5 (A). Love at First Sight??

555 153 15
                                    

Silahkan tinggalkan jejak sebelum atau sesudah kalian membaca cerita ini. Voteeeee yah



💗💗




Kata orang, patah hati itu bisa sangat mudah di sembuhkan ketika kau mau membuka diri untuk orang lain. Tapi ada juga yang mengatakan hanya waktu yang bisa mengobati hati yang terluka karena patah hati.

Qiana sudah melalui keduanya. Ia pernah mencoba membuka hati untuk pria lain dan berusaha menyembuhkan lukanya dengan menyerahkannya pada waktu, tapi apa yang dilakukannya sama sekali tidak menghasilkan apa pun. Terbukti dengan perasaannya yang ternyata masih ada dan bersemi untuk Rees.

Tapi ketika manik biru Qiana bersitatap dengan manik hazel pria di depannya, Qiana sadar ada satu lagi yang bisa menyembuhkan hati yang terluka, yakni bertemu dengan pria yang tepat. Ketika kita menemukan pria yang tepat, hati itu akan sembuh dengan sendirinya tanpa harus berusaha keras untuk menyembuhkannya.

Tapi bukankah ini terlalu cepat? Bagaimana mungkin hanya dalam satu kali pertemuan Qiana sudah mampu menyimpulkan bahwa pria di di depannya ini adalah pria yang tepat? Bagaimana mungkin ia yakin patah hatinya akan sembuh hanya karena pertemuannya dengan pria itu? Apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama?

Qiana menggeleng. Itu tidak mungkin!!

Sejak dulu Qiana tidak pernah mempercayai cinta pada pandangan pertama. Tidak pernah ada satu pun pria yang membuatnya tertarik hanya dalam perjumaan pertama mereka. Ia juga berpikir jika cinta pada pandangan pertama tidak lebih dari kekaguman dua insan manusia terhadap keindahan fisik yang terpampang di depannya.

Dan sekarang Qiana mengalaminya sendiri. Ia sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok pria yang tengah menatapnya saat ini. Terbukti dari jantungnya yang mendadak berdetak tidak beraturan. Persis seperti yang kerap kali ia alami ketika berhadapan dengan Rees.

Aneh bukan? Tapi memang begitulah yang terjadi padanya saat ini. Padahal Qiana sama sekali belum memperhatikan fisik pria di depannya itu. Ia hanya fokus pada manik hazel yang kini menyorot tajam ke arahnya. Manik hazel yang seharusnya membuatnya ketakutan karena sorotnya yang tajam, tapi justru malah membuat hatinya berdesir dan jantungnya berdetak kencang tak beraturan.

Ya Tuhan....

Hanya kata itu yang sanggup Qiana ucapkan dalam hati ketika manik birunya enggan untuk beranjak dari indahnya manik hazel pria di depannya.

Qiana meraba jantungnya yang berdetak semakin kencang. Apa yang dirasakannya saat ini sangat berbeda dengan apa yang selama ini ia rasakan pada Rees. Jantungnya saat ini berdetak lebih cepat dan kencang. Dan hatinya... hatinya terasa berbunga-bunga seolah telah menemukan pasangannya.

Apakah ini pertanda kalau pria di depannya ini adalah pria yang Tuhan kirimkan untuknya sebagai pengganti Rees? Apakah pria ini adalah pria yang di takdirkan Tuhan untuknya?

Qiana buru-buru menggeleng. Ia dengan cepat menurunkan tangannya yang berada di atas jantungnya.

Pikirannya terlalu jauh ke sana kemari. Qiana seperti seorang remaja yang baru melihat seorang pria. Padahal sebelum ini tidak terhitung berapa banyak pria yang pernah di temuinya, mendekatinya bahkan berkencan dengannya. Mereka bahkan pria baik-baik tidak seperti pria di depannya yang hanyalah seorang penguntit dan pria mesum. Sangat tidak mungkin ia jatuh cinta pada pria seperti itu, bukan?

Qiana mengangguk dengan pemikirannya itu.

Mungkin jantungnya yang berdetak kencang ini terjadi karena adrenalinnya yang terpacu beberapa saat lalu, bukan karena jatuh cinta atau pun terpesona pada sosok pria di depannya itu. Tidak mungkin bukan Qiana menggantikan sosok Rees yang tegas dan berwibawa dengan pria penguntit dan mesum di depannya saat ini? Itu mustahil!!

Gervase yang sedari tadi memperhatikan tingkah aneh Qiana mengerutkan kening. Wanita di depannya itu terlihat sangat aneh. Berkali-kali menggelengkan kepala, meraba dadanya dan sekarang mengangguk-angguk seperti orang gila, tapi tidak satu pun kalimat yang keluar dari bibir wanita itu.

Kesal karena wanita itu hanya diam saja, mengabaikan rasa sakit di kakinya Gervase dengan cepat berdiri. Kedua tangannya terlipat di depan dada, sementara matanya melotot tajam pada sang wanita yang belum ia ketahui namanya itu. Dalam benaknya, Gervase tidak henti bertanya bagaimana bisa wanita itu berada di laguna yang seharusnya hanya diketahui oleh dirinya dan hanya akan di datangi olehnya seperti yang Rees katakan.

Mungkinkah wanita ini adalah wanita gila yang tengah tersesat dan tidak sengaja menemukan laguna ini? Tapi, bukankah wanita di depannya ini terlalu cantik dan terawat jika dia gila? Tapi, bukankah hanya wanita tidak waras saja yang dengan begitu berani mandi tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya di tempat terbuka seperti ini?

Gervase sekali lagi mengamati penampilan wanita di depannya itu. Wanita itu sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang kehilangan akal sehatnya. Kulitnya terlalu putih dan terawat. Bahkan meskipun Gervase belum menyentuhnya, ia sangat yakin kulit wanita itu sehalus sutra. Wajahnya pun terlalu cantik dan terawat, lalu siapa sebenarnya wanita ini?

Tidak ingin di buat pusing karena pikirannya sendiri,Gervase dengan lantang menyuarakan pertanyaannya. "Siapa kau? Dan kenapa kau bisa berada di tempat ini?" 





💗💗
03082021

(PO)Destiny of Love (Season Series#7)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang