3° Gravitasi Jambu Pak Rt

29 17 22
                                    

"Kayanya kita bakal punya kerjaan baru nih kalau lewat rumah Pak Rt. Duh kudu belajar hukum Newton lebih serius, Lu."

🍐🍐🍐

Brakk

"Lah, eyang. Tangganya jatuh, ini Bayu gimana turunnya?" teriak seorang dari atas pohon dengan sarung tangan dan beberapa keresek putih ditangannya.

"Sebentar, le. Eyang mau ke kamar mandi," jawab lelaki yang kini berlari kecil ke dalam rumah.

Bayu Pragesmana, anak kuliahan yang sudah merangkap jadi direktur bisnis swalayan keluarganya, swalayan yang cukup terkenal di Yogyakarta. Bahkan sudah punya beberapa cabang.

Lelaki tinggi berkulit tan itu masih setia nangkring di atas pohon itu menghela nafasnya. Bukan karena mendengus kesal, tapi hal yang tengah dilakukannya itu nyatanya mengeluarkan tenaga yang cukup. Demi menjaga keselamatan jambu miliknya agar tidak dimakan musang, Bayu rela naik untuk memberi perawatan pada jambu miliknya.

"Eyang, kok lama? Bayu digigiti semut nih," teriak Bayu karena sang kakek tak kunjung keluar.

"Le, Yuda bilang laporan keuangan udah dikasih ke kamu. Mana, kok belum kasih ke Ayah?"

Bukan sang kakek melainkan ayahnya yang datang dengan secangkir kopi bercawan kuno yang kini duduk di teras. "Bayu lupa semalam. Ayah tolong ambilin tangga itu," putusnya meminta bantuan sang ayah.

"Lagian kamu ngapain to, le. Pagi-pagi kok udah pentakilan gitu," omel sang Ayah.

"Dua hari ini jambu Bayu kaya berkurang, kata Eyang dimakan musang makanya tadi suruh Bayu buat kasih plastik," balas Bayu yang kini sudah turun dan mengibaskan celana tanggungnya yang kotor.

"Di komplek kita mana ada musang, palingan bocah lewat terus tergiur."

"Nggak aman berarti, Yah. Ayah sebagai ketua RT harus bertindak," usul Bayu ikut duduk di samping Pak Gunawan, ayahnya.

"Iyo, nanti Ayah musyawarahi dulu."

"Keburu jambu Bayu habis nuggu Ayah bertindak. Kok bisa pada milih Ayah pas pemilihan RT dulu."

"Sembarangan. Udah masalah jambu doang, ikhlas aja. Mana sekarang laporan dari Yuda?"

Bayu berdiri, masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil laporan keuangan yang diterimanya kemarin. Langkahnya menaiki tangga menuju kamar miliknya, semuanya aman sebelum suara mengejutkan datang dari hadapanya. Membuatnya terkejut dan sedikit terdoyong ke samping. "Bia. Ngagetin Mas aja."

Bayu seketerkejut itu karena saat dia menaiki tangga tadi dia hanya fokus menatap anak tangga. "Mas Bayu, nggak lupa kan?"

"Apa sih, Dek?"

"Bia kan udah bilang kemarin buat nganterin ke CFD. Ini udah mau jam tujuh," ujar Bia yang mengekor pada Bayu.

Bia Hanna Pragesmana. Adik dari Bayu yang kurang lebih seumuran dengan Zeo dan Luna. Hanya saja mereka beda sekolah jadi hanya saling mengenal saat di rumah saja. Anak bungsu dari tiga bersaudara.

"Mas Bayu!!" rajuknya saat Bayu tak menjawab malah sibuk menyikap beberapa buku yang tak mempunyai kepentingan untuknya.

"Ajak Mbak Elsa aja ya? Mas ada pentingan sama Ayah."

"Tahu sendiri Mbak Elsa kalau tidur udah kaya simulasi mati. Lagian Mas Bayu juga udah janji loh," tukasnya membuat raut kesal.

Bayu mendekat ke arah adiknya yang masih berdiri di ambang pintu. Dia mengasak lembut rambut sang adik dan tersenyum menangkan. "Kalau gitu, nunggu urusan Mas sama Ayah selesai, mau?"

MyrtleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang