first - kembali

206 40 9
                                    

o0o

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

o0o

"SA, lo ikut nggak?"

Aku yang tadinya sibuk mengunyah gado-gado sebagai menu makan siangku kini sontak langsung mendongak, menatap Adara yang lagi menatapku juga.

"Emang kapan sih?"

"Sabtu depan, kan kita udah liburan semester tuh," Jawabnya.

"Duh, gue udah balik itumah."

Saski yang duduk disampingku langsung mengernyitkan dahinya saat mendengar perkataanku, "Tumben banget balik cepet."

Aku hanya bisa mengangkat bahuku, "Gue disuruh jagain ponakan gue. Istrinya kakak sepupu gue baru lahiran anak kedua, dan dia mau tugas diluar kota. Makanya, gue disuruh kesana."

"Lo ngga ke BSD dong?"

"Gue liburan di Jakarta."

"Yah, ngga seru kalo ngga komplit," Zanna yang daritadi hanya diam, kini angkat bicara.

Aku hanya bisa menampilkan senyum simpul sembari menatap ke arah sahabatku dengan rasa bersalah.

Sebenarnya, aku juga ingin menghabiskan waktu dengan mereka, tapi mau gimana lagi, kakak sepupuku itu sudah mewanti-wantiku sejak bulan lalu supaya aku menghabiskan liburan semester enam ini di rumahnya, menemani istrinya karena katanya dia ada pekerjaan di luar kota.

"Lagian, tumben banget mau liburan bareng, lo pada ngga balik emangnya?" Tanyaku.

Bukan hal yang asing lagi bagi kami kalau saat liburan semester, kami akan pulang ke kampung halaman masing-masing: Zanna ke Depok, Saski ke Bekasi, dan aku pulang ke BSD.

Sedangkan Adara, dia memang asli orang Bandung, jadi otomatis dia menetap di kota ini. Biasanya, dia pulang ke rumahnya sehari setelah kami bertiga balik ke kampung halaman masing-masing.

Tapi, kadang kala dia juga ikut salah satu dari kami kalau lagi bosan di Bandung. Seperti tahun lalu, dia ikut pergi ke BSD bersamaku karena orangtuanya sedang ada dinas ke luar kota saat itu.

"Hello, kita udah semester enam sis, which is udah mau lulus. Kita kan ngga pernah liburan bareng tau," Ujar Saski dengan nada merajuk di akhir kalimatnya.

Aku hanya bisa memutar mata. Perempuan berambut hitam kecoklatan karena di ombre itu memang gemar sekali mencampur-campur bahasa yang digunakannya. Katanya sih, biar ngga kalah gaul sama anak ibukota.

"Ya, sorry elah," Aku menepuk pundak Saski lumayan kencang sembari tersenyum kecil. "Lain kali deh ya."

Saski mengaduh, "Ah, lo mah gitu, ngga setia kawan."

Aku dan Zanna hanya bisa memutar mata sata mendengar kalimatnya yang tergolong berlebihan itu. Saski ini emang yang paling lebay diantara kami.

"Udah, jangan lebay gitu ah. Lagian, kita juga kan yang bikin jadwalnya mendadak." Ujar Adara menengahi.

Adara ini emang paling netral diantara kami berempat; paling kalem, dan paling dewasa juga diantara kami, pokoknya dia itu orang ter-sabar dan paling bisa diandalkan untuk urusan serius.

Dan setelahnya, obrolan kami berlanjut tidak jelas sampai jam mata kuliah selanjutnya.

o0o

"Dah," Aku melambaikan tanganku ke arah mereka sesaat sesampainya kami tiba di stasiun.

Hari ini, aku pulang ke Jakarta setelah semalaman hunting tiket kereta yang hampir semuanya habis terjual mengingat kurang dari dua minggu lagi sudah tahun baru.

Baru saja aku menarik koper berwarna silver milikku menjauh dari mobil saski, tapi pelukan dari belakang berhasil membuatku berhenti melangkah, tersentak sesaat sebelum akhirnya mendengus dan berbalik badan.

"Kita bakalan kangen lo, Sa." Kata Zanna.

Genggamanku di gagang koper terlepas sebelum akhirnya tanganku membalas memeluk sahabat cengengku satu ini. Memang sudah menjadi kebiasaan, kalau sebelum naik kereta untuk pulang ke rumah, kita selalu berpelukan ala teletubbies seakan-akan akan pergi lama.

Ya, walaupun memang lama sih.

Aku mendengus menahan tawa, "Pada lebay anjir. Kayak gue mau mati aja."

"Sok lu, orang udah biasa juga kayak gini."

Saski mengangguk, "Tau. Bagus-bagus mau dikangenin, respon lo ngga banget sumpah."

"Udah-udah, ini nanti Alyssanya ketinggalan kereta loh kalo gini mulu," Kali ini Adara yang bersuara.

Setelah Zanna melepas pelukan yang bisa membuat sesak napas miliknya, aku menatap satu-peratu sahabatku sembari tersenyum kecil.

"Hati-hati ya, Sa." Ujar Adara.

Aku mengangguk dan melambaikan tangannya sekali lagi sebelum berjalan menjauh, "Dadah! Ketemu tahun depan guys!"

Setelahnya, aku berjalan masuk dan tidak lama kereta yang aku tunggu datang. Dengan segera aku melangkah masuk ke kereta business class itu.

Sebenarnya aku jarang sekali menggunakan kereta business class, cuma karena kebetulan kakak sepupuku itu yang menanggung biaya tiketnya, yasudah aku minta yang mahal saja sekalian. 

Sedangkan uang yang diberi Bunda untukku beli tiket kereta aku gunakan untuk checkout barang di online shop. Lumayan kan. Tahun baru, baju baru.

Tidak lama setelah aku duduk dan mencari posisi nyamanku di kursi penumpang, kereta ini berjalan menjauhi stasiun Bandung menuju Jakarta.

Aku menyandarkan tubuhku di kursi penumpang sembari menoleh ke arah jendela dengan teliga yang setia mendengarkan lagu In Our Hands milik Ten Towers yang mana menjadi lagu andalanku dikala bosan.

Pikiranku melayang ke saat-saat dimana aku masih mengenyam bangku SMA yang memang aku habiskan di Jakarta. Semenjak lulus SMA, aku sudah tidak pernah ke SMA Argantara lagi, bahkan saat diundang reuni pun aku tidak pernah datang.

Kalau ditanya alasannya, malas saja.

Aku mendengus, sudah kurang lebih tiga tahun aku tidak pernah mengunjungi kota metropolitan itu. Jakarta gimana ya sekarang? Masih sama kah seperti dulu?-[]

to be continue.

to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OCEAN EYES || Sunghoon-IsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang