2° Ayam versi manusia

34 17 29
                                    

"Zeo itu spesies hewan kali ya. Selain bucin sama gajah, hidupnya 11 12 sama ayam. Sebenernya dia manusia sungguhan apa ayam versi manusia sih?"

🐔🐔🐔

05:00 a.m WIB

"Mas Zeo, bangun! Katanya suruh bagunin pagi," ucap seorang wanita yang sedari tadi mengetuk pintu kamar Zeo dengan membawa seragam yang telah disetrika di salah satu tangannya.

Tok tok tok

"Mas Zeo! Bibi nggak tanggung jawab lho ya kalau PR-nya nggak selesai."

Suara yang cukup keras itu nyatanya tidak membuat seorang lelaki membuka matanya barang sejenak. Dia masih senantiasa terpejam dengan selimut yang sudah tak karuan. Hanya sebelah kakinya yang tertutup selimut, entah dia tidak merasa kedinginan padahal AC di kamar itu menyala. Tubuh atasnya yang tidak tertutup apa pun juga dibiarkan begitu saja.

Tok tok tok

"Mas Zeo!"

"Eughh... Iya?"

Akhirnya spesies kerbau itu membuka suaranya. Matanya mengerjap malas enggan membuka, daya tarik untuk menutup sepertinya masih terlalu kuat. "Udah bangun?"

"Udah," singkatnya mulai membuka mata sempurna.

"Bibi boleh masuk?"

"Iya," balasnya sambil menguap.

Pintu kamar terbuka membuat wanita yang telah bersama dengan Zeo sejak kecil itu menggeleng melihat anak majikannya yang bilang sudah bangun nyatanya kembali menutup tubuhnya dengan selimut ke seluruh badan.

"Mana? Katanya udah bangun."

"Zeo ngantuk banget. Lima menit lagi ya?"

"Terakhir kali bilang gitu bablas satu jam loh, Mas Zeo."

Zeo membuka selimut itu menampilkan wajahnya. Dia memandang sang bibi sambil terus menguap. "Zeo bangun, tapi Bi Astri tebak dulu skor Liverpool semalam berapa?"

"Ya Bibi nggak tahu to Mas, lah wong Bibi nggak nonton."

Jawaban Astri, pembantu yang kini memilih menuju wardrobe milik Zeo. "Ah, nggak seru ah Bi Astri, hoamm."

"Udah jam lima lewat, jangan tidur lagi."

Zeo yang duduk sambil memejamkan mata itu menjawab pelan. "Enggak, ini Zeo mau cuci muka."

Lelaki tanpa memakai kaos itu beranjak menuju ke dalam kamar mandi di kamarnya. Berjalan dengan mata yang masih senantiasa terpejam sesekali. "Jangan tidur di kamar mandi, nanti bilangnya bibi nggak bangunin. Awas loh ya," peringat Bi Astri yang sudah sangat hafal dengan tingkah majikannya itu.

Zeo berdiri bertumpu pada pantry yang terdapat wastafel di sana. Dia membuka krannya dan membiarkannya menyala, sedangkan ia malah fokus menatap pantulan dirinya pada cermin di depannya. "Nice, muka bangun tidur yang rupawan," ucapnya serak mengelus pipinya sendiri.

aliran bening yang keluar dari rongga kran kini ditangkup dengan kedua tangannya. Membasahi wajahnya dengan sempurna, diikuti oleh mulutnya yang berkumur untuk menyikat gigi. Zeo berbalik, bersandar pada pinggiran wastafel. Tangannya memegang sikat gigi dan menggosoknya dengan tempo pelan pada giginya. Sedangkan mata indahnya kembali terpejam mencari kesempurnaan nyawanya. Atau mungkin malah mencari alam bawah sadarnya kembali.

Waktu bergulir, matahari tak terasa mulai melenggang keluar menyinarkan dirinya pada bumi Jogja. Mungkin jika dilihat sudah mulai ramai hiruk pikuk aktivitas yang dilakukan orang-orang. Termasuk Astri yang kini mengulang hal yang sama seperti yang dia lakukan tadi pagi.

MyrtleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang