Awal

65 22 24
                                    

"Kita bersama tapi dengan rasa yang berbeda"

~Myrtle~


Bulan tuh sebenarnya jodoh matahari bukan bintang. Jadi kalau pada akhirnya bulan meredup, bintang tetap akan terus bersinar kan?

Seperti halnya saat ini. Malam sunyi dihias langit yang polos kehilangan sebuah cahaya, bulan seakan lupa jika kini sudah waktunya menunjukkan diri. Dia malah bersembunyi dibalik awan yang menggumpal diujung langit.

"Lu, masa nggak bawa cemilan sih," gerutu lelaki berambut tak beraturan yang memainkan kunci motor dengan telunjuknya.

"Siapa bilang?"

Pertanyaan gadis itu diiringi dengan senyum menyeringai, senyum yang langsung menimbulkan dugaan lelaki berjaket hitam dengan angka 72 didada sebelah kiri. "Ada?"

"Ikut aja sih Ze," balasnya berjalan lebih dahulu.

Tanpa menaruh curiga lelaki bernama Zeo itu mengangguk sambil membayangkan berbagai makanan yang tengah diinginkannya. "Kamu udah siapin di sana, Lu?"

"Udah deh Ze, diem aja entar ilang cemilan kamu."

Keduanya kini sampai di tempat yang dituju, Luna yang menutup kepalanya dengan jumper menyuruh Zeo untuk duduk terlebih dahulu. Sedangkan ia kini sibuk berjalan ke semak belukar dengan senter ponsel yang dinyalakannya.

"Gila, kamu nyuri apaan sampai nyimpennya di semak?" tanya Zeo yang hanya menatap Luna dari posisi enaknya. Pergelangan kaki kanan yang menindih lutut kirinya, membuat sudut lancip lutut kaki kanannya yang dia gunakan untuk tumpuan tangan kanan yang menyangga kepalanya.

"Sstt... diem deh."

"Sempak Pak Yanu kamu yang nyolong?" tanya Zeo iseng.

"Sembarangan tuh mulut," sinis Luna melirik Zeo sekilas.

"Mencurigakan kamunya."

"Yahh kan Ze, belalangnya ilang," cuit Luna yang kini menatap dirinya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Membuat lelaki yang semula antusias menunggu, kini melirik Luna tajam dengan mata yang diredupkan. Bibir yang semula terbentuk lengkung itu kini hanya tergambar datar karena kesal. "Kamu mau kasih aku belalang?"

"Kan memang makanan kamu," ungkap Luna berkata dengan sedikit bernada seperti di serial kartun yang suka ditontonnya.

"Cie perhatiin makanan aku."

"Aku hafal ya apa yang kamu beli kalau ke Gunung Kidul."

Zeo tersenyum menggoda Luna dengan tatapan jahilnya. Sedangkan Luna sendiri dengan isengnya meraih rambut Zeo dan sedikit menariknya gemas. Membuat Zeo refleks juga melakukan hal yang sama dengan rambut Luna. Keduanya lantas tertawa karena sikap yang mereka ciptakan

"Hahaha udah ah... Jadi mau ngomongin apa?"

Luna ikut duduk, dia kini sibuk mencepol rambutnya ke atas, terdiam sambil memikirkan tujuan awal ia mengajak kekasihnya. Matanya masih fokus pada air danau yang terkena cahaya lampu diujung jalan sana.

"Kamu sadar nggak, kalau dicepol gitu makin cantik tahu," puji Zeo seketika. Matanya sibuk memandang gadis yang selama ini menjadi bagian dari bahagianya.

MyrtleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang