1.

6 0 0
                                    

Rey memandang lekat gadis yang tengah memilah buku sambil berjinjit karna buku yang ia cari berada pada rak yang lebih tinggi dari tubuhnya.
Kemudian Rey mendekat mengangkat tangan kanannya mengambilkan buku yang di incar gadis tersebut.

"Terima kasih" Ucap gadis itu sambil membungkuk.

"Kamu Asha yaa" Rey menebak semoga dugaannya tidak salah.

"Ma'af dengan siapa yaa? Saya kadang suka lupa hehe" Asha menjawab spontan.

Sebenarnya ia memang sangat-sangat pelupa, karna baginya orang akan selalu datang dan pergi dan ia cenderung tak akan mengingat orang-orang yang kurang berkesan baginya atau orang-orang yang memang lama tak berhubungan dengannya, bahkan teman SD yang masih selingkungan rumahnya pun ia hampir lupa.

"Ini aku Rey temen sekolah kamu dulu masa lupa sih" Rey mencoba mengingat hal-hal yang menonjol saat ia sekolah, tentu gadis itu tak akan mengingatnya karna begitu banyak temannya saat sekolah terlebih lagi Asha dan Rey tidak pernah satu kelas.

"Yang itu lho yang suka gambar tapi saingan kamu kalau pelajaran matematika". Lanjut Rey.

Untung saja Rey punya sesuatu yang ia yakin Asha akan mengingatnya.

" Oalah Rey apa kabar? Pangling banget aku sampe lupa". Entah angin apa Asha mulai berbasa-basi, Asha si gadis dengan julukan jutek, nyaris jarang bertegur sapa kecuali orang lain menegurnya, tidak suka basa basi si paling to the point dan hanya berbicara yang di anggap nya butuh ataupun penting.

"I'm great, aku makin ganteng yaa makannya kamu lupa". Rey dengan percaya diri merapihkan bajunya sedikit.

" Bisa aja kamu, ialah ganteng masa cantik"

Asha tersenyum yang membuat hati Rey meleleh, entah kenapa setiap Rey melihat senyum Asha jantungnya berdebar dan senyumnya semakin melebar.

"Eh kamu apa kabar Sha, gimana kuliah lancar?". Rey bertanya dengan niat memperpanjang obrolan mereka, Rey mencari tempat agar Asha merasa nyaman.

" Kita duduk disana aja yu Sha". Rey berjalan menuju meja yang ia maksud tadi, Rey menoleh memastikan Asha mengikutinya.

"Alhamdulilah sih sejauh ini masih lancar meskipun yaa dikit-dikit ngeluh tugas". Jawab Asha sambil menggeser kursi yang hendak ia duduki.

" Pastilah yaa keluhan mahasiswa itu tugas". Rey tersenyum lebar yang di balas senyum hangat Asha.

"Oh ya btw kalau kamu dimana Rey sekarang? ". Lanjut Asha

" Aku baru rencana sih, Papaku punya saudara di Jepang, saudara jauh sih dan aku agak bisa bahasa Jepang rencananya aku mau kuliah disana". Rey menjawab.

"Wah kamu beasiswa atau mandiri disana?". Asha melanjutkan obrolan, lagipula ia tak ada rencana kemana-mana setelah ini dan ada rasa nyaman ketika ia mengobrol dengan Rey.

" Mandiri tapi lagi urus proses beasiswa, semoga aja dapet". Tanpa sadar perut Rey berbunyi menandakan cacing-cacing di perutnya sedang berdemo meminta makanan. Rasanya ia ingin merutuki perutnya kenapa harus berbunyi di saat yang tidak tepat.

Asha terdiam sejenak setelah mendengar suara perut Rey.

"Mie ayam di sana enak lho, aku langganan banget kebetulan aku juga laper nih". Asha bingung dengan dirinya sendiri kenapa seberani itu mengajak Rey makan seolah-olah mereka teman yang memang akrab sudah lama.
Asha melirik jam di tangannya masih jam 11 siang belum saatnya jam makan siang, karna biasanya tempat yang ia maksud akan penuh dengan para pelanggan.

"Yo nanti keburu rame, tapi aku mau bayar buku ini dulu". Lanjutnya lagi lalu bergegas ke kasir.

Setelahnya Rey mengekori Asha di belakang, lalu menyeimbangkan langkah dengan Asha agar berjalan beriringan.

Setelah sampai di tempat yang Asha maksud mereka duduk di samping jendela yang memperlihatkan kemacetan kota jakarta itu.

"Mau pesen apa?". Tanya Asha.

" Samain aja deh". Jawab Rey melihat daftar menu.

" Minumnya apa". Tanyanya lagi.

" Es teh manis aja pake lemon biar seger". Rey mulai menutup buku menu ditangannya.

"Mie ayam spesial dua, sama es teh manis lemonnya dua mba". Ucap Asha pada pegawai yang melayaninya.

"Baik, ditunggu yaa mba mas". Balas pegawai tersebut yang dibalas anggukan Asha.

"Kamu sering kesini?". Rey membuka suara rasa penasarannya semakin tinggi dengan segala hal yang disukai gadis di depannya itu.

" Ga terlalu sering juga sih cuman salah satu cafe favorit aku disini". Jawab Asha.

"Oh gitu, aku masih ga nyangka lho bisa ketemu kamu disini kamu tadi beli buku apa?". Rey kembali membuka obrolan.

" Oh ini buku tentang psikolog juga buat baca-baca aja". Asha menyimpan kembali buku yang sempat ia angkat tadi, lalu menyimpan nya ke dalam tas yang tadi ia bawa.

"Kamu ko gak pernah ikut reuni? ". Tanya Rey karna setiap ada acara reuni sekolah nya ia tak pernah absen dengan harapan dapat bertemu Asha cinta pertamanya.

" Entahlah males aku ga suka keramaian, ga ada yang aku kangenin juga". Asha memang kelewat jujur ia selalu berbicara apa adanya.

"Padahal aku selalu nungguin kamu Sha". Jawab Rey di lubuk hatinya.

" Oh gitu".

Tak lama pesanan mereka datang, Asha menikmati mie ayam kesukaannya begitupun dengan Rey yang lahap karna kelaparan.

"Pilihanmu enak juga yaa Sha". Ucap Rey sambil menyumpit kembali mie nya.

" Iyalah pasti". Jawab Asha sambil mengambil tisu dihadapannya untuk mengelap mulutnya yang terkena bumbu mie.

Setelah menghabiskan mie ayam Rey menyodorkan ponsel nya ke hadapan Asha.

"Isi no kamu Sha biar aku save". Lanjutnya.

Asha mulai mengetik dan mengembalikan ponsel Rey ketika selesai.

" Save no aku". Ucap Rey setelah mengirim pesan pada Asha yang di balas anggukan Asha. Asha melihat jam tangan ia lupa kalau ia ada janji dengan temannya.

"Oh ya Rey maaf yaa aku duluan ada janji sama temen". Ucap Asha sambil membereskan barang bawaannya.

" Yaudah bareng aja kedepannya". Rey berdiri di susul Asha kemudian melangkah ke meja kasir.

"Biar aku aja yang bayar aku traktir". Ucap Rey sambil mengambil beberapa lembar uang didalam dompetnya.

Setelahnya mereka keluar cafe menuju parkiran mall.

" Kamu naik apa kesini Sha? ". Tanya Rey di sela langkah kakinya.

" Aku tadi pake gojek ". Jawab Asha.

" Kamu mau kemana? Mau aku anter?". Tawar Rey.

"Eh gausah deket ko, jalan kaki sepuluh menit juga sampe". Tutur Asha karna memang tempat yang ia tuju selanjutnya tidak jauh di mall ini.

" Aku anter aja yaa, lagian aku ga ada temen juga". Rey mencoba membujuk Asha. Asha menimbang yang akhirnya menyetujui ajakan Rey. Lagipula terik matahari hari ini sangat panas dan Asha juga malas kalau harus menyebrang jembatan gantung.

Untungnya Rey membawa helm dua karna tadi habis mengantar kakanya ke suatu tempat, benar-benar takdir yang menguntungkan batin Rey mulai bersorak.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku harap kalian suka yaa man temans o(〃^▽^〃)o

Kalau kalian suka harap vote yaa agar aku bisa semangat melanjutkan ceritanya ヾ(^-^)ノ

Maaf banget kalau banyak kesalahan kata, tanda baca atau apapun tentang kepenulisan hihi
Aku open kritik dan saran yaa guys

Jangan lupa klik bintang 🌟 ˚̩̥̩̥( ͡ᵔ ͜ʖ ͡ᵔ )*̩̩͙✩

Terima kasih 😘💕

AshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang