18 : Shopping

327 19 0
                                    

Pulang kerja, aku tidak langsung pulang ke apartemen. Putri memintaku untuk menemaninya shopping. Katanya persediaan bajunya udah menipis. Padahal satu lemari baju Putri itu bagus-bagus dan baru beberapa kali dipakai. Dasar fashionista.

Sehun tadi menawarkan untuk pulang bareng. Tentu saja aku menolak. Bukan hanya karena aku ingin menemani Putri tapi aku masih belum mau mengumbar kedekatan kami pada karyawan lainnya.

Walaupun mereka sangat iri dengan posisiku yang menjabat sebagai sekretaris seorang bos tampan. Tapi mereka tetap menyukaiku karena mereka tau kalau aku sudah punya Chanyeol. Chanyeol sempat pernah menjemputku di kantor dan mereka yang penasaran menanyaiku akan hal itu. Sampai sekarang teman-teman kantorku belum ada yang mengetahui kalau aku dan Chanyeol sudah putus. Hanya Putri dan Kai yang tau. Ya mereka orang yang kupercaya.

"Ini bagus gak?"

Aku memandang sebuah minidress yang Putri tunjukkan padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memandang sebuah minidress yang Putri tunjukkan padaku. Dress dengan motif bunga yang sangat cantik. Warnanya juga kalem.

"Bagus," komentarku.

"Lo suka?" Putri kembali bertanya.

Sudut bibirku tertarik mendengar pertanyaan Putri.

"Kalo gue suka tapi lo ga suka gimana?" Aku balik bertanya.

"Gue suka kok. Gue tanya elo karena lo yang selalu paham selera gue," jelasnya sembari terkekeh diujung kalimatnya.

"Yaudah ambil, dasar,"

Putri memasukkan dress yang kami debatkan tadi pada kantong belanja. Kami kembali mengelilingi pakaian-pakaian yang terpajang disana. Mataku terpaku pada saat melihat dress indah yang ada disana. Walaupun aku juara silat tingkat nasional bukan berarti aku tidak suka memakai dress atau pakaian wanita lainnya. Aku suka, tapi terkadang aku lebih nyaman menggunakan celana panjang.

Aku mendekati dress warna biru tua dengan dalaman putih itu. Warna-warna gelap begini yang aku sangat suka. Tidak mencolok namun juga tidak menutupi auranya.

 Tidak mencolok namun juga tidak menutupi auranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantik tuh, cocok buat lo Na."

Putri yang entah darimana tiba-tiba saja berada disampingku. Aku kembali memperhatikan dress tersebut dan membenarkan ucapan Putri.

"Warnanya sih gue cocok. Modelnya juga oke." aku menimbang-nimbang.

Tanpa pikir panjang Putri langsung menyambar dress itu dan memasukkannya kedalam kantong.

"Ribet Na. Ambil aja, buat lo jalan sama Sehun. Yakali lo make celana jeans sama kaos." Cercahnya.

Aku terkekeh geli. "Okay okay, saudariku tercinta,"

Setelah sekian lama kami mengkelilingi mall. Sekarang sampailah kami di sebuah café cantik dengan interior yang unik. Aku tak lapar jadilah aku hanya memesan secangkir kopi. Putri yang terlihat lelah setelah mendapat beberapa kantong baju dan sebuah sepatu memesan waffle untuk sekedar mengganjal perut menunggu makan malam tiba. Ya kami berbelanja dari siang hari sampai sore hari. Hari ini jadwal kantor pulang cepat.

Sebelum pesanan Putri datang. Kami sempat mengambil foto berdua. Biasanya Putri akan mengunggahnya di sosial media. Kalau aku? Aku hanya mengunggah foto yang tidak terpampang diriku disana.

Pesanan Putri pun datang juga dan dengan cepat ia lahap. Efek belanja benar-benar dahsyat.

"Jadi gimana soal Chanyeol?"

Aku yang sedang menyeruput kopi tiba-tiba terbatuk dan segera kuletakkan cangkirku diatas meja.

"Kenapa jadi bahas Chanyeol?" Tanyaku dengan nada tidak suka menanggapi pertanyaan Putri.

Putri menghelas nafasnya kasar.

"Gue paham kalo lo benci sama Chanyeol dan lo gak mau bahkan cuma denger nama dia doang," Putri menjeda kalimatnya. Ia meletakkan garpunya dan menatap gue lekat.

"Tapi Na, kalian harus nyelesaiin masalah itu. Lo gak mau kan hubungan lo bakal di ganggu Chanyeol. Secara lo tau sendiri Chanyeol gak terima lo mutusin dia," lanjutnya.

Aku membalas tatapan Putri. Sekali lagi dia benar. Dan aku tidak memikirkan hal itu sama sekali.

"Gue takut," cicitku.

"Ck, lo cuma harus bicarain masalah ini sama Sehun. Supaya kalian ketemu jalan keluarnya," seru Putri.

"Entar deh gue coba," responku.

"Nah gitu dong," balas Putri.

"Waffle-nya. Enak," komentar Putri disaat ia menyantap makanannya.

Selesai bernongkrong ria di café cantik, aku dan Putri berniat Pulang ke apartemen karena hari sudah mulai malam. Saat kami berjalan menuju parkiran, ponsel Putri bergetar dan segera ia terima sebuah panggilan telepon.

"Halo?" Sapa Putri.

"...."

"Ngapain lo?" Tanya Putri pada orang yang ada disebrang telepon

"..."

"Gue lagi di luar sama Naya,"

"..."

"Yaudah entar gue kirim alamatnya,"

Putri mematikan sambungan telepon secara sepihak dan kembali memasukkan handphone-nya kedalam tas. Setelahnya aku segera bertanya pada Putri.

"Siapa?"

"Vernon," jawab Putri singkat.

"Si bule?" Tanyaku yang tak memerlukan jawaban.

Putri mengangguk.

Vernon adalah adik Putri yang tinggal sama orang tuanya dan masih duduk di bangku perkuliahan. Mereka dua bersaudara yang tak begitu mirip wajahnya. Ayah Putri memiliki keturunan Amerika dari sang kakek jadilah Vernon berwajah blasteran. Sedangkan Putri? Dia berwajah asia sama seperti ibunya.

"Dia bilang ada titipan dari ortu," jelas Putri.

Aku menganggum paham dan kamipun kembali berjalan menuju parkiran. Sebelum pulang kami sempat singgah untuk membeli makan malam dan beberpa cemilan.

[Tamat] My Ice Boss | Oh Sehun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang