3. Pulang Bersama

6 1 0
                                    

Aydin masih terdiam di tempatnya, Akaranya memberi pinjaman jaket, hatinya menjerit, senyumnya tak tertahan. Akara yang melihat pun hanya mendengus dengan kesal.

"Budek?"

Aydin tersadar dari lamunannya. "Ha? Eh engga, aduh damage nya bang langsung kena mental," celetuk Aydin cengengsan.

Ia pun mengambil jaket pemberian Akara. Dan langsung menempatkan diri di jok belakang motor Akara.

"Udah?"

"Udah kok, eh kamu nanti kalau kedinginan gimana?" Kata Aydin dengan khawatir.

Akara diam, tidak menjawab. Mungkin karena suara Aydin yang tidak sekeras derasanya hujan dan akhirnya tidak tersampaikan ke telinga Akara atau bisa jadi Akara mengabaikan Aydin.

Aydin pun tak habis akal, dia melingkarkan kedua lengan tangannya ke pinggang Akara. Akara terkejut dan berhenti.

"Ngga usah peluk!" Ketus Akara.

"Itung-itung latihan beb, besuk kalau kita udah sah kita tiap hari kayak begini,"

Akara sudah hapal kelakuan Aydin yang bikin darah tinggi. Tapi, kali ini Akara membiarkannya. Bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman, tak ada yang melihat itu semua. Kecuali dirinya dan Allah.

Akara melajukan motornya dengan kencang, Aydin semakin mengeratkan pelukannya. Aydin merasa bahagia kali ini, dirinya merasa kalau Akara sudah mulai menerima dirinya.
Asyik dengan lamunanya, Aydin tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di halaman rumah Akara. Aydin pun bingung.

"Loh ini bukan rumah aku Akara,"

"Masuk!"

"Anterin pulang dulu, baju aku basah semua---"

"Akara astagfirullah, cepetan masuk!" Teriak seorang wanita, yang tak lain adalah ibu Akara-- Bunda Kirana.

Akara pun masuk diikuti oleh Aydin. Aydin canggung, baru kali ini bertemu oleh bundanya Akara. Dirinya takut kalau bundanya Akara berpikiran yang tidak-tidak mengenai dirinya. Bunda Kirana yang melihat itu tersenyum maklum.

"Siapa ini cantik banget, pacarnya Akara ya?"

"Calon Tante"

"Bukan!"

Jawab Akara dan Aydin bersamaan. Bunda Kirana hanya menggelengkan kepalanya.

"Panggil bunda aja, biar sama kayak Akara, yaudah kalian ganti baju gih. Akara ambilin baju bunda buat..." bunda Kirana tidak meneruskan perkataanya karena dirinya lupa menanyakan siapa nama gadis cantik yang dibawa oleh anaknya.

"Aydin, Bund." Sahut Aydin.

"Oh iya Aydin namanya cantik seperti orangnya," kata bunda Kirana sambil mengelus pucuk kepala Aydin. Akara mendengus, dan melengos begitu saja.

Aydin pun membuntuti Akara.

"Ngapain?"

"Kan tadi bunda nyuruh ganti baju."

"Ck," decak Akara.

"Jangan cuek-cuek ah, jadi tambah cinta," celetuk Aydin dengan tawanya.

Akara pun lebih dulu mandi dan berganti baju. Sedangkan Aydin menunggu di kursi dekat jendela kamar Akara. Dirinya melihat hujan yang masih begitu deras turun. Dia pun teringat belum mengabari mama nya. Aydin pun segera mengambil handphone dan menelpon mamanya agar tidak khawatir.

Halo ma?

Aydin, masih ingat punya mama ya!
Dari tadi mama sama papa nungguin
kamu pulang, malah ngga pulang-pulang!

Maaf ma Aydin lupa, ini
Aydin dirumahnya Akara tadi
Aydin pulang sama dia. Terus
hujannya deras banget aku
dibawa ke rumahnya deh.

Bilang dong dari tadi kalau sama
calon mantu ganteng. Bilangin terima
kasih dari mama.

Iyaa mama bawel.

Panggilan berakhir bersamaan dengan keluarnya Akara dari kamar mandi. Dia pun mengambilkan handuk baru untuk Aydin. Aydin menerima dan masuk ke kamar mandi.

"Akara, aku pakai baju apa ini?" Teriak Aydin dari dalam kamar mandi.

"Depan pintu,"

"Aku mau ngambil, kamu jangan ngintip ya!"

"Ngga doyan,"

"Ih dasar, belum tau aja." Aydin mendengus. Dia pun seger amengambil baju dan memakainya. Saat keluar dirinya terkejut melihat ada Akara dan satu cowok lagi.

"Astagfirullah bang kamu bawa siapa gue aduin ke ayah ya, lo bawa cewek ke kamar." Teriak Leo. Aydin terkejut.

Bunda Kirana yang mendengar itu langsung menuju kamar Akara.

"Leo kamu ngapai teriak-teriak," kata bunda Kirana marah.

"Bund, bang Akara bawa cewek ke kamarnya," sambil menunjuk ke arah Aydin yang masih mengatur detak jantungnya akibat terkejut.

"Dia itu Aydin temannya abang kamu, eh calon mantu nya bunda," kata bunda Kirana dengan cengengesa.

Leo tersenyum jahil. "Oalah pacarnya abang, bilang dong aku kira Abang ga doyan cewek hahahaha."

"Keluar," usir Akara pada Leo.

"Yuk bund kita keluar, abang mau berduaan sama kak Aydin." Akara melotot tajam ke arah Leo dan dibalas dengan cengengesan.

"Kalau udah selesai cepat turun, makan bareng-bareng, kalian pasti lapar kan habis hujan-hujan," suruh bunda Kirana kepada Akara dan Aydin. Akara pun hanya membalas dengan anggukan saja.

"Iya bunda terima kasih," sahut Aydin.

✌️✌️✌️

Mereka pun selesai dan segera turun untuk makan bersama. Aydin terkihat canggung, keberaniannya tiba-tiba menghilang, karena di ruang makan itu terdapat sosok ayah Akara. Dirinya takut dicap buruk oleh ayah Akara. Akara yang melihat itu pun segera mengeluarkan perkataan.

"Santai aja,"

"Bebeb Akara kalau perhatian gini tambah manis, jadi tambah cinta akunya," sahut Aydin, Akara mendengus dia berpikir lebih baik tadi diam saja daripada berkata kepada Aydin si gadis gila ini.

"Oh ini calon mantunya bund? Cantik banget makanya si Akara mau ngajak ke rumah, padahal mah ngga pernah yang namanya bawa cewek ke rumah." Tiba-tiba sang tuan rumah menyahut dia adalah ayah Akara-- Fernando.

"Bisa aja om,"

"Panggil ayah saja calon mantu," sahut ayah Akara.

"Hehe iya, Yah." Akara hanya mendengus dengan kesal. Dirinya sangat tidak suka jika sudah dipojokkan seperti ini.









Haii semuaaa, sehat-sehat kan kalian di rumah? Harus sehat dong.

Gimana cerita part kali ini? Semoga ada perkembangan ya, dan jangan bosan-bosan sama ceritaku, terima kasih sudah membaca.

Tunggu kelanjutan cerita ini. Bye bye

AKARA & AYDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang