Part {1}

12.4K 958 19
                                    

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

****

Hasna Halwatuzahra namanya, gadis berusia 18 tahun 5 bulan itu tengah termenung menatap kosong pada guyuran hujan deras lewat jendela kamar nya.

Tepat di usianya yang menginjak 18 tahun di 5 bulan yang lalu, ia pun telah menyelesaikan pendidikan putih abu nya dengan hasil yang selalu memuaskan.

Namun sudah 5 bulan berlalu sejak kelulusan SMA nya pada hari itu, tidak ada aktivitas yang Hasna lakukan selain berdiam diri di dalam rumah yang menurutnya sepi seperti tanpa penghuni.

Yussuf, Ayahnya, tidak mampu untuk menyekolahkan Hasna ke pendidikan yang lebih tinggi karena pekerjaan nya hanyalah seorang supir yang gaji nya tak seberapa, selain dari itu ekonomi nya pun terbilang pas-pasan.

Sebulan setelah kelulusan, Hasna pernah meminta izin kepada sang ayah untuk mengizinkannya berkuliah sambil bekerja dan tentunya ia akan pergi merantau jauh meninggalkan kampung halamannya.

Namun saat itu Yussuf menolak dan tak mengizinkan apa yang Hasna pinta, dengan alasan ia tak mau jauh dari putri semata wayangnya. Namun alasan utama nya bukan lah itu, ada sesuatu yang saat itu belum bisa ia katakan.

Saking asyiknya melamun, Hasna tak menyadari seseorang tengah berdiri memperhatikannya di ambang pintu kamar.

Yussuf menghela nafas, lagi-lagi ia memergoki putri nya yang akhir-akhir ini sering sekali melamun di kala hujan turun.

"Nak," ucap Yusuf.

Hasna menoleh kaget karena kedatangan ayahnya yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Iya yah, ada apa?" Tanya Hasna.

"Ayah tunggu kamu di ruang tamu ya, ada yang ingin ayah bicarakan." Tanpa menunggu jawaban Yussuf pergi begitu saja.

Selalu saja begitu, menghindarinya, seolah membuat jarak antara seorang ayah dan anak. Entah apa yang membuat Yussuf bersikap demikian Hasna pun tak tahu menahu. Ia hanya menatap punggung ayahnya yang perlahan menghilang dari balik pintu.

"Kamu kenapa si mas, dari tadi resah begitu?" Tanya Eka.

Yussuf hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban, sedari tadi ia terus menerus menghela nafas panjang setelah menerima telepon dari sahabat karibnya.

Baru saja Hasna duduk di kursi sebelah ayahnya, pandangannya langsung bertemu dengan Eka, ibu tirinya yang menatapnya dengan tajam. Selain itu ada Kania saudari tirinya yang duduk di sebelah Eka tengah sibuk memainkan ponselnya.

Ya, Hasna mempunyai ibu dan saudari tiri yang usianya lebih tua dua tahun darinya. Yang Hasna ketahui Ibu nya meninggal di saat melahirkannya, dan pada saat usianya 9 tahun ayahnya menikah lagi dengan seorang janda anak satu.

"Eka pergi lah belanja kebutuhan bulanan! Bukannya sudah pada habis?" Ujar Yussuf, ia memberikan beberapa lembar uang berwarna merah dengan senang hati Eka pun menerimanya.

"Kania antar ibu mu belanja, Maghrib kalian sudah harus ada di rumah." Lanjutnya.

Keduanya mengangguk mengerti lalu pergi dengan senang hati karena Yussuf memberinya uang lebih untuk kebutuhan pribadinya. Tetapi bukan itu yang sebenarnya terjadi, Yussuf menyuruh mereka pergi karena ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan Hasna tanpa diketahui oleh istri apalagi Kania anak tirinya yang selalu berambisi.

"Hasna kemasi barang-barang mu," ujar Yussuf dengan tenang.

"A-ayah ngusir aku?" Tanya Hasna, tentu saja ia kaget dengan penuturan ayahnya.

Lillahi ta'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang