Hasna yang status nya anak sendiri, padahal Hasna sendiri pun tidak pernah seperti itu.
Tidak tahu diri memang! Sudah menumpang malah menganggap Hasna sebagai saingan.
Ahh, mengingat Ayahnya rasanya Hasna masih kecewa. Sejak pertengkaran yang terjadi di antara mereka kemarin sore, hingga pagi tadi dan sekarang sedang menuju perjalanan ke pesantren, tidak ada satu kata atau pun permintaan maaf yang terucap dari Yussuf.
Hasna yang sibuk memandangi jalanan yang siang ini terlihat ramai tidak menyadari jika sudah memasuki area pesantren, hingga klakson mobil yang di tumpangi nya berbunyi terlihat seorang pria terburu-buru membukakan pintu gerbang.
Pondok pesantren Darul Muttaqien.
Itulah nama pesantren yang akan menjadi tempat Hasna menimba ilmu sekaligus mencari tahu tentang sesuatu.
"Masya Allah.."
Kata pujian tak henti hentinya Hasna ucapkan, menatap kagum pada bangunan di depan matanya, tak menyangka bahwa inilah pesantren yang akan menjadi tempat tinggalnya.
Kerudung pashmina yang hanya di sampirkan di bahu bahkan tanpa peniti yang dikenakan Hasna tiba-tiba terlepas tatkala angin berhembus kencang. Buru-buru ia memperbaiki letak kerudungnya.
Hasna merutuki kebodohannya yang lupa memakai kan peniti pada kerudungnya setelah di perbaiki di mobil tadi. Untungnya ia memakai Ciput, setidaknya rambutnya tidak terlihat karena di tutupi Ciput.
"Wahai ukhti, pakailah kerudung mu dengan benar sebagaimana syariat agama Islam!"
Deg
****
Hasna saat ini sedang berada di ndalem, tepatnya di rumah Abah Hamdan, pemilik pondok pesantren sekaligus sahabat dekat Ayahnya. Kedatangannya di sambut baik dan antusias dari keluarga ndalem.
Setelah makan bersama, Abah Hamdan dan Yussuf pergi entah kemana. Sementara Hasna ia hanya duduk di ruang tamu ditemani dengan seseorang yang sejak tadi sibuk sendiri dengan buku novel nya.
Dia, fakhra Hayfa Arsyla. Gadis yang kerap di panggil Ara itu putri kedua dari Abah Hamdan dan Umi Farida yang saat ini berusia 19 tahun.
Umi Farida datang menghampiri dua gadis itu, ia mendudukkan dirinya berada di tengah-tengah antara Hasna dan fakhra.
"Ara, simpan dulu bukunya nak! Massa tamu secantik ini di-anggurin toh," ujar Umi Farida. Ia berusaha mencairkan suasana, takutnya Hasna tidak nyaman melihat mimik wajah putrinya yang tidak bersahabat.
"Umi, Ara mau ke asrama dulu ya, mau balikin novel punya Nadin." Ujar Fakhra tanpa menjawab ucapan umi nya.
"Nanti saja ke asrama nya nak," jawab Umi Farida.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lillahi ta'ala
SonstigesHasna kira perjodohan itu hanya terjadi di zaman Siti Nurbaya, namun ternyata salah, perjodohan itu juga terjadi pada dirinya. Hafidz, laki-laki itu tidak menyangka, bahwa Hasna lah yang akan dijodohkan dengannya. Gadis malang yang benaknya penuh ta...