Chapter 11

3.2K 456 34
                                    

Aku ingin menulis banyak hal tentang mu. Tentang bagaimana lucunya kita bertemu, tentang aku yang tak bisa berhenti mengagumi mu, tentang jutaan hal kecil yang membuat mu sempurna di mata ku.

______________________

Hijrah membuatku ditinggalkan banyak orang, harusnya tidak mengapa, karena hijrah hanya butuh Allah, bukan tepuk tangan dan apresiasi atas perubahan.

Lika-liku hijrah memang pasti ada, banyak hinaan bahkan fitnah kadang datang tak diundang. Maka dari itu kita harus menyiapkan mental untuk menghadapi itu semua.

Begitu pula dengan dakwah, banyak cacian yang terkadang bisa menyakiti hati kita sendiri. Begitu pun sebaliknya, dakwah kadang membuatku semata-mata orang yang paling dalam ilmu agamanya, orang yang paling alim namun nihil.

Padahal sebenarnya aku hanya ingin membantu menyebarkan kebaikan, dan baik buruknya aku itu biarkan Allah saja yang menilai.

=>Status Anda
Baru saja

"Permintaan mu beribu ribu
tapi sujudmu terburu buru"
_______________________________

Aku membuat satu snap diwhatsappku, sebuah nasehat yang 90% itu untuk diriku sendiri, dan selebihnya jika memang itu bisa membuat mereka berubah aku bersyukur. Bukan karna ingin dianggap alim, tidak.

'Tringgggg' bunyi ponselku.

Widya
Online

•Status Anda
||Sok suci banget si.
||Hijrah itu ga perlu diumbar.
|| Jilbab lebar tapi akhlak ga sesuai. Ahaha munafik!

Lagi-lagi cacian yang harus kuhadapi, kadang aku bingung harus bagaimana menghadapinya. Jika aku menanggapi aku takut malah akan menimbulkan perdebatan.

Satu notif snap whatsApp muncul diberandaku. Sebuah kata-kata yang tersusun rapi, Sebuah pengingat diri. Siapa lagi kalau bukan ustadz Faiq?

Kata-kata yang sesuai sekali dengan keadaanku saat ini.

"MaaSyaa Allah" Gumamku kagum.

Bagaimana aku tidak kagum dengan pemuda yang terjun dalam dunia 'ilmu? Apalagi dalam masalah agama.Disaat pemuda lain katanya ingin mencari jati dirinya, ia sudah menemukannya ( atas izin Allah).

Memilih jalan taat dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Ia bukannya tak mau menikmati masa mudanya seperti yang lainnya, hanya saja cara menikmati masa mudanya yang berbeda.

Bagaimana aku tidak langsung kagum dengannya, sedangkan aku tidak pernah menjumpai lelaki sepertinya sebelumnya.

Banyak yang bilang kepadaku 'Jangan mudah kagum sama seseorang, jangan gampang menaruh rasa sama seseorang.'

Bagaimana aku bisa dikatakan 'mudah kagum'? Bahkan aku sebelumnya tak pernah mengagumi seseorang sekalipun. Bagaimana aku bisa dikatakan 'mudah menaruh rasa'? Bahkan luka lama yang pernah dulu kualami sulit untuk kusembuhkan.

Aku yakin kali ini aku tak salah dalam mengagumi seseorang, entahlah aku juga tak tau kenapa bisa seyakin ini. Sebelumnya aku juga belum pernah merasakan ini dalam mengagumi seseorang.

*****

Aku dikagetkan satu notif WhatsApp muncul pagi-pagi. "Ustadz Faiq mengirimkanku pesan sepagi ini, ada apa?"

𝐔𝐒𝐓𝐀𝐃𝐙 𝐅𝐀𝐈𝐐? [END/REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang