2 - Punishment

646 43 3
                                    

Di medan pertempuran, ribuan lebih para prajurit dari kedua belah pihak telah tiba di medan pertemuan dan saling berhadapan. Udara terasa panas, dipenuhi dengan aroma keringat dan darah. Tekad bulat terpancar di wajah para prajurit, siap bertempur hingga titik darah penghabisan.

"Siliwangi, menyerahlah cepat atau lambat kau akan mati di tanganku!"

Teriak seorang Raja dengan lantang dan wajahnya begitu tampan dan tegas yang tengah menaiki kuda berwarna coklat. Suaranya menggema, tersirat api kemarahan dan rasa tidak terima.

"Prajurit. SERANG!" Panglima kerajaan Pajajaran kembali berteriak, mengerahkan para prajurit untuk memulai peperangan.

"SERANG!" Pekik para prajurit. Teriakan itu memekakkan telinga, mengiringi gemuruh perang yang segera pecah.

Senjata pedang mereka bergesekan satu sama lain, menimbulkan suara gesekan mengilukan. Bentrokan sengit terjadi, tebasan pedang beradu dengan tameng, perlahan tubuh-tubuh terkapar, darah mengucur deras.

Pertumpahan darah terjadi di kedua belah pihak.  Raja berkarisma dan tegas itu turun tangan, melompat dari atas kuda dengan gerakan lincah. Begitupun Prabu Siliwangi, ia turun dengan aura wibawa yang tak terbantahkan.

Pertempuran segit terjadi, kanuragan mereka sama-sama kuat. Namun, Prabu Siliwangi tetap satu langkah di depannya, banyak ajian-ajian yang belum ia keluarkan.

🗡️🗡️🗡️

"Apapun yang papa atau kakek bilang itu adalah mitos! Lo jangan gampang percaya sama hal begituan," ujar wanita muda yang bersama dengan kakaknya.

"Seenggaknya kita hormati kepercayaan orang lah, jangan keras kepala jadi cewek!" Balas Aldo, kakak dari Tari.

"Ayo masuk aja sekali~" Tari menarik tangan kakaknya bersikeras.

"Gua bilang enggak ya enggak! Papa udah larang kita kan, nanti gua lagi yang disalahin, gak cukup aja karena mempertahankan kepala batu lo gua yang selalu salah, huuhh!" Omel Aldo yang sudah sangat kapok dengan konsekuensi adiknya yang selalu ia tanggung.

"Temenin gue, NURUT SAMA ADEKNYA!" Ucap Tari dengan penuh penekanan.

"Gak! Lo yang harus nurut sama gua, abang lo!"

"Hiih! Gak ya, cepetan sini kunci nya kalau gitu, biar gue yang buka kalo lo emang bukan laki," ucap Tari tersenyum remeh.

Aldo berdecak semakin kesal, ia menggeleng tak setuju. "Gak bisa."

Tari mulai merengek, dengan wajah semelas mungkin. "Abang~~"

Aldo bergidik geli, namun tetap mempertahankan imej coolnya. "Gak ada."

"ABANG!!"

"ENGGAK, NGERTI GAK SIH?" Aldo kelepasan membentak.

Tari terjengit, ia mendelik tajam. "Abang, bilangin papa lhoo karena lo udah kasar sama gue!"

"Yaudah terserah lo, gua mau berangkat," final Aldo berbalik dan hendak berangkat ke kampusnya.

Sebelum kakinya melangkah,  tangannya langsung ditarik paksa. "Tunggu~!"

"Eh lo apa sih nanti gua telat, gua ada praktek, lepas!"

Sontak Aldo berusaha melepaskan tangannya, namun Tari tidak membiarkannya begitu saja, semakin mengeratkan pegangannya.

"Emangnya sanggup lo gak takut gue lakuin sesuatu disini? Lo bakalan dihukum papa karena gak bisa jagain gue," ancam Tari.

Tari pernah dilarikan ke rumah sakit karena kecerobohannya, sedangkan Aldo yang ditugaskan mendampingi adiknya saat itu sedang sibuk dengan tugas kuliahnya yang kian menumpuk, kabar adiknya yang terkena cairan kimia miliknya membuat Aldo terkena amarah dari orang tuanya.

Aldo menghela nafas lelah. "Kalau gua sampai kenapa-kenapa, apa lo mau tanggung jawab?" Tanya Aldo dengan nada pelan karena sudah putus asa dengan sifat ajaib adiknya.

"Oke! Gue tanggung jawab, papa doang kok," jawab Tari dengan angkuh.

"Bukan soal papa doang, tapi kakek udah lama juga gak mengizinkan siapapun masuk kan? Lagian kakek juga sampai sekarang belum kembali,"

"Gua paham, cepetan buka kuncinya."

Karena Tari semakin mendesak dan tidak ada tanda-tanda ragu atau sebagainya membuat Aldo frustasi, kepala adiknya benar-benar.

"Heran gua, mau lihat apaan sih di dalam. Kalau tikus atau kecoa ada yang demen sama lo tahu rasa," gerutu Aldo seraya mengambil kunci dari dalam gelas yang tersimpan di lemari kaca.

"Jangan bawel, tinggal buka aja sih!"

Ditengah mulai mengarahkan kunci pada pintu tua, Aldo lagi-lagi menghela nafas. "Terserah,"

"Gitu dong hehe..." Dengan kakaknya yang sudah menyerah membuat Tari tersenyum lebar.


[Slow Update] Sukma Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang