2.

5 0 0
                                    

Rey mengamati setiap gadis yang berperawakan seperti Asha di cafe tempat mereka makan mie ayam lima hari yang lalu. Lima hari juga Rey sering ke tempat ini berharap tak sengaja bertemu  Asha, mengingat yang di ucapkan gadis itu sering kesini tempo lalu.

Rey menyeruput kembali greentea yang ia pesan tadi, lalu beralih memegang buku menu yang sempat tergeletak di meja nomor 10 ini. Cafe ini menyediakan berbagai macam hidangan, tak heran pengunjungnya selalu ramai, dan juga tempat yang aestetik dan nyaman untuk makan atau sekedar nongkrong meminum kopi.
Setelah melihat-lihat buku menu tadi akhirnya Rey memesan beberapa makanan lalu beralih pada ponselnya.

Rey menscrool kontak yang berada dalam ponselnya, sesekali menimbang untuk mengirim pesan kepada Asha. Namun tentu beberapa kali urung karna ia membutuhkan topik untuk ia bicarakan.

"Rey.. ". Panggil seorang gadis yang tampak mendekati Rey itu.

Rey ternyenyum samar, gadis yang ditunggu akhirnya datang juga, ia menunjukan kursi di depannya menandakan agar Asha duduk disana.

" Kebetulan banget kita ketemu lagi disini". Rey membuka obrolan, senyum yang ia tahan akhirnya mekar juga.

"Iya.. Kamu lagi janjian sama orang? ". Tanya Asha.

" Engga aku lagi ada urusan tadi, mampir aja kesini". Bohong batinnya kini berkata, niat utamanya kesini memang untuk menemui Asha.

"Kamu kesini sama siapa? Lagi nunggu seseorang? ". Lanjut Rey lagi.

" Ia aku lagi nunggu temen-temen disini biasanya kita suka nongkrong disini kalau lagi pada mumet".

Asha tertawa kecil, memang benar ini salah satu cafe tongkrongannya dan para sahabatnya, mereka bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk sekedar berbincang ria, lagipula cafe ini milik kaka Dio salah satu sahabatnya. Asha memiliki sahabat yang mayoritas laki-laki tepatnya hanya dia seorang yang berjenis kelamin perempuan, ada Aldi, Reno dan Dio mereka teman selingkungannya di rumah, dan Riki temannya Aldi yang entah kenapa terus nempel dengan mereka.

"Cewek, cowok?". Tanya Rey dengan penasaran yang ada dipikirannya sekarang kalau cowok mungkin seseorang yang mendekati kata pacar.

" Cowok". Jawab Asha.

"Oh". Rey tak berniat meneruskan obrolan hatinya sudah menciut, senyum yang tadi mekar hilang entah kemana. Tatapannya beralih melihat jendela yang menampakan kemacetan ibukota.

" Aku gapunya temen cewek". Entah kenapa Asha menjelaskan, rasanya ada aura yang hilang di dalam diri Rey dan Asha seperti ingin menjelaskan aku sedang tidak dekat dengan siapapun.

Rey terdiam mengalihkan tatapannya pada Asha, senyum yang tadi sirna mulai muncul kembali tapi Rey menahan, menormalkan kembali suasana yang sempat tegang.

"Loh ko ga punya temen cewek, pasti punya lah". Tanya Rey menggeserkan pesanannya yang baru datang.

" Teman biasa sih ada, temen spesial engga". Asha menjawab sambil memesan minum sebelum pelayan pergi.

"Sahabat maksud kamu? ". Tanya Rey memperjelas, Asha mengangkat satu alis lalu menangguk kecil menandakan ya untuk pertanyaan Rey.

" Hey bro, udah lama ga ketemu ". Pria di belakang Asha menyapa, Asha melirik.

" Asha lo kenal dia? ". Tanyanya lagi sambil duduk di samping Rey.

" Ia Asha temen sekolsh gue". Bukan Asha yang menjawab melainkan Rey.

"Jakarta emang sempit". Ucap pria bernama Riki itu.

" Lha lo kenal Rey darimana? ". Tanya Asha.

" Oh dia temen kecil gue, dulu rumah kita deket sebelum dia pindah". Jawab Riki.

" Lo udah pesen minum? Yang lain mana? ". Lanjutnya lagi.

" Tau macet kali". Tak kunjung lama teman-temannya yang ia maksud tadi berdatangan.

Aldi yang memang satu sekolah dengan Asha dan Rey sewaktu SMA menyapa hangat Rey yang telah lama tak ia temui, begitupun Reno dan Dio mulai membaur dengan percakapan mereka, hanya Asha satu-satunya yang tak bergabung dengan percakapan para pria itu. Entah kenapa rasanya Asha kali ini tak teranggap, seperti karna ada yang baru yang lama terlupakan. Miris memang.

Asha memilih diam, mendengar celotehan para temannya yang entah sudah membicarakan apa, dan lidahnya terasa kelu entah karna Rey atau karna memang percakapan mereka yang Asha tak paham karna sudah masuk zona laki-laki.

"Tumben lo diem aja Sha biasanya paling bawel kalau lagi nongkrong". Kini Aldi yang bersuara.

"Lagian lo pada pada ngomongin apa sih gue ga ngerti". Jawab Asha jujur.

" Eh sorry sorry, ini memang topiknya para lelaki lo ga akan paham haha". Aldi tertawa.

"Yaudah kita obrolin topik yang lain biar Asha paham". Kini giliran Rey yang bersuara.

Dio bersuara memberi topik yang membuat Asha bersuara, mereka kembali bercengkrama sambil sesekali bercanda dan tertawa ria. Rey diam-diam mencuri pandang, Asha yang tersenyum dan tertawa lepas menjadi candunya kali ini. Rey berharap waktu berhenti sebentar agar ia bisa menikmati wajah cantik Asha yang tersenyum lepas.

Hal yang Rey tahu kali ini, Asha tidak punya teman perempuan dan cenderung lebih suka berteman dengan laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Teman yang ia maksud adalah sahabat, yang selalu ada untuknya, dan menghiburnya.
Dan Rey menginginkan posisi itu sekarang untuk kali ini saja agar ia selalu ada untuk Asha.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku harap kalian suka yaa man temans o(〃^▽^〃)o

Kalau kalian suka harap vote yaa agar aku bisa semangat melanjutkan ceritanya ヾ(^-^)ノ

Maaf banget kalau banyak kesalahan kata, tanda baca atau apapun tentang kepenulisan hihi
Aku open kritik dan saran yaa guys

Jangan lupa klik bintang 🌟 ˚̩̥̩̥( ͡ᵔ ͜ʖ ͡ᵔ )*̩̩͙✩

Terima kasih 😘💕



AshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang