"PUAS LO!" Teriakan Fadlan membuat Zafa meneteskan air matanya. Zafa tidak bisa menahan isaknya. Baru kali ini Zafa dibentak oleh Fadlan.
"FADLAN!!" Ucap Rangga yang baru saja datang dan mendengar teriakan Fadlan di rooftop.
"BUKANNYA LO YANG UDAH PUAS?! HAH?! UDAH PUAS BELUM?! JAWAB?!" Tangisan Zafa pecah begitu saja. Tenaganya berkurang, ia berusaha menahan kakinya untuk berdiri.
"Ngomong apa Lo? Lo sadar diri nggak sih? HAH?!!" Fadlan melayangkan tangannya ke arah pipi Zafa.
Plak!
Tamparan Fadlan begitu kuat. Ujung bibir Zafa mengeluarkan sedikit darah yang mengalir. Zafa menunduk. Ia tak habis pikir, apa yang salah dengannya selama ini? Padahal persahabatan mereka sudah cukup lama—14 tahun.
"LO SADAR NGGAK SIH?! KENAPA LO?!" Ujar Rangga yang memegang kerah Fadlan. Ia bersiap untuk menonjok pipi Fadlan.
"CUKUP!!" Tangan Rangga terhenti begitu saja.
Zafa meninggalkan mereka dengan rasa kecewa yang hebat. Rangga berusaha menahan emosinya. Rangga menarik napasnya perlahan. Ia mengatur emosinya. Bagaimana bisa, persahabatan mereka sudah berjalan 14 tahun. Kenapa Fadlan membentak dan menampar Zafa?
"Lo bilang kenapa? Lo yang kenapa!" Fadlan tersenyum pahit dan melepas tangan Rangga.
Fadlan yang ingin meninggalkan Rangga pahit-pahit, tiba tiba Rangga menonjok tengkuk Fadlan. Fadlan jatuh tersungkur. Lalu Fadlan segera bangkit dan membalas tonjokan Rangga. Fadlan menonjok antara hidung dan pipi milik Rangga. Tonjokkan Fadlan membuat ujung bibir Rangga berdarah dan mimisan. Disitu, Rangga dan Fadlan bertengkar hebat. Akhirnya Rangga terjatuh. Rangga berusaha menahan sakit yang ada di bagian perutnya.
"Kalo tau Lo kalah, jangan sok sok an mau jadi pahlawan!" Ucap Fadlan dan meninggalkan Rangga.
Rangga memejamkan matanya sebentar. Lalu ia berniat untuk menghampiri Zafa. Walaupun jalannya sudah seperti orang mabuk.
🍁🍁🍁
Rangga menemukan Zafa di taman belakang sekolah. Zafa seperti orang yang tak punya daya.
"Zafa..." Panggilan Rangga dengan suara serak dan jalan sempoyongan membuat Zafa terserontak kaget.
"Rangga!" Rangga berusaha menahan tangisnya. Ia tak tega melihat Zafa begini.
Rangga gagal. Ternyata Rangga tak bisa menahan tangisnya. Ia mengeluarkan air matanya.
"Rangga Lo kenapa? jawab gue?!" Zafa terlihat sangat khawatir dengan Rangga. Rangga terjatuh. Lututnya tak bisa menahan badan Rangga.
"Rangga jawab gue! Lo kenapa Rangga?!" Rangga telah terbaring di atas rumput-rumput. Ia menahan matanya agar tidak tertutup.
Rangga merasa sudah tak tahan lagi. Zafa langsung membantu Rangga untuk berdiri. Ia menempatkan tangan Rangga di belakang tengkuknya. Ia berusaha membawa Rangga ke ruang UKS, ya meskipun Rangga berat.
Sesampainya di UKS...
Zafa segera mengambil obat p3k dan mengobati luka Rangga. Zafa mulai membersihkan ujung bibir Rangga.
"Au!" Rangga meringis merasa sedikit kesakitan.
"Eh sakit ya?" Zafa meringis. Padahal yang sakit Rangga, kenapa jadi dia yang meringis ya?
"Ya sakit lah faaa" Zafa tersenyum. Rangga yang melihat Zafa tersenyum pun merasa sedikit lega.
"Sebenernya Lo sama Fadlan ada apa? kita udah sahabatan 14 tahun loh" Ucap Rangga dengan wajah kecewa. Zafa menghembuskan napasnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[R A N G G A]
Teen Fictionbaca aja dulu maaf kalo nggak nyambung, baru soalnya yg nggak tau bahasa jawa bisa komen 🗿