o0o
"KAK Farris!" Aku berlari kecil sembari menarik koperku ke arah kakak sepupuku yang tengah berdiri dengan kepalanya yang menoleh ke kanan-kiri, sepertinya sih dia sedang mencariku.
Mendengar panggilanku, kak Farris langsung menoleh ke sumber suara dan menatapku yang sedang lari ke arahnya dengan tatapan sinis.
"Lama banget," Dumalnya.
Aku yang masih berusaha mengatur napasku menatap ke arahnya sengit sebelum berdecak. Seumur hidup aku kenal kak Farris, dia ini memang bisanya ngeluh melulu. Terkadang, aku sampai tidak paham dengan istrinya yang betah tinggal serumah sama kakak sepupuku yang ngambekan ini.
Memang ya, cinta itu bikin buta. Sampai sifat paling buruk seseorang saja terkadang dilihat sebagai kelebihan.
"Orang dateng tuh disapa kek, atau apa gitu," Cibirku.
Tanpa berniat untuk menanggapi ucapanku, tangan kak Farris langsung mengambil alih koper silverku dan berjalan ke arah parkiran mobil.
Aku hanya bisa menghela napas sabar. Kak Farris, dia ini memang suka sekali memancing emosiku.
"Ayo, Nadine udah nungguin di rumah."
o0o
"Aku jalan keluar dulu ya!" Seruku sembari tanganku sibuk mengikat tali sepatu.
Hening sesaat sebelum suara kak Nadine menyahut, "Hati-hati! Jangan pulang malem-melem ya, Sa!"
"Iya!" Setelahnya, aku berjalan ke depan rumah dan langsung pergi menuju kafe tempatku janjian dengan salah satu sahabat SMAku menggunakan ojek online yang sudah kupesan beberapa saat lalu.
Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit untuk sampai ke tempat tujuan. Sebenarnya jarak antara rumah kak Farris dengan kafe ini tidak terlalu jauh, tapi mengingat jalanan Jakarta yang memang selalu ramai, ya sudah tidak mengherankan lagi.
Setelah turun dari motor bapak ojek online yang aku tau namanya pak Abdul itu, tanganku langsung menyodorkan uang senilai tiga puluh ribu ke beliau, "Ini uangnya ya, pak."
"Iya neng," Ia mengambil uang itu dari tanganku dan bersiap mengambil kembalian sebelum suaraku menginterupsi kegiatannya.
"Kembaliannya buat bapak aja."
Beliau mendongak, menatapku sebentar sebelum tersenyum sembari mengucap, "Makasih ya neng."
Aku mengangguk, "Terima kasih ya, pak."
Setelah mendapat respon anggukan, aku langsung berjalan masuk kedalam kafe yang katanya sedang nge-hits di kalangan remaja ini. Ya tidak heran sih, soalnya banyak sekali spot foto yang bagus untuk diupload di akun media sosial.
"Alyssa!"
Netraku mengedar ke segala penjuru kafe, dan menemukan Sarah-sahabat SMAku- tengah duduk di pojok ruangan yang menghadap langsung ke taman lampu sembari melambaikan tangannya dengan semangat.
Aku tersenyum lebar sebelum menyadari bahwa Sarah tidak duduk sendiri, melainkan dengan seorang laki-laki yang posisinya membelakangiku karena menghadap ke Sarah.
Pacar barunya mungkin. Soalnya, seingatku Sarah ini memang gemar sekali bergonta-ganti pasangan, bahkan pernah sampai punya dua di waktu yang bersamaan. Sedikit ekstrim memang.
Langkah kakiku yang tadinya bergerak cepat menuju meja Sarah seketika melambat saat mulai mengenali punggung si laki-laki itu.
"Lo lama banget anjrit," Ujar Sarah saat posisiku dengan mejanya hanya tersisa beberapa langkah.
Kata-kata Sarah rasanya seperti angin lalu. Fokusku benar-benar berpusat ke laki-laki dengan jaket denim itu. Rasanya aku kenal siapa dia.
Tidak berselang lama, laki-laki yang tadinya menghadap ke arah Sarah itu membalikkan badannya, menoleh ke arahku dan aku tidak bisa untuk tidak melebarkan mataku saat menyadari siapa dia.
Pandangan kami bertemu.
"... Samudra?"
Dahinya mengernyit samar, "Alyssa, kan?"
Rasanya darahku berhenti mengalir untuk sejenak saat mendengar suaranya. Hanya karena suara itu, usahaku untuk melupakan laki-laki dihadapanku ini berakhir sia-sia.
Jantungku, bahkan kencang detakannya masih sama seperti lima tahun yang lalu.-[]
to be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCEAN EYES || Sunghoon-Isa
FanficAlyssa Leta Zakeisha tidak pernah menyangka bahwa liburan tengah semester yang ia habiskan di kota kakak sepupunya tinggal akan mengeruk kembali semua ingatan masa lalunya. Semua kenangan bersama dengan satu laki-laki yang sudah lama ia tidak tahu k...