Chapter 4

65 5 0
                                    



"He always have a good heart."














KEDUANYA telah sampai di apartemen. Kejadian beberapa menit lalu membuat Taehyung dan Jeongguk merasa lebih baik. Menyadari tentang perasaan masing-masing. Taehyung juga bercerita banyak hal. Jujur saja, hanya dengan Jeongguk sifat cuek Taehyung menjadi luluh seketika.

Jeongguk mengambil gelas dan menuangkan air putih dingin hingga setengah gelas. Meneguk dengan kasar. Membasahi tenggorokannya yang kering karena udara dingin di luar. Ingatannya masih terasa jelas. Bagaimana ia dan Taehyung berbicara sambil memberi afeksi nyaman keduanya. Juga- astaga Jeongguk masih ingat, bagaimana ciuman panas itu menutup obrolan keduanya.

"Jeongguk."

Merasa di panggil. Jeongguk menoleh, mendapati Taehyung sedang bersandar di dinding.

"Apa?"

Taehyung beranjak dari sandarannya pada dinding, memasukkan satu tangannya ke saku celana pendek di atas lutut kemudian berjalan mendekat ke arah Jeongguk.

Hening beberapa saat.

"Kau ingin tidur bersama?"

Pertanyaan yang membuatnya tersedak keras. Napas Jungkook tercekat mendengar suara serak Taehyung dan pertanyaan tiba-tibanya.

"Untuk apa?" lirihnya nyaris sumbang di kerongkongan.

"Untuk melakukan hal yang biasa di lakukan pasangan rumah tangga yang saling mencintai."

Jeongguk bergidik ngeri. Meletakkan gelas kacanya secara kasar. Dan mencoba berlalu pergi meninggalkan Taehyung.

"Aku bercanda." Ucap Taehyung dengan nada datar.

Suara serak Taehyung membuat Jeongguk berhenti. Mendecih sinis dan buru-buru mengangkat kepala, terduduk gelagapan. Matanya membulat dan mengerjap menemukan wajah Taehyung yang tanpa ekspresi. Menarik lengan Jeongguk. Mendudukkannya di sofa dan Taehyung berjalan ke arah dapur.

Jeongguk menghembuskan nafasnya panjang. Ia butuh istirahat. Menggerakkan lehernya ke arah kanan dan bunyi kemeratak terdengar keras, membuat Jeongguk tertawa renyah. Langkah kaki Taehyung terdengar kecil namun Jeongguk masih mendengarnya dengan jelas. Melihat Taehyung membawa satu kotak p3k dan wadah berbahan kaca hanya dengan satu tangan.

Pipinya bersemu seketika. Bibirnya mengatup rapat ketika Taehyung menumpukan satu kakinya pada lantai sembari mengambil kaki kanan Jeongguk, menaruhnya di atas paha Taehyung. Mencoba melihat luka pada dengkul Jeongguk.

Meringis pelan dan menepis tangan Taehyung lembut. "Jangan di tekan seperti itu. Perih." Keluhnya sambil menatap Taehyung sendu. Meski lukanya telah Jeongguk bersihkan tapi rasa nyeri di sekitarnya masih belum hilang.

Taehyung mengangkat sebelah alis. "Masih terasa sakit?" Jeongguk menggeleng tipis, rautnya masih meringis. Taehyung kemudian mengedikkan pundaknya enteng sambil menjawab.

"Kau bisa mengambil cuti besok. Berdiam di rumah hingga luka mu sembuh. Kalau tidak, cuti berlanjut." Titah Taehyung dengan santai tapi dalam sekali ucap.

Apa-apaan? Jeongguk menaikkan alisnya. "Kau pikir siapa, bisa berkata seperti itu?"

"Saya?"

Jeongguk mengangguk.

"Suamimu."

Ucap Taehyung dengan begitu santai. Seolah mengambil cuti adalah hal yang remeh. Jeongguk bergerumul dalam hati. Sialan.

Sudah tiga tahun lamanya Jeongguk dan Taehyung tinggal bersama tapi tetap saja, kala pemuda itu sering mengatakan hal-hal yang membuat ia kesal atas sikap arogansinya, Jeongguk benar-benar dengan tampangnya pasti seperti orang bodoh ketika ia dibuat skakmat oleh pria sialan itu.

Taehyung beranjak dari tumpuannya pada lantai marmer putih, meletakkan kaki Jeongguk dengan perlahan, berusaha agar tidak menimbulkan ringisan dari suami kecilnya. Memasukkan bahan-bahan p3k yang ia keluarkan tadi dalam container kemudian mengedikkan dagunya ke lantai. Jeongguk memahami gestur itu dan meluruskan pandangannya, mulai berjalan di depan Taehyung dan membelakanginya.

Hening beberapa saat.

Ada begitu banyak kalimat yang mengendap di pangkal lidahnya, namun Jeongguk justru berakhir membisik, terdengar menggerutu dan merajuk. "Taehyung jelek."

"Iya." Sahutnya canda, namun sarat akan afeksi. Taehyung hanya mengulum tawa ketika Jeongguk sengaja menghentikan langkahnya supaya mereka bisa berjalan beriringan.

Namun yang membuat Taehyung luar biasa terkejut adalah ketika Jeongguk berjalan tertatih ke arahnya dan memeluk tubuh Taehyung dengan erat. Seketika Taehyung merasakan kehangatan dari eratan yang menembus hingga saraf. Wajahnya yang memanas, dan Taehyung kehilangan kata-katanya. Perlahan, ia membalas pelukan itu. Merasakan aroma mint choco yang menguar hebat di indra penciumannya menyesakkan jalur respirasi Taehyung hingga tercekik.

"Kau seharusnya tidak melakukan ini." Taehyung terdiam, merasakan helai rambut Jungkook yang wangi dan halus menerpa permukaan wajahnya. "Aku tahu, kau tak suka melihat diriku luka, meski entah apa alasannya. Tapi aku baik-baik saja, sungguh."

Taehyung berdeham pelan. "Aku hanya tak suka melihatmu sakit Jeonggukie."

"Alasannya?"

Taehyung terdiam. Dan Jeongguk hanya menghela napas pelan. Menggusakkan sebelah pipinya di atas pundak Taehyung yang kokoh dan tegap, sebab jarak tinggi mereka begitu pas dan nyaris setara. Taehyung mengeratkan genggamannya di tangan Jungkook, menjilat bibir bawahnya sesaat, kemudian berkata halus. "Karena kau berharga." Bisiknya memulai, dan Jungkook seketika meleleh.

Taehyung mengusak surai lembut Jeongguk. "Selamat malam," ucapnya sambil berlalu ke arah kamarnya, meninggalkan Jeongguk dan kupu-kupu dalam perutnya. 

Only Then [ completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang