iii.

27 6 0
                                    

satu jam berlalu dengan sangat lambat sebelum akhirnya dering bel istirahat pun berbunyi, dan para murid tampak tidak mensia-siakan waktu lagi untuk segera keluar dari ruang kelas mereka untuk ke kantin.

sementara, empat pelajar tertentu masih terduduk di bangku mereka.

"nanti sibuk ga jun?" tanya gadis dengan nada yang cerah,

"engga? kecuali kalo ada pr nanti," si siswa baru itu menjawab,

"ayo nonton practice sparnya tim basket yuk, abis istirahat ini sesinya," ajak gadis yang sama,

"kalau ada pr nanti kita kerjain barengan aja, lagian jiwoo udah punya SIM jadi kita bisa nongkrong bentar dirumahnya," sekarang ganti teman sebangku gadis itu yang mengajak,

"iya jun, lagian kamu belum ketemu kak sooyoung kann, nanti dia juga ikutan loh tapi lawan team sama jaemin," jiwoo berkata,

"lah, kalo kamu mau nyorakin yves terus ntar yang nyorakin aku siapa?" canda jaemin. sebenarnya ia tidak keberatan jika temannya tidak ada yang mau menyemangatinya, ia sudah punya cukup banyak penggemar untuk mengisi kehampaan lapangan basket sekolah.

"kan ada si renjun," heejin berkata sambil menunjuk kearah teman sebangku jaemin, yang hanya tersenyum mendengar perkataan heejin,

"emang heejin gaikut nyorakin jaemin?" tanya renjun,

"err, ya ikut aja sih, tapi aku cuma kesana buat liat cheerleadersnya hehe," heejin berkata diikuti dengan kekehan canggung.

"wah wah wah," goda jaemin sambil menepuk tangannya, "ga setia kawan banget jeon heejin," lanjutnya dengan nada pura-pura kesal, membuat ketiga temannya tertawa.

"ntar aku setia kawan lagi kalo aku udah taken deh," canda heejin sebelum ia berdiri dari tempat duduknya.

"yaudah, aku mau ke kantin dulu sama jiwoo, jaem kamu tunjukin dulu aja lapangan basketnya ke renjun," pamit heejin sebelum ia mulai melangkah pergi dari bangkunya, "bye junjaem! duluan ya," pamit jiwoo sebelum segera menyusul langkah cepat heejin, meninggalkan jaemin dan renjun sendirian.

jaemin berdiri dari tempat duduknya,

"ayo ke lapangan basket, aku kasih tau tempat duduknya," ajak jaemin, dengan nada yang lebih hangat kali ini, tidak seperti cara bicaranya pada saat mereka pertama bertemu, dan renjun tentu saja menerima ajakan teman sebangkunya itu.

"ayo ke lapangan basket, aku kasih tau tempat duduknya," ajak jaemin, dengan nada yang lebih hangat kali ini, tidak seperti cara bicaranya pada saat mereka pertama bertemu, dan renjun tentu saja menerima ajakan teman sebangkunya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+ +

mereka berdua pun akhirnya menghabiskan jam istirahat mereka melihat-lihat area court basket sekolah mereka.

court itu lumayan luas dan tampak sudah dibersihkan, juga terdapat banyak tempat duduk bertingkat bagaikan kursi-kursi penonton di dalam sebuah stadium.

tidak lupa juga ruangan itu yang mempunyai light source dan ventilasi yang baik, jadi penonton maupun pemain tidak akan merasa sesak napas disana.

dan diatas semua itu, ruangan itu ber-ac dan menjual jajanan selama sesi latihan maupun perlombaan, jadi renjun tidak punya alasan untuk pulang duluan karena ia kepanasan atau kelaparan.

"terus pas latihan nanti timnya siapa aja yang ikut?" tanya renjun sembari mereka berdua duduk bersampingan di salah dua bangku yang tersedia disana,

"dengernya sih, nanti sesi pertama tim laki sekolah kita vs tim perempuan sekolah kita, abis itu sesi kedua tim perempuan sekolah kita sama tim perempuan sekolah lain, terus sesi finalnya tim laki sekolah ini sama tim laki sekolah lain, gatau juga sekolah mana yang diundang kesini," jawab jaemin sembari menghitung sesi-sesi latihannya dengan jarinya.

"lama banget, gaikut pelajaran dong?" tanya renjun, dan dibalas dengan senyuman dan gelengan kepala oleh jaemin,

"engga, enak kan?" godanya dengan senyumannya yang tampak sombong, membuat renjun memutar matanya malas,

"emang ga takut dimarahin guru? atau kelewatan pelajaran gitu?" tanya renjun,

"mm engga sih, lagain sekarang kalo kelewatan matpel bisa tanya renjun," canda jaemin, tetapi itu berhasil membuat renjun merasa sedikit malu,

"astaga aku baru pindah sekolah udah diperas," balas renjun sambil melipat tangannya,

"jangan nyebarin hoax ya, jaemin mana yang suka meras orang,"

"guru-guru pasti percaya lah kalo ada yang bilang siswa baru yang dulunya siswa teladan dan lugu sedang di-bully sama siswa yang langganan di detention setiap hari," perkataan renjun itu sempat membuat jaemin benar-benar panik, tapi ia tidak ingin mengakui kalau renjun berhasil mengerjainya.

"anjing jangan dong ntar pada percaya semua," renjun menertawai nada bicara jaemin yang terdengar seolah ia benar-benar takut untuk dilaporkan.

"engga engga bercanda," renjun berkata sembari memukul bahu jaemin, walaupun pukulan itu bukan pukulan sungguhan, hanya sebuah pukulan yang tidak berenergi dan berkonotasi sebagai candaan.

jaemin hanya terkekeh pelan sebelum ia mengalihkan fokusnya yang awalnya tertuju pada court basket yang kosong ke side profile temannya yang sekarang terlihat seperti ia sedang bengong lagi sembari melihat court basket yang ada di depan mereka.

sementara renjun lagi-lagi bengong, sekarang ganti jaemin lah yang mengambil kesempatan ini untuk mengamati visual renjun yang sangat menarik baginya.

jaemin tidak pandai mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata, namun ia dapat menyimpulkan di kepalanya bahwa teman baru yang sedang duduk di sampingnya sekarang terlihat sangat menawan, setidaknya menawan baginya.

dan ia tidak ingin mengakuinya, tetapi ekspresi datar yang renjun pasang saat ia sedang melamun terlihat sangat.. imut, bagi jaemin, ia pun juga tidak tau kenapa.

mungkin jaemin hanya belum pernah mengamati betapa indahnya fitur seseorang dari china sebelumnya?

atau mungkin jaemin hanya membohongi perasaan sesungguhnya saja.

⠀⠀


🧇. short update for today^^
⠀⠀⠀⠀

keep the lights on - jaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang