Reksa baru saja selesai meeting dengan pihak Dinas. Jam di arlojinya menunjukkan pukul 19.15. Gak terlalu malam. Terlihat guratan lelah di wajahnya. Ada sedikit masalah di kantor dan apalagi mengingat dua mahasiswa magang yang ada di kantor serta teman-teman kerjanya yang menyebalkan meledeknya terus-terusan."Gadis aneh memang dia." Sialnya lagi, gadis itu tinggal di kos-an ibunya.
Reksa memarkirkan mobilnya di carport depan rumahnya, lebih tepatnya rumah orangtuanya. Hari ini adik pertamanya menitipkan anak laki-lakinya di rumah ibu karena tidak ada yang jaga. Well, ponakannya itu memang sering main ke rumah. Namun adiknya aja yang gak tau waktu menitipkannya saat dirinya harus bekerja alias weekday. Jadi ia tidak bisa bermain dengan Joy.
"Capek banget." Reksa keluar dari mobil dengan membawa beberapa makan kesukaan jagoannya. Pasti anak itu rewel makannya. Iya tahu karena ibu sering mengeluh kalau cucunya ini susah dikasih makan.
"Assalamualaikum. Joy, paman Re pulang nih."
"Waalaikumsalam. Kamu udah pulang, nak? Lembur ya?"
Reksa mencium tangan bu Sinta yang baru saja keluar menyambutnya. "Nggak, Bu. Kalau lembur mana mungkin udah di rumah."
"Joy mana bu?"
"Tadi pamit main sama Miku di depan? Kamu gak lihat?" Reksa menggeleng. Harusnya kalau Joy di depan ia pasti melihat karena pintu tembusan garasi tadi di tutup sehingga membuatnya harus berputar ke depan. "Beneran? Kamu jangan bercanda, Reksa."
Ibu langsung ke depan, memeriksa keberadaan Joy begitupun Reksa. Namun Joy benar-benar tidak ada di depan. Miku pun tak terlihat. Kemana bocah kecil itu?
Tidak mungkin dia bermain jauh. Joy tidak hapal daerah sini. Jangan-jangan di culik? Reksa menepis pikirannya. "Ibu coba periksa di dalam rumah ya, reksa periksa sekitar rumah." Ibu mengangguk setelah itu mereka berpisah.
Reksa menelusuri jalanan rumahnya masih dengan pakaian kerja. Bertanya pada beberapa tetangga, mungkin ada yang pernah bertemu Joy sore ini. "Joy," panggilnya.
"Joy, ini om Re."
"Joy."
"Nyari siapa Re?"
"Pak Basuki, lihat ponakan saya?" Tanya Reksa pada Pak Basuki tetangga depan rumah yang sedang duduk santai di depan rumah.
"Tadi sore main sama kucingmu itu di depan."
"Iya, Pak. Tapi Joy gak ada waktu saya pulang. Bapak lihat gak, dia jalan kemana gitu?"
"Wah, saya barusan duduk sini. Gak lihat juga. Di dalam rumah sudah di cek?"
Reksa menganggukkan kepala. Raut khawatir di wajahnya terlihat jelas. Ini pertama kalinya Joy keluar rumah tanpa pamit. "Sudah, Pak. Di cek ibu, semoga aja benar di dalam rumah."
"Coba tanya sama bu Maura. Itu tetangga sebelah, dia kan punya anak kecil."
"Benar juga ya, Pak. Ya sudah, saya permisi ya Pak."
Reksa memutuskan untuk menghampiri rumah bu Maura yang terletak di sampingnya. Baru saya ia akan memencet bel pintu rumah, matanya tak sengaja menangkap dua sosok manusia berbeda usia dan jenis kelamin yang sedang membeli cilok di depan kos-an.
Reksa mengusap wajahnya kasar. Kenapa dari sekian banyak orang harus perempuan itu yang menemukan Joy. Atau jangan-jangan dia yang menculik Joy?
Reksa segera menghampiri mereka. Membuat sosok gadis itu yang baru saja akan mengetuk pintu terkejut bukan main. Bahkan, miku yang ada di gendongannya terlepas. "Bapak menguntit saya lagi?" Tuduh perempuan itu.
Ya ampun. Demi Tuhan, ia sudah cemas setengah mati memikirkan Joy yang hilang namun mengapa ia dipertemukan dengan Dana, cewek yang mengatainya gila tadi pagi. Dan apa tadi? Menguntit? Yang benar saja.
"Joy."
"Om Re." Joy menghambur ke pelukan Reksa. "Kamu dari mana aja sayang?"
"Kamu ngapain nyulik ponakan saya?!"
"Nyulik?!"
"Iya. Kamu ngapain nyulik ponakan saya?"
Dana tertawa. Tuh kan, dia udah gila beneran, tertawa sendiri. "Kalau saya nyulik, mana mungkin saya balikin. Bapak kok bodoh banget sih."
"Kamu mengatai saya bodoh?"
------
"Nyulik?!" Aku syok dituduh nyulik ponakannya. Kalau aku nyulik, udah aku jual nih bocah yang lagi tak gandeng.
"Iya. Kamu ngapain nyulik ponakan saya?"
What? Ponakan? Berarti beneran ini rumah pak Reksa? Dan nih bocah ganteng ponakannya? Apes banget deh. Yakin, Sasi bakal ngetawain nasib sialku ini. "Kalau saya nyulik, mana mungkin saya balikin. Bapak kok bodoh banget sih."
Bodoh
Bodoh
BodohYa ampun mulut kamu Dana. Cari perkara aja.
"Kamu mengatai saya bodoh?"
"Ma-maaf, Pak. Mulut saya memang suka kelepasan berbicara fakta."
"Tuh, kelepasan lagi. Ma-maaf ya, Pak. Kurang asupan cilok sepertinya ini, Pak."
"Om, jangan marah. Tante Dan baik."
Reksa menunduk, memeluk Joy sebentar lalu mengusap kepala ponakannya itu. "Kamu dari mana Joy? Om dan oma khawatir tahu."
"Joy main sama miku di kamar tante Dan," jelas Joy. Pinter boy, secara gak langsung kamu belain tante.
"Kamu tahu tante Dan dari siapa Joy?"
"Joy lihat waktu Om berangkat lihat ke kos an Tante Dan. Jadi Joy penasaran."
Hah?
Aku gak salah dengar kan? Sepertinya perlu cek telinga deh. Mataku memicing mengawasi pak Reksa yang gelagapan. Astaga, jadi itu benar adanya?
"Joy, lain kali kalau pergi bilang oma ya. Pulang sama uncle." Tidak baik memperdengarkan pertengkaran pada anak kecil. Aku menyuruhnya segera masuk dan tentunya aku bisa segera tidur. Daripada memusingkan hal tidak bermanfaat seperti pak Reksa. Tapi kalau jodoh masa depan aku sih gak nolak meskipun sifatnya menyebalkan.
"Tapi ciloknya belum selesai Tante Dan. Bentar lagi ya."
"Bang, cepetan. Joy disuruh masuk."
"Siap bos kecil."
Setelah mendapatkan yang dimau, Joy justru menarikku ikut dengannya. "Tante ikut masuk yuk."
"Eh nggak, maksudnya udah malam Joy, tante harus tidur."
"Tante, Joy besok mau dibuatkan sayur lagi."
"Siap boy. Sekarang masuk ya."
Aku melihat Joy yang berlari ke rumah. Namun pamannya justru masih terdiam di sini. "Bapak kok masih disini? Mau jajan cilok juga?"
"Saya tidak suka berhutang. Berapa ciloknya Bang?" Dia mengeluarkan uang.
"Sudah dibayar neng cantik ini, mas," jawab abang kang cilok sebelum berlalu pergi.
"Haduh Bapak, tahu kok uangnya banyak. Jajanin cilok joy gak bakal bikin saya miskin. Tenang aja."
"Ya udah, kamu aja yang ambil. Ambil ini."
"Bapak gak mau hutang kan? Kapan-kapan traktir aja saya makan Pak. Permisi, Pak." Aku tersenyum kelewat lebar. Lagi capek banget. Gak ada tenaga buat ribut sama Pak Reksa yang suka bikin sesak napas kalau dekat-dekat beliau.
Ya gimana ya, meskipun galaknya kebangetan tapi pesonanya itu loh, gak pernah pudar. Jadi jilat ludah sendiri kan. Sebelum berjalan terlalu jauh, aku balik badan. Ternyata pak Reksa masih diam di tempat. "Pak, besok-besok kalau mau lihatin Saya bilang aja, nanti saya nangkring depan kos. Gak usah diam-diam, eh ketahuan Joy," kataku lalu segera berlari ke kos sambil tertawa tak tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REKSA DANA
Romance'Dana' Mungkin terdengar klise kalau lihat dosen berjodoh sama mahasiswanya atau bos yang berjodoh dengan karyawannya. Tapi gimana ya.. ini beneran terjadi di dunia nyata. Of course, terjadi pada Dana. Dana yang jatuh cinta pada Pembimbing PKL saat...