Perkenalan tokoh

684 29 16
                                    

Hujan...

Itu adalah namaku.

Kata kakakku, ibu memberiku nama Hujan; karena Hujan tidak pernah menyerah meskipun jatuh berkali-kali. Hujan datang setelah kemarau panjang. Bau hujan itu menenangkan.

***

"Kak. Kenapa kau selalu memarahiku? apa yang kulakukan selalu salah!" tanya Hujan.

"Karena kau memang salah!! kau dan kakakmu itu tidak seharusnya ada di rumah ini!"

***

"Mulai besok kakak udah kerja. Kamu fokus sekolah saja, jangan memikirkan yang lain."

"Tapi bagaimana dengan kuliah kakak?"

"Kakak masih bisa bagi waktu kok."

***

"Besok ada acara 40 hari kematian ayah. Aku tidak ingin kau ada di acara itu!"

"Kak! Hujan itu adik kalian juga!!"

"Adik?!"

"Ha~h! adik mana yang telah menyebabkan kematian ayahnya!!"

***

"Hujan..."

"Kakak jangan mencemaskanku. Aku kuat. Bukankah ibu pernah mengatakan bahwa Hujan itu kuat dan tidak mudah menyerah. Aku akan menjadi Hujan seperti kata ibu."

***

"Bumi. Kenapa kau masih bekerja? Ini sudah jam 10 malam." tegur Gilang.

"Aku dan Hujan tidak mungkin terus menerus tinggal di rumah itu Suga. Kedua kakakku selalu menyalahkan Hujan,"

"Tapi kau juga harus perhatikan kesehatanmu,"

***

"Sam. Mau sampai kapan kau memperlakukan Hujan seperti itu?" tanya Adit padanya.

"Kenapa kau sangat membenci Hujan dan Bumi?"

"Karena mereka dilahirkan dari rahim seorang wanita pelakor!" sahutnya dingin.

***

"Hujan. Kok kamu gak kapok di tolak sama Milia, masih aja ngejar-ngejar." ucap Juna.

"Menurutku dia cewek yang beda aja. Susah ditaklukan,"

"Eh. Hujan. Wajahmu pucat. Kamu udah minum obatmu?" tanya Arfa

"Udah. Tapi aku lupa suntik insulin." sahutnya.

***

"Hujan?" gumam Bintang.

"Dok. Tolongin temen kami..."

"Dia kenapa?"

"Tadi sewaktu main basket tiba-tiba aja Hujan pingsan," jawab Juna.

***

"Jangan egois dengan pendapatmu sendiri!" ketus Bintang pada Samudra.

"Memangnya kenapa?! Bukankah abang juga benci sama mereka!"

"Semua bisa berubah Sam." sahutnya dengan tatapan dingin.

***

"Ini untuk kamu..."

Hujan tersenyum dibalik bibir pucatnya, "Tumben. Biasa galak..." canda Hujan.

"Kamu itu ya! Sakit aja sengaja buat orang kesel. Apalagi kalau gak sakit." ketus Milia.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hujan"  Brothership Lokal (Seokjin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang