02

8 2 0
                                    

"Punten... tadaima." 

Aku melepas spatuku dan menaruhnya di rak sebelum melangkah kedalam rumah. Ibu ternyata lagi sibuk nonton drakor di tv pantesan ga kedengeran suaranya. Gatau apa lah itu judulnya, kayaknya sih udah ganti drama lagi dari yang minggu lalu. Eh, tapi tumben sekali ibu pulangnya cepet, padahal masih jam 5 sore loh. Biasanya ibu pulangnya jam 9 malem. 

Ibu aku single mom, kerjanya di Bank jadi manajer, jadi kau biasa kalau disuruh masak sendiri dan cuci baju sendiri. Biasanya pas ibu pulang langsung ada makanannya karena aku sudah masakin. Karena ga mau jadi beban ortu aku juga rutin ikut program beasiswa TIA, makannya mau ga mau harus bagus nilaiku, kalau ga pasti ibu harus bayar SPP mahal buanget. Itu salah satu alasan aku awalnya ga mau sekolah  di TIA sih, karena biaya SPP nya mahal, tapi karena ibu juga jadi ga bisa nolak.

"Hmm dah pulang kamu?" Akhirnya ibu sadar aku dah pulang. 

"Iya lah, kan dah di sini bu," jawabku. "Kok cepet banget pulangnya?"

"Ga masalah, lagi ga kepengen lembur aja," kata Ibu. 

Hah? Jadi selama ini kerja lembur karena kepengen gitu? 

Orang dewasa suka ngebingungin juga ya. Aku menggeleng lalu pergi ke kamarku, mau mandi dan ganti baju. Harusnya ibu udah masak makanan baut malam ini, soalnya kan ga lembur. Tapi kalo ga ya mendingan pesen delivery aja soalnya aku ga mood masak. Nanti kalo masak malah kebakaran gara-gara ngelamun terus. 

⋇⋆✦⋆⋇ 

Untungnya ibu sudah masak, jadi tinggal makan doang. Ga tau dari mana dapat kangkung karena malam ini ibu masak cah kangkung saus tiram,  nyambel terasi, tempe tahu bacem, dan ayam goreng kuning. Makanan di atas meja udah persis banget kayak di restoran Sunda Bogor. Kurang lalapan doang ini mah. 

"Dapet dari mana ibu kangkungnya?"

"Dapet dari toko punya orang Indonesia, ternyata ada. Tapi mahal..."

Iya lah mahal ibu, kan kangkung impor, yang sayuran biasa didapet di Jepang aja mahal apa lagi diimpor dari Indonesia. Hidup di Jepang ini ada plus minusnya, plusnya aku punya pendidikan yang bagus, sarana untuk umumnya juga oke-oke, dan bisa ngelatih berbahasa juga. Kalau minusnya ya, kadang-kadang suka kasihan sama ibu yang harus kerja sendiri, bayar pajaknya mahal buuanggett, terus kadang jadi kangen sama suasana Indonesia yang santuy dan hepi-hepi.

Oiya ngomong-ngomong pekerjaan, aku kan diterima nyambi di klinik dan penitipan hewan Hari ini.

"Ibuu, Bu, aku hari ini dapet telepon dari klinik hewannya katanya aku udah bisa kerja besok!"

Bukannya senang aku malah disambut dengan sebuah muka masam dari ibu. Yah, masa ini ga setuju sih, kan aku bisa dapat uang sendiri kalo nyambi.

"Kan ibu udah bilang kamu ga usah kerja-kerja gitu. Udah fokus aja sekolah, kamu kan udah kelas tiga," kata ibu.

Aku masih tidak mau ngalah, masalahnya gaji aku bisa 200-300 Yen per jam, dan aku kerja hari Selasa, Rabu, Jumat, setelah pulang sekolah dan Sabtu full hour. Kalah aku kerja misalnya 5 jam kan bisa dapat 3.000 Yen. Apa lagi Sabtu kan bisa dari jam 10 sampai 6 sore dan pasti dibayar 7.000 Yen.

"Tapi Bu, kan uangnya bisa buat jajan Nadia pribadi jadi Nadia ga perlu minta duit ke ibu terus!" mas iya aku harus ngelepasin kesempatan ini? Lagian kan tanpa bekerja juga aku biasa punya pengalaman gimana ngurusin hewan yang sakit, dan itu bisa aku tulis di resume pas mau dafter universitas kedokteran hewan...

Masih saja ibu terlihat tidak senang, bahkan sampai-sampai berhenti menyantap makanannya. "Kamu itu gimana sih? Katanya mau kuliah kedokteran, kuliah kedokteran kan harus fokus belajar lah. Tes masuk universitas juga berat nanti gimana kalo kebagi-bagi waktunya?"

𝕂𝕖𝕟𝕒𝕝𝕒𝕟 𝕐𝕦𝕦𝕜! || Kuroo Tetsuro ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang