𝚜𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚒𝚙𝚒𝚝𝚢 𝟻

7 7 10
                                    

©𝙰𝚕𝚕 𝚁𝚒𝚐𝚑𝚝 𝚁𝚎𝚜𝚎𝚛𝚟𝚎𝚍

Dengan langkah mengebu-ngebu, Dea menaiki anak tangga dan berjalan menuju ke kelas Melvan. Di sepanjang koridor sekolah, hampir semua murid sedang membicarakannya. Ketika ia baru sampai di ambang pintu kelas semua mata tertuju padanya.

Kecuali satu, seorang cowok yang duduk di meja dengan posisi membelakanginya. Dea tahu itu si cowok tengil Melvan.

“LIHAT!” Dea menyodorkan ponsel tepat di depan wajah tengil Melvan tanpa basa-basi.

Melvan bergeming.

“Melvan lihat!” seru Dea kesal sambil menarik bahu Melvan agar menoleh kepadanya.

“Apaan?”

Dea mendengus. “Menurut lo? Setelah lo sabotase tulisan gue dan lo sebarin di mading gitu, lo tanya apaan? Enteng banget ya!”

“Terus mau lo apa sekarang?” tanya Melvan saat dia turun dari meja dan menatap Dea.

Kini posisi mereka berdua saling berhadapan dan saling tatap satu sama lain.  Dea menatap Melvan sengit, namun tidak dengan sebaliknya. Melvan menatap Dea senang karena telah berhasil membuat cewek di hadapannya ini merasa kesal.

“Klarifikasi di depan meraka semua,” jawab Dea sambil menoleh ke sekitar, banyak pasang mata yang menatap mereka. Entah itu teman sekelas Melvan atau murid dari kelas lain yang datang untuk melihat. Seakan-akan kejadian ini hanyalah drama di mata mereka yang harus disaksikan. 

“Sekarang!” desak Dea penuh tuntutan.

Tak banyak berbicara lagi, Melvan menjawab.

“Oke. Tapi bukan di sini.”

“Di lapangan, biar mereka satu sekolah tahu.”

Lantas Melvan menarik tangan Dea dan membawa cewek itu pergi dari lantai dua gedung sekolah menuju lapangan.

Banyak murid-murid yang mengikuti langkah mereka berdua untuk melihat part selanjutnya.

Kedatangan Melvan dan Dea pun membuat beberapa anak cowok yang sedang asik bermain basket menghentikan permainan mereka.

Tak butuh waktu lama, semua murid SMA Garuda turun ke lapangan untuk menyaksikan langsung secara dekat apa yang akan Melvan dan Dea lakukan. Beberapa dari mereka melihat itu dari koridor depan kelas yang berhadapan langsung dengan lapangan. Ada juga orang-orang mager yang tetap stay di kelas dan hanya melihat itu dari live instagram serba-serbi sekolah mereka.

Di tengah lapangan, Melvan dan Dea masih saling berhadapan tanpa beranjak sedikit pun. Melvan mengeluarkan kertas berwarna biru dari dalam saku almamater dan memberikannya pada Dea.

“Bacain dong,” ucap Melvan meminta.

Dea menatap kertas biru itu cukup lama. Kemudian bertanya, “Buat apa?”

“Buat klarifikasi.”

Dea pun mengambil kertas biru itu dari Melvan dan membuka lipatannya. Kemudian membaca dalam hati sebaris tulisan yang sangat sama dengan tulisan tangannya di sana.

Mata Dea membulat. Bagaimana bisa? Sedangkan cewek itu sendiri merasa tidak pernah sekali pun menuliskan kalimat jelek itu.

“Apa tulisannya?” tanya Melvan.

“Ini bukan gue yang nulis!” tegas Dea dengan memberikan kertas itu kembali ke Melvan.

“Bacain dong, biar mereka semua denger. Kan mau diklarifikasi,” ucap Melvan sambil menarik tangan Dea dan balik memberikan kertas itu lagi sambil tersenyum.

Mulut Dea sedikit terbuka menerimanya.

“Kok gue?” tanya Dea.

“Mereka kan tahunya ini tulisan lo.”

Dea tak berkata lagi. Daripada urusannya dengan Melvan panjang dan membuatnya lebih lama lagi berada di tengah lapangan, akhirnya Dea membuka suara dengan satu tarikan napas.

“Lo keren. Gue suka banget sama lo, Melvan.”

Melvan tersenyum. Sedangkan murid-murid yang mendengar suara Dea masih memilih diam dan tak menyangka dengan pernyataan itu.

Dea menghela napas.

“Tapi ini buk—”

“Ssstt! Lo ngelak kalau ini bukan tulisan lo. Tapi sekarang lo nggak bisa ngelak kalau tadi suara lo, kan? Satu sekolah udah denger, Yot.”

“Jadi gue terima!”

Dea mengernyitkan dahi.

“Terima apa?” tanya Dea.

“Terima lo jadi pacar gue!”

Dea menggelengkan kepala. Ia semakin tidak mengerti dengan Melvan. Sepertinya ini adalah jebakan tengil Melvan yang lagi-lagi membuatnya kembali malu di depan semua murid satu sekolah.

“Lo sakit, Van!” seru Dea tak santai.

“Yok ikut gue, Yot!” ajak Melvan tak menghiraukan ucapan Dea dan menarik tangan cewek itu, berniat mengajaknya pergi.

“Enggak mau!” Dea menghentakkan tangannya, sehingga terlepas dari tarikan Melvan.

Melvan tersenyum jail.

“Karena lo bukan pacar gue?” tanya Melvan mengingat kata-kata Dea beberapa waktu lalu yang menolak ajakannya karena dia bukan pacarnya.

“Oke, mulai detik ini lo pacar gue!”

Saat itu juga, tanpa menunggu Dea buka suara dan protes, Melvan langsung mencengkeram erat pergelangan tangan Dea, lalu menariknya.

“Ngapain sih lo narik-narik gue?!” Dea protes tidak terima, dan kembali menghentakkan tangannya, sehingga cengkeraman erat tangan Melvan terlepas.

“Ajak lo pergi lah, yuk!” balas Melvan.

“Nggak usah. Gue nggak mau!” tolak Dea ketus.

“Gue pacar lo, Yot,” ucap Melvan mengingatkan.

“Gue nggak mau!” sungut Diandra yang emosi sambil menatap Melvan tajam.

Melvan tersenyum kepada Dea. Terkadang cewek itu juga harus mendapat perlakuan yang baik dan spesial darinya, Melvan paham.

“Gue ngerti kok,” cetus Melvan.

“Bagus!” balas Dea masih ketus.

“Gue ngerti kalau lo nggak mau dipaksa. Makanya kita jalannya kayak gini aja ya, Yot.”  Melvan menautkan jarinya pada jari Dea, lalu menggenggam tangannya dengan halus yang semakin lama genggaman itu semakin erat.

Dea tak bisa berkutik. Bahkan untuk berontak lagi saja tidak bisa. Melvan serius kali ini membuatnya terdiam cukup lama.

“Yuk,” ajak Melvan dengan suara lirih. Kemudian menarik tangan Dea yang masih digenggamannya, mengajak cewek itu pergi dari lapangan.

Semua murid yang ada di sana hanya bisa melongo melihat Melvan yang bersikap tak biasa. Dia bersikap romantis pada Dea yang sebelum-sebelumnya selalu ia jahili.

Bella yang menyaksikan kejadian itu dari awal sampai akhir langsung menyandarkan kepalanya ke bahu seseorang yang ada di sampingnya.

“Melvan so sweet banget ya. Kalau kayak gini ceritanya, beneran Dea benci jadi cinta sama si Melvan.”

𝟷 𝟺  𝙹𝚞𝚕𝚢  𝟸𝟶𝟸𝟷

Ig : @_hidilanr

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝚜𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚒𝚙𝚒𝚝𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang