Aku berdiam diri selama weekend. Mencoba merenungi dan memproses apa yang terjadi Jumat malam kemarin. Ketika kusadari bahwa besok aku harus bekerja dan bertemu dengan Sakala, aku menjadi sangat gelisah.
Selama dua hari ini aku tidak bernafsu makan, tidak selera menonton drakor favoritku, bahkan makanan manis kesukaanku tidak mampu juga meredakan berbagai macam emosi dan pikiranku.
Oke, seperti yang aku bilang, mungkin ini sebenarnya bukan masalah besar. Aku sudah pernah terbangun di tempat tidur pacarku, atau di kamar hotel dengan lelaki baru. Anggap saja ini tidak ada bedanya. Aku hanya perlu menghadapi Sakala dan bilang bahwa ini kesalahan dan mari kita lupakan saja.
Untuk ukuran Sakala, yang sudah biasa berganti-ganti wanita seperti berganti pakaian, hal ini juga pasti bukan masalah besar baginya. Mungkin hanya aku saja yang terlalu memikirkannya. Mungkin kami bisa kembali seperti semula tanpa memikirkan kesalahan malam itu. Kami mabuk, terbawa suasana, dan itu terjadi. Sudah, begitu saja.
Tiba-tiba ponselku berdenting. Aku menatap benda di meja nakasku untuk sesaat, lalu mengambilnya. Aku belum benar-benar menyentuh ponselku selama dua hari ini. Sejujurnya, aku bahkan tidak tahu apa yang telah aku lakukan dua hari terakhir. Bagaimana aku melewatinya? Apa saja yang kuperbuat untuk menghabiskan waktu yang terasa seperti selamanya? Entahlah. Aku seperti orang linglung.
Aku membaca pesan di ponselku.
From : Imitasi Songkang
Ra, udah makan?
Tidak ada yang aneh dari pesannya. Dia mengirimiku pesan yang sama hampir setiap hari. Terutama saat weekend, waktu dimana kami tidak bertemu. Lalu biasanya dia akan menjemputku dan mengajakku makan. Tapi kali ini pesannya justru membuat perutku mulas. Aku ragu untuk sesaat. Tapi aku harus bersikap biasa saja jika ingin hubungan kami kembali seperti dulu. Akhirnya aku mengetikan balasan.
To : Imitasi Songkang
Udah kok barusan.
Aku berbohong. Sudah pukul sebelas dan satu-satunya yang aku makan adalah udara sesak di dalam kamar apartemenku. Aku menghela napas, jangan sampai dia mengajakku keluar dan makan. Hening beberapa saat, lalu ponselku kembali berdenting.
From : Imitasi Songkang
Aku kesana, ya?
Jesus Christ! Aku ingin berteriak kesal. Kenapa dia seolah tidak bisa membaca niat tersembunyiku untuk menghindarinya? Aku selalu berkata lapar, mengiyakan ajakannya dan menerimanya saja saat dia menjemputku. Tidak pernah aku berkata tidak. Namun sekarang dia jelas tahu mengapa aku berkata seperti itu. Karena aku belum siap bertemu dengannya.
Aku tahu aku harus berbicara dan menyelesaikannya. Tapi masih ada hari esok saat aku benar-benar tidak bisa menghindarinya di tempat kerja. Untuk hari ini aku ingin menghabiskan sebanyak-banyaknya waktu untuk menyemangati diriku sendiri dan bersikap teguh. Oleh sebab itu aku cepat-cepat mengetikkan balasan, sebelum dia dengan nekat tancap gas kemari.
From : Imitasi Songkang
Aku agak nggak enak badan, mau tidur. Dan aku udah minum obat jadi kamu nggak perlu kemari. I'll see you tomorrow.
Singkat, padat dan jelas. Aku tidak mengerti lagi harus bilang apa kalau dia masih memaksa untuk datang kemari setelah dia membaca pesanku yang secara gamblang mencoba menghindarinya. Tapi untunglah balasan yang aku dapatkan membuatku bisa bernapas lega.
From : Imitasi Songkang
Okay then. Have a rest and see you tmrw.
Aku menaruh kembali ponselku dan berbaring. Sepertinya aku harus tidur lagi supaya aku bisa membebaskan diriku dari semua beban yang kupikul. Melupakan masalahku untuk sesaat dan berada dalam damai. Dan kegelapan menyambutku sesaat kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Couple
ChickLitNadira Maglevi Suteja dan Alexander Sakala Gotama adalah dua sahabat yang sudah seperti pacar. Sampai satu kesalahan di Jumat malam terjadi, mereka tidur bersama. Nadira menganggapnya kesalahan. Tapi Sakala justru menggunakan kesempatan itu untuk me...