5

4 1 0
                                    

"Huftt akhirnya bisa rebahan" Zafa terbaring di atas tempat tidurnya.

"Eittt, stopp bentar lagi kerjaa ayoo-"

Tuing....

+62***********
Jauhin Rangga
Jauhin Fadlan
SEKARANG JUGA!
Klo enggak, liat aja bsk!

Emg gw peduli gitu?

"Sape sih iniii, kabarin grup aja kali," Zafa membuka grupnya yg bernama zafa cantik🥰.

zafa cantik🥰

p
[13/5 14.45] +62***********: Jauhin Rangga
[13/5 14.45] +62***********: Jauhin Fadlan
[13/5 14.45] +62***********: SEKARANG JUGA!
[13/5 14.45] +62***********: Klo enggak, liat aja bsk!
[13/5 14.45] zaf🪐: Emg gw peduli gitu?

bocah prik💆🏻
sopo wi?

fadlan elek😔
biarin aja org nggak kenal
eh iyo lali

ngopo?

bocah prik💆🏻
ngko koe kerjo jam 4 to?

hoo, lha kenapa?

fadlan elek😔
ngko aku ro rangga bareng
meh rono yoan

bocah prik💆🏻
meh nggarap tugas
sisan lah ndelok cwek cantiqq

Yy

"Modus aja jadi orang!" Zafa menyiapkan baju kerjanya. Tidak lupa ia membersihkan kosannya itu. Setelah itu, Zafa bersiap-siap untuk berangkat kerja.

15:30

Zafa keluar dari kos nya sambil membawa hoodie milik Rangga yang kemarin ia pinjam dan menenteng helmnya. Ia berjalan menuju rumah Rangga tanpa motornya. Sesampainya di rumah Rangga, ia langsung melihat tatapan tajam dari Dion yang berdiri di depan pintunya.
"Assalamu'alaikum om," Ucap Zafa dengan senyumnya.
"Ngapain kamu kesini?" Dion melipat tangannya dan sinis. Tidak lama kemudian Rangga keluar dari kamarnya yang membawa gitar.
"Gak usah ikut campur sama urusan saya!" Ujar Rangga lalu menggandeng tangan Zafa untuk segera pergi dari rumahnya. Dion pun merasa sangat marah. Tidak lama kemudian Rangga dan Zafa telah meninggalkan Dion.

"Rumah Fadlan kan?" Tanya Zafa sambil memakai helmnya yang belum sempat ia pakai, membawa gitar milik Rangga. Tanpa jawaban mereka tiba di rumah Fadlan.
"Ehhh Rangga, Zafa?" Lina (Bunda Fadlan) dan Haris (Ayah Fadlan) yang sedang berkebun melihat mereka datang. Rangga dan Zafa berjabat tangan dengan orang tua Fadlan.
"Om, tante, Fadlannya ada?" Tanya Rangga.
"Ada, nah itu Fadlan," Fadlan keluar dari dalam rumahnya.
"Mau ke cafe nya Zafa ya?" Ucap Lina dan Haris bersamaan.
"Iya bun, yah. Yaudah kalo gitu kita pamit dulu ya," Kata Fadlan. Lalu mereka berpamitan kepada Lina dan Haris. Satu lagi, Zafa memberi hoodie milik Rangga kepadanya untuk dipakai. Mereka pun melanjutkan perjalanannya.

***

15 menit kemudian mereka sampai di Cafetaria. Mereka memasuki cafe. Zafa menuju ruang kerjanya, sedangkan Rangga dan Fadlan duduk di kursi pojok belakang. Rangga mulai menyiapkan gitarnya.
"Mau pesan apa mas?" Salah satu pelayan datang menghampiri meja mereka.
"Saya americano aja mbak, emm temen saya samain aja." Ucap Fadlan yang juga memesankan untuk Rangga.
"Baik mas, ditunggu ya pesanannya." Pelayan itu menyiapkan pesanan mereka.

"Lagu apa ni?" Fadlan membuka pembicaraan mereka.
"Akhir tak bahagia, Misellia ikwan," Jawab Rangga dengan lemas.
"Yailah semangat napaa, duka last child aja."
"Hmm manut!" Lalu mereka mulai latihan. Tak lama pesanan mereka datang. Rangga dan Fadlan beristirahat sebentar. Keduanya sama sama sedang memperhatikan Zafa yang sedang bekerja.
"Kasian lo Zafa, lo harus kerja sendiri. Lo dah gapunya ibu, ayah. Sama kaya gue, bedanya gue cuma punya papa. Punya papa pun kaya ga punya papa, Zaf." Batin Rangga. Ia berusaha untuk menahan air matanya. 

21:00
drtttt....drttttt......

Ponsel Fadlan berbunyi. Lina menelponnya. "Assalamu'alaikum bunda, ada apa?"
"Wa'alaikumsalam, Fadlan udah selesai belum? Ini kakek sama nenek dateng,"
"Udah kok bun, ini Fadlan pulang. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam."
Tuttt...Tutttt

"Eh gue balik dulu ya, nenek kakek gue dateng." Ucap Fadlan kepada Rangga.
"Yaudah balik sana,"
"Ya Allah ketus banget dha, ntar bilangin ke Zafa ya." Lagi lagi Rangga tidak menjawab. Lalu Fadlan meninggalkan Rangga. Daripada badmood, Rangga membuka ponselnya. Ia membuka aplikasi instagramnya. Ia memotret Zafa yang tengah bekerja. Setelah itu ia membuat story instagram dengan caption "Semangat, untuk gue:D". Ia menutup ponselnya. Rangga pun tertidur di kursinya.

Satu setengah jam telah berlalu. Perlahan Rangga membuka matanya. "Huft, cepet banget jam setengah sebelas," Rangga melihat jam, dan ia melihat Zafa beberes Cafe. Rangga segera menaikkan kursi kursi yang ada.
"Eh Rangga gausah, lo pasti kecapean." Ucap Zafa sambil menyapu lantai.
"Lo pasti lebih capek Fa," Rangga tersenyum. Zafa pun juga tersenyum. Setelah selesai beberes mereka bersiap-siap untuk pulang.
"Pake lagi aja nih hoodie gue, diluar dingin." Rangga menawarkan Zafa untuk memakai hoodienya.
"Gausah Rangga, ini gue bawa sweater." Lalu Rangga kembali memakai hoodienya. Kini mereka telah berada di jalan.

"Rangga, lo gapapa kan?" Tanya Zafa. Tiba-tiba Rangga berhenti di sebuat danau.
"Fa? Bentar aja ya?" Ucap Rangga yang terlihat sangat rapuh. Zafa mengerti akan Rangga. Mereka duduk dipinggir danau. Rangga meluapkan emosi dan sedihnya dengan melempari batu di danau tanpa menangis.
"Rangga lo kalo mau nangis, nangis aja,"
"Gue capek Fa, capek," Lirihnya meneteskan air mata lagi.
"Gue juga capek kok," Ucap Zafa tersenyum pasrah. Rangga menjatuhkan badannya diatas rumput-rumput. Ia menutup matanya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya berada diatas perutnya. Mereka rehat sejenak.
"Makasih ya Rangga, kamu udah berusaha untuk selalu ada buat aku." Rangga terbangun dan menatap Zafa.
"Makasih juga Fa, udah hadir di hidup gue. Gue sayang sama lo." Rangga kembali tertunduk. Zafa membeku, suasana apa ini?
"Udah jam 11 pulang yuk," Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang.


***





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[R A N G G A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang