VOTE SEBELUM BACA!!
JUSTIN
Bajingan itu masih beruntung karena Faith menghentikanku untuk menghabisinya. Dia dibawa ke rumah sakit setelah petugas keamana datang ke ruang kerjanya. Kuharap ia mengembuskan nafas terakhir setelah ini. Kekhawatiranku semakin memuncak ketika aku mendapati luka-luka di pergelangan tangan Faith. Tapi Faith memberitahu padaku bahwa ia baik-baik saja. Mungkin setelah ini ia tidak akan bekerja lagi di hotel sialan itu. Atasan macam apa yang ingin meniduri bawahannya sendiri? Ia harus mencari gadis lain yang masih bisa ia tiduri dan murahan. Seumur hidupku aku tidak pernah menghina submisifku dengan panggilan pelacur atau semacamnya, mereka bukanlah seorang pelacur. Mereka hanya memiliki hubungan denganku yang dimana mereka harus menyenangkanku, itu saja. Aku tidak membayar mereka, tentu, tapi aku bertanggungjawab atas kehidupan mereka sehari-hari. Dan bajingan itu memanggil kekasih baruku sebagai seorang pelacur? Mengingat cerita yang dikatakan Faith tentang kejadian barusan padaku benar-benar membuatku muak terhadap bajingan sialan itu. Sudah kuperingati padanya untuk menjauhi Faith, tapi si brengsek itu masih bersikeras untuk mendapatkan kekasihku. Dari tatapan matanya sudah sangat jelas ia ingin Faith berada di atas tempat tidurnya dan berakhir hamil tanpa tanggungjawab. Tidak, Ibu Faith telah meninggal, aku sudah berjanji padanya untuk bertanggungjawab atas kehidupan Faith. Perjanjian adalah perjanjian, hanya jangka waktunya saja yang harus kuulur lebih lama lagi.
Mozes sedang membuatkanku secangkir kopi di dapurnya. Hari ini tampaknya ia tidak bekerja. Rambutnya tidak rapi seperti biasa dan ia selalu memakai pakaian yang sama tiap kali aku bertemu dengannya. Mengapa ia sangat suka memakai kemeja kotak-kotak yang tidak memakai lengan itu? Mungkin sebenarnya kemeja itu lengan panjang namun ia memotongnya. Adik dan kakak sama-sama tidak memiliki selera berpakaian yang bagus. Aku harus memperbaiki Faith agar ia terlihat lebih hidup. Faith berada di kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah kami juga pergi ke rumah sakit untuk memeriksa pergelangan tangannya. Mozes muncul dengan dua cangkir yang berada di tangannya, salah satunya ia taruh di atas meja ruang tamu lalu ia terduduk di hadapanku.
"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan adikku?" Tanya Mozes, ingin tahu. Ia menyeruput kopi panas yang baru saja ia buat itu dengan tenang. Kuperhatikan dia baik-baik, bagaimana pun juga aku harus menghargai Mozes sebagai kakak Faith.
"Semuanya berjalan dengan baik, seperti yang kaulihat sendiri. Dia sangat baik-baik saja jika ia terus bersamaku. Memang apa yang kaukhawatirkan?" Mozes menggeser cara duduknya lalu ia berdeham.Aku harus jujur, jika aku tidak menyukai seseorang aku terpaksa harus membunuhnya. Atau paling tidak aku menyakitinya. Dan Mozes. Mozes bertingkah seperti memancingku ingin menyayat-sayat tubuhnya dengan pisau dapur. Namun aku teringat Faith yang berada di dalam kamar, dan tidak mungkin juga aku dapat membunuh kakak kekasihku sendiri. Itu akan membuat Faith membenciku, tentunya. Tuhan, aku sangat ingin membunuhnya.
"Tidak, aku hanya ...kau tahulah, dia satu-satunya keluargaku yang ada di dunia ini. Jika kau menyakitinya, aku tidak tahu, teman. Aku terpaksa harus menjauhkanmu dari Faith. Ia termasuk gadis yang mudah tersakiti dan sangat peka. Jadi, jangan permainkan hati adik kecilku," ucapnya mengancamku. Aku terkekeh mendengar ucapannya, lucu. Lucu karena itu tidak mungkin terjadi. Aku mungkin tidak pernah mempermainkan hati wanita, tapi jika aku tidak menginginkannya lagi, terpaksa aku harus menjauhkan dirinya dariku meski wanita itu terus bersungut-sungut padaku untuk mencoba hubungan kami kembali. Tapi tetap, aku tidak ingin mengambil resiko untuk menjadikannya sebagai korban selanjutnya.
"Tentu," ucapku mengangguk satu kali. Tepat saat aku mengangguk, Faith keluar dari kamarnya dengan kemeja kotak-kotak berwarna ungu dan celana jins pendek selutut. Baru pertama kali aku melihatnya memakai celana pendek selutut. Well, jujur saja, ia sangat cocok memakai pakaian seperti itu. Ia bukan seperti wanita berumur 23 tahun lagi, ia terlihat lebih muda.
"Hei, Faith. Bagaimana keadaan tanganmu?" Tanya Mozes menganggukkan kepalanya. Faith mengelus-elus tangannya yang memiliki tanda biru keunguan di sekitar pergelangan tangan. Kemudian Faith dengan manjanya terduduk di atas salah satu ujung lutut Mozes dengan mulut yang cemberut. Melihat wajahnya seperti itu, ia tampak sangat menggemaskan. Bahkan hanya dengan melakukan seperti itu membuatku ingin menyentuh dirinya kembali. Jika orang awam mendengar ucapanku seperti itu, pasti ia memandangnya itu adalah pemikiran yang cukup gila.
"Hanya nyeri di bagian pergelangan tanganku," gumamnya menatapi kedua tangannya yang memiliki garis ungu kebiru-biruan melingkar di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGHT MISTAKES | Herren Jerk
FanficJustin membutuhkan seorang submissive. Dia bertemu dengan seorang gadis polos bernama Faith Edwina. Sebenarnya Justin adalah seorang psikopat yang kejam. Justin meminta Faith untuk tinggal di rumahnya karena ada sesuatu hubungan antara ibu Faith de...