o0o
KISARAN lima tahun lalu, tepatnya bulan juli tanggal tiga belas, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di SMA Argantara dengan menyandang status sebagai murid kelas sebelas. Setelah libur kenaikan kelas yang memakan waktu hampir satu bulan lamanya, akhirnya aku kembali bangun pagi dan memakai seragam sekolahku lagi.
Sebenarnya hari ini adalah hari pertama masa orientasi untuk kelas sepuluh, sedangkan kelas sebelas dan dua belas masuk hanya untuk pembagian kelas dan pemilihan organisasi kelas. Iya, karena kebetulan hari ini ada demo ekskul yang mana biasanya kami juga boleh menyaksikan karena kegiatan pembelajaran belum dimulai.
Waktu menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh lima, dan sekarang aku tengah berada di ruang rias ekskul modern dance yang akan tampil kurang dari lima belas menit lagi. Aku berada disini bukan karena aku ikut ekskul ini, melainkan aku tengah membantui sahabatku, Carla, merias diri.
Carla ini teman pertamaku di SMA, kami bisa dekat karena satu gugus saat masa orientasi, dan kebetulan kami sekelas saat aku memutuskan pindah jalur ke IPS. Dia itu teman yang asyik dan mudah mencari topik, jadi aku merasa nyaman mengobrol dengan dia.
"Gimana?" Tanyanya. Aku mengangguk sembari mengangkat jempolku, "Udah bagus, cantik."
Matanya bergulir menatap pantulan dirinya di cermin sekali lagi, "Beneran?"
Aku mengangguk, "Perfect, La."
Pintu kayu yang tadinya tertutup kini terbuka walau tidak besar, kepala pak Dega selaku koordinator acara menyembul di sela-sela pintu, "Ayo yang modern dance, bentar lagi mulai."
Setelahnya, aku kembali menatap Carla dan memegang pundaknya, "Semangat, La! Gue keluar ya."
Ia mengangguk, "Makasih banyak ya, Sa."
"Iya." Dan tak lama, aku berjalan menuju koridor kelas sepuluh yang lumayan senggang, karena murid-murid kelas sepuluh sudah duduk berkumpul di lapangan yang mana letaknya bersebelahan dengan koridor yag sedang aku tapaki ini.
Dari jauh, aku dapat melihat Sarah menghampiriku, "Gimana modern dance?"
Aku mengangkat jempolku, "Udah siap." Kulihat Sarah mengangguk sembari menghela mapas lega sebagai respon.
"Semangat, Sar, gue tau lo pasti capek banget," Ujarku sembari tersenyum kecil ke arah sahabatku ini, dan Sarah hanya bisa tersenyum, "Makasih. btw, pembagian kelas belum ditempel ya?"
Aku menggeleng, "Belum, paling sehabis ini selesai."
"Lam-"
"Sarah! Sini!" Ucapan Sarah terpotong dengan panggilan Fano, pengurus osis lain yang memang sedang bertugas juga.
"Gue kesana dulu ya."
"Iya."
Tak lama, acara yang ditunggu pun dimulai. Koridor yang tadinya lenggang kini mulai penuh dengan teman-teman seangkatanku, bahkan koridor ruang guru yang berada di belakang lapangan juga sudah dipenuhi oleh laki-laki sebayaku, sedangkan kakak kelas dua belas memilih untuk menonton dari lantai atas.
Setelah pembukaan singkat oleh MC, akhirnya modern dance yang aku tunggu siap untuk tampil. "Sebagain pembuka acara, mari kita sambut tim modern dance kebanggaan sekolah kita, the Foxist!"
Tepuk tangan meriah saling bersahutan dengan musik yang perlahan mulai mengencang. Aku tersenyum lebar saat melihat Carla mulai menari dengan fokus dan lihai. Carla memang jago sekali dalam bidang tari, selain modern dia juga bisa menarikan beberapa jenis tarian lainnya, termasuk tradisional.
Mataku yang tadinya sibuk menatap Carla secara tak sengaja menangkap sesosok laki-laki tidak familiar yang tengah duduk di koridor guru sembari bercanda bersama teman-temannya. Walaupun aku tidak mengenalnya, tapi aku dapat memastikan kalau cowok itu terkenal, terlihat dari caranya bergaul dan para murid perempuan yang terlihat jelas tengah mencuri-curi pandang ke arahnya.
Fokusku benar-benar buyar, atensiku kini sudah tidak tertuju ke arah tim tari modern sekolahku lagi, melainkan cowok dengan penampilan berantakan itu. Rasanya seperti ada magnet didalam diri laki-laki itu yang bisa membuat pandanganku enggan beralih darinya.
Dia menyisir rambutnya yang tidak tertata rapih ke belakang sembari menolehkan kepalanya ke arah depan, dan di detik berikutnya, mata kami bertemu.
Aku hanya dapat menahan napas seiring dengan jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Butuh beberapa detik untukku sadar dan segera mengalihkan pandangan dari dirinya.
Dengan tangan yang tiba-tiba terkepal menahan debaran yang semakin menggila, aku merasakan pipiku mulai memanas.
Disitu aku tersadar, kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama tanpa mengetahui namanya.--[]
to be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN EYES || Sunghoon-Isa
FanfictionAlyssa Leta Zakeisha tidak pernah menyangka bahwa liburan tengah semester yang ia habiskan di kota kakak sepupunya tinggal akan mengeruk kembali semua ingatan masa lalunya. Semua kenangan bersama dengan satu laki-laki yang sudah lama ia tidak tahu k...