1

10 6 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama Keinara masuk SMA, hari yang dirinya klaim paling membosankan sepanjang sejarah. Bagaimana tidak? Disekolah manapun itu, menurutnya acara MOS hanya dijadikan ajang untuk memamerkan kekuasaan para senior.

Terlebih sepanjang malam ia tak bisa memejamkan matanya semenit saja, pagi-pagi begini matanya benar-benar tampak sayu. Ia berjalan gontai menuruni tangga rumahnya dengan muka yang tak bersahabat.

"Loh Kei, kok baru turun? Mama udah mau berangkat loh" sapa wanita yang berdiri disamping meja makan. Umurnya hendak menginjak kepala empat tapi tak terlihat menua sedikit pun, tubuhnya benar-benar terawat.

Gadis bersurai hitam itu tersenyum malas, "Gapapa Ma, aku bawa mobil sendiri aja."

"Muka kamu pucet, kamu sakit? Atau lagi ada masalah?" Amara menghembuskan nafasnya pelan, "Kalo ada apa-apa cerita dong sama Mama, gimana Mama mau masuk ke kehidupan kamu kalo kamu aja selalu menutup diri."

Keinara memang bukan gadis manja yang sangat dekat dengan keluarganya. Meski anak tunggal ia tak bersikap seperti usia remaja kebanyakan, merengek-rengek manja seolah sedang haus perhatian. Ia lebih memilih menutup diri dan selalu bersikap acuh, toh dia juga masih merasa bukan bagian dari keluarga ini.

"Itu makanan buat aku kan?" ujarnya mengganti topik pembicaraan daripada moodnya bertambah buruk.

Amara tersenyum hangat, "Iya, ini Mama udah siapin roti selai untuk kamu sarapan di Sekolah,"

"Tapi bener kamu gapapa?" sambungnya.

Keinara mengangguk, kemudian menerima uluran bekal itu. "I'm oke Ma, selalu oke."

***

Keinara mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, dia tak peduli dengan pengendara lain yang menekan klakson karena ulahnya, yang dia pikirkan hanya tidak terlambat masuk ke sekolah.

Sialnya, setibanya di sekolah gerbangnya baru saja ditutup.

"Loh Pak, bukain dong bentar" mohon Kei sambil menekan klakson mobilnya.

Sang Satpam hanya menyilangkan tangannya membentuk huruf X, menandakan bahwa siswa telat dilarang masuk.

Sekitar 20 menitan di dalam mobil, Keinara merasa bosan. Ia memilih keluar dan bersandar disamping mobil dengan kedua tangan yang terlipat di dada, ekspresi suntuknya semakin menjadi-jadi. Entah sudah keberapa kali ia menghembuskan nafas kesal.

"Lo telat?" sapa pemuda jangkung yang berjas almamater navy dari balik gerbang. Tapi ia tak sendiri, ada seorang cewek disampingnya mengenakan stelan serupa. Melihat almate juga tampangnya yang sok dibuat judes, Keinara dapat menebak bahwa mereka senior sekaligus osis di Sekolah barunya ini.

"Menurut lo?" jawab Keinara malas.

Pemuda itu membuka gerbang, ia mengamati Keinara dari bawah hingga atas seperti sedang menyelidik. "Anak baru ya?"

Keinara menegakkan tubuhnya kemudian balik mengamati persis seperti yang dilakukan cowok itu tadi.

"Iya. Lo senior disini?" tanyanya balik.

"Menurut lo?"

Kei memutar bola matanya karena cowok itu balik membalas perkataannya. Ia sekarang sedang tidak dalam mode mood baik, yang otomatis membuatnya malas berbicara jadi ia memilih bersikap lunak saja.

"Menurut gue iya, karena lo udah bukain gua pagar artinya sekarang gue udah boleh masuk. Yaudah bye."

Tangannya hendak membuka knop pintu mobil tiba-tiba disentak kasar oleh gadis yang datang bersama cowok itu tadi.

"Belagu banget lo belum masuk sehari disini" ujarnya.

Keinara membaca name tag yang terpasang di jas mereka, Gavin dan Yasmine. Ia kembali tersenyum simpul seraya melepaskan cengkraman cewek itu dari tangannya. "Iya gue anak baru, trus masalahnya sama lo?"

Senior bernama Yasmine itu mengerutkan alisnya terkejut dengan pertanyaan Keinara.

"Lo gak kenal gue? Buku panduannya gak dibaca? Di halaman pertama terpampang jelas ada foto gue disana" ujarnya dengan nada nyolot.

"Ya, gue baca..."

"Lantas lo gak kenal siapa wakil Ketua Osis disini?" tanyanya lagi.

Keinara menaikkan satu alisnya sambil tersenyum, "Yakin? di foto glowing merona, aslinya nggak."

Yasmine lagi-lagi dibuat kesal, mukanya merah padam saat itu juga. "Lo udah mulai kurang ajar ya jadi murid baru, kasih hukuman yang berat aja sekalian, Vin" ujarnya dengan menyorot kebencian pada Kei.

Keinara mengangguk santai, "Sebutin, apa? Gue salah karena telat. Tapi aturan sekolah emang ada harus formal sama senior?"

"Gak ada, tapi kalo lo tau attitude pasti paham. Ga pernah diajarin sopan santun sama orang tua lo?"

Keinara berusaha menahan amarahnya agar tak meledak-ledak, tapi kakak kelasnya ini malah membawa-bawa orang tuanya.

"Gausah bawa-bawa orang tua lu Anjirr!" balas Kei menggebu.

"Heh.." Yasmine hendak akan melayangkan tamparan pada pipi mulus Kei, tapi dengan sigap ditahan oleh tangan kekar milik pemuda yang mengenakan seragam serupa dengan mereka, menandakan bahwa cowok itu juga merupakan siswa disekolah ini.

Semua orang langsung menatap pemuda yang berdiri disamping Keinara itu dengan wajah kaget, sejak kapan ada orang lain disitu?

Keinara juga dibuat speechless melihatnya. Bukan, bukan karena kemunculan cowok itu yang secara tiba-tiba, tapi Kei malah salfok dengan wajahnya. Sekarang hanya satu yang terlintas dibenaknya,

''Tampan, pahatan tuhan yang mendekati sempurna.''

Manik mata tajam cowok itu mampu membius seorang Keinara hingga tak sedikitpun mengalihkan pandangannya kearah lain. Moodnya benar-benar buruk, tapi jika akhirnya yang ditemuinya bak dewa Yunani, ia rela jika diminta jambak-jambakan dengan Yasmine hingga bertumpah darah sekalipun.

"Udah puas lo liatin wajah gue?" sindir cowok tepat disamping telinganya, percayalah bahwa hanya Keinara yang mendengar ucapan sinis itu.

Kei cengo, dia menyayangkan jika cowok setampan dan sekeren dia bersikap ketus, hanya akan membuatnya berpikir ulang untuk memuji ketampanannya yang sempurna.

Dengan sengaja Keinara melirik nametag milik pemuda itu yang terjahit rapi pada baju seragamnya, REYGAN STIVE N.

"Ah, namanya Reygan," batin Kei.

"Dia cuman telat kan, kenapa pake kekerasan?" tanya Reygan mengintimidasi.

Yasmine tak menjawab, ia hanya diam saja seraya menundukkan kepalanya seolah tengah tercyduk melakukan kesalahan oleh guru. Kei pun sampai mlongo melihatnya.

"Lo gak ada keinginan buat bicara?" ujar Reygan tak kalah ketus pada Gavin.

Cowok tinggi dengan rambut hitam berklimis rapi itupun meminta wakilnya agar masuk terlebih dahulu, setelah itu tak ada sepatah katapun lagi yang keluar dari mulutnya. Ia hanya balas menatap Reygan tajam.

Entah itu hanya firasat atau bagaimana, tapi Kei melihat kejanggalan disini. Sorot mata keduanya seakan-akan mengekspresikan kebencian, t-tapiii.. Ah sudah lah, tak penting juga buat Kei.

Gadis itu lagi-lagi menghela napasnya gusar, mulai jenuh karena sudah cukup lama dirinya berdiri ngaggur didepan gerbang, dengan santainya Keinara menyelundup masuk kedalam mobilnya lalu kabur menuju parkiran.

KEINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang