ACIH? 03 |Rumah Niro|

4 0 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Rin, gimana syaratnya? Bisa?"

"Iya tinggal minta tanda tangan ketos aja." jawab Orin nadanya terdengar lesu. Ditangannya sudah ada beberapa kertas izin membuka ekskul sendiri. Semua syarat sudah di jalani Orin. Bahkan tanda tangan kepala sekolah sudah didapatnya. Hanya sisa satu, tanda tangan ketua OSIS.

"Bagus dong, terus kenapa belum ke ruang osis?"

Orin meringis kecil mendengar nada bicara Kihan yang ringan.
Ya memang bagus hanya tinggal ke ruang osis terus ditandatangani.

Andai saja kejadian kemarin di perpustakaan tak terjadi. Mungkin, dia akan dengan semangat mendatangani ruang osis dan menampakkan diri di sana.

Orin mengangguk lemah, "Hmm, Aku rasanya mau hilang aja Han. Takut Kak Niro."

Kihan mengernyitkan dahi memandang sahabatnya penuh tanya, "Loh kenapa?" Kihan mengusap dagunya membuat gestur berfikir, "iyasih meski agak galak tapi baik kok Kak Niro, dia juga gak makan orang."

Sangat enteng sekali Kihan berbicara seperti itu. Coba saja gadis itu di posisi Orin, huh habislah dia. Lagian yang bilang Kak Niro jahat juga siapa? Niro itu hanya tegas dan galak sama siapa yang tidak mematuhi aturan.

Dan Orin salah satunya. Jadi Niro pasti akan mencecarnya panjang karena kejadian di perpus. Apalagi Orin langsung pergi.

Raut wajah Orin semakin tertekuk. Melihat Orin Kihan mengusap bahunya, "Emang kenapa? Kamu ada masalah ya sama Kak Niro?"

Orin mengangguk, "Iya." Orin menceritakan semuanya kepada Kihan. Kihan menutup mulutnya tak percaya. Ketua Osis nya itu sungguh tak suka pelanggar peraturan. Dan sahabatnya ini?

Kihan menggeleng prihatin, "Coba aja kesana dulu, siapa tau Kak Niro lupa kejadian itu."

"Iya, makasih Han."

_________________________________

Di depannya sudah terpampang pintu berwarna coklat kayu. Tulisan Ruang Osis dari kayu juga menggantung di tengah pintu.

Ini mudah, Orin hanya tinggal mengetuk lalu membuka pintu. Tapi sudah lima menit dia seperti setrika bolak balik depan pintu.

Sesekali dia menggigit kukunya mengurangi rasa gugup di dada.
Entah kemana sifat tenangnya itu.

Orin menarik nafas panjang lalu menghembuskan keras. Menguatkan hati dan menyerap semua keberanian.

Tangannya perlahan maju ingin mengetuk, belum sampai suara pintu terbuka terdengar. Segera Orin berdiri tegak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anything Can I Help?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang