Ch 7. Bocah, Pemalakan, dan Martabak

36 8 2
                                    

Sepasang manusia yang sudah berusia senja, tengah menikmati langit senja dengan perpaduan ungu di teras rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang manusia yang sudah berusia senja, tengah menikmati langit senja dengan perpaduan ungu di teras rumahnya.

Ditemani secangkir teh sariharum dan sepiring kue lapis, dua manusia renta itu saling menyandar di bahu satu sama lain, seraya menikmati tenangnya suasana.

Namun itu tidak bertahan lama karena bunyi derapan langkah menginterupsi.

Di depan mata, walaupun hanya sekilas mereka sempat melihat seorang pemuda yang menggendong gadis sedang melesat cepat di hadapan keduanya.

“Enak nya, masa muda.”

“Kau mau aku gendong seperti itu juga sayang?”

“Aduuh, kalau gitu bisa-bisa pinggang kakek patah lho. Berdiri saja harus saling papah.”

“Ooh, iya juga ya.”

Beralih dari pasangan kakek nenek tersebut, mari kita lihat siapa dua muda-mudi yang tadi dibahas mereka.

“Hoi, Itadori! Jangan cepet-cepet bego! Perutku jadi mual nih!” geram gadis itu sambil menjambak rambut berpotongan undercut pemuda yang menggendongnya di punggung.

“Adududuu, jangan tarik rambutku dong, Kira. Tadi katamu kau telat menjemput adikmu sampai satu jam kan? Kalau gitu kita harus buru-buru dong!”

“Ya tapi jangan secepat ini lah. Nanti kalau aku muntah di kepalamu gimana?!”

“Jangan sampai dong! Lagipula kenapa kau bisa telat sampai satu jam sih?”

“Tadi harusnya habis pulang sekolah aku langsung menjemputnya. Tapi gara-gara kalian yang bikin perkara jadi molor.”

“Jadi ini juga salahku?”

“Ya iyalah!”

Kedua orang itu adalah Ajeng dan Itadori.

Seperti perkataannya di chapter yang lalu, demi menebus perbuatannya, Itadori mau membantu Ajeng untuk mengantarkannya ke sekolah adiknya. Dengan cara digendong.

Kalau kau bertanya-tanya kenapa Ajeng tidak naik bis atau angkot, itu karena kedua kendaraan tersebut tidak melewati sekolah adiknya. Alhasil dia memanfaatkan kemampuan fisik Itadori yang berada diluar nalar untuk menggendongnya saja ke tempat tujuan.

Sebenarnya jalan ke sekolah adiknya itu tidak jauh, namun karena jalan yang biasa ia pakai sedang ditutup karena ada perbaikan jalan, mereka harus memutar arah.

Dengan arahan Ajeng, beberapa menit setelahnya kedua orang itu tiba di sebuah bangunan bertingkat dua dengan palang bertuliskan SD Pelita Nusantara 1 Kota Semarang.

Ajeng menengok kesana-kemari mencari kehadiran adik satu-satunya itu. Matanya yang tidak menemukan satu orang pun selain mereka membuat Ajeng panik.

“Mampus, kalo bocah itu diculik gimana coba!”

Itadori yang menyadari kepanikan Ajeng dan matanya yang mulai berkaca-kaca berinisiatif ikut mencari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Mission {Jujutsu Kaisen Fanfiction}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang