Semuanya makan dengan tenang, tak sedikit adik dari Akara membuat lelucon untuk mencairkan suasana. Aydin masih sedikit canggung berada di tengah-tengah keluarga Akara. Jiwa nya yang pecicilan tiba-tiba lenyap.
Akhirnya mereka pun menyelesaikan kegiatan makannya. Dan Aydin berniat membantu bunda Akara untuk membersihkan meja makan dan juga mencuci piring.
Aydin berdiri dari tempat duduknya untuk mengambil piring-pring kotor. "Biar bunda aja," kata bunda Akara sambil tersenyum.
"Biar Aydin bantu, Bund." Aydin kekeh untuk membantu membersihkan. Dia pun mengambil piring-piring kotor tersebut dan membawanya ke tempat cuci piring. Akara yang melihat itu sedikit menyunggingkan senyum tipis.
"Yah, Bund, Abang senyum sambil lihat kak Aydin," teriak Leo sambil tertawa.
Ayah Akara langsung menoleh ke arah Akara, dan Akara pun langsung menormalkan wajahnya menjadi judes. "Oh jadi anak ayah sama bunda terpesona ya sama Aydin," kata Fernando sambil terkekeh.
Aydin yang mendengar pekikkan Leo sontak menahan senyumnya, pipinya sudah memerah. Hal itu tak luput dari pandangan ibu Akara--Kirana.
"Aydin emang habis mandi pakai blash on ya?"
"Eh engga, Bund."
"Kok pipi nya merah gitu, jadi tambah lucu," kata bunda Akara sambil terkekeh. Ada-ada saja anak muda jaman sekarang.
Semuanya sontak tertawa melihat Aydin yang sudah mati-mati an menahan malu. Ini semua gara-gara Leo. Aydin pun segera membantu bunda Kirana mencuci piring.
"Emm... Sepertinya hujannya udah reda," bisik Aydin kepada Akara.
"Ayo!"
"Loh, mau kemana?" Tanya Fernando ayah Akara.
"Mau pulang, Yah. Hujannya udah reda, takut nanti hujan lagi. Aydin pamit ya, Yah, Bund, Leo." Pamit Aydin kepada kedua orang tua Akara tak lupa juga Leo.
"Akara hati-hati naik motornya, ngga usah ngebut, sampaikan salam ayah sama bunda ke orang tua kamu ya, Nak."
"Siap bunda," sahut Aydin kepada bunda Akara.
Hening tercipta di tengah-tengah kegelapan malam. Hujan sudah reda, hawa dingin merasuk melalui sela-sela jaket yang mereka kenakan. Aydin masih melamun mengingat bahwa Akaranya memberikan pinjaman jaket, wangi maskulin menusuk indra penciuman Aydin. Akara melirik ke arah spion dan terpampang wajah Aydin yang senyum-senyum tidak jelas. Akara berpikir apakah efek dirinya meminjami Aydin jaket separah itu, hingga membuat seorang Aydin senyum-senyum sendiri. Akara menggelengkan kepalanya pelan.
"Alamat?" Tanya Akara memecah keheningan yang tercipta.
Aydin belum paham atas satu kata yang baru saja diucapkan sosok Akara. "Alamat apaan?"
"Lo."
"Oalah aku lupa ngasih tau kamu alamat rumahku hehe," balas Aydin cengengesan. Akara hanya berdecak mendengar penuturan Aydin.
"Di Jl. Melati blok C Nomor 13." Aydin berkata dengan semangat, Akara mengganggukan kepalanya.
"Akara?"
"Hm," sahut Akara dengan deheman.
"Udah suka belum?"
"Suka?" Tanya Akara kebingungan.
"Iya, udah suka gue belum?"
"Gak!"
"Masih lama ya sukanya? Tapi yaudah deh aku mah rela nunggunya."
"Terserah!"
"Ih kurang asem emang ya lu!" Kata Aydin sambil memukul bahu Akara. Akara hanya mengaduh. Tak terasa perjalanan yang semula hening sedikit terisi oleh suara-suara Aydin yang selalu menanyakan berbagai hal kepada Akara, sedang Akara sudah merasakan panas di telinganya. 15 menit berlalu akhirnya sampai di rumah Aydin.
"Akara ayo masuk dulu,"
"Langsung aja!"
"MASUK DULU!" Kata Aydin dengan keras.
Kedua orang tua Aydin stang mendengar teriakan putri tercintanya langsung berlari keluar. "Aydin ngapain teriak-teriak?" Kata Kusuma--papa Aydin.
"Malu-maluin emang, ada calon mantu ganteng juga," kata mama Aydin sambil tersenyum ke arah Akara. Akara pun membalas dengan senyum tipisnya.
"Oh ini yang namanya Akara, ganteng sih tapi lebih gantengan papa," kata papa Aydin tersenyum bangga. Beda hal dengan mama Aydin dan juga Aydin hanya mendengus dengan kesal, papanya ini memang narsis selalu narsis.
"Ayo masuk dulu, Bro!" Ajak papa Aydin sambil merangkul pundak Akara. Cobaan apa ini ya Allah di tengah-tengah keluarga absurd~batin Akara.
Mereka semua pun masuk dan berbincang di ruang tamu. Akara hanya menanggapi seadanya, dirinya benar-benar tidak bisa berkata panjang lebar. "Akara ini orangnya pendiem ya ternyata," sahut mama Aydin yang baru saja membuat minum dari arah dapur.
"Kayak papa kan, Ma?"
"Mana ada, papa ini ngga bisa diam. Banyak aja tingkahnya pusing mama liat papa!"
"Tapi sayang kan?" Goda papa Aydin sambil menarik turunkan kedua alisnya.
"Mama sama papa ini ngga punya malu apa gimana sih? Ini ada bebeb Akara loh!" Sungut Aydin yang sudah jengah melihat papa dan mama nya selalu pamer kemesraan.
"Loh ya gapapa, itung-itung latihan kalian berdua, besuk kalau sudah sah kayak mama sama papa," balas papa Aydin.
Akara hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dirinya benar-benar bingung harus melakukan apa. "Tuh bebeb Akara dengerin, besuk kita kayak mama papa aku!" Kata Aydin dan dibalas lirikan tajam oleh Akara.
"Em maaf om tante, Akara ijin pulang udah mau malam," pamit Akara.
"Eh manggilnya papa mama dong bir sama kayak Aydin kan kamu calon mantu." Sahut mama Aydin sambil membungkus beberapa cemilan agar dibawa pulang oleh Akara.
Akara hanya mengangguk dan memberikan senyuman tipis. "Nih dibawa sebagai rasa terima kasih udah nganterin Aydin pulang, sekalian orang tua kamu suruh makan itung-itung pengenalan calon besan." Akara enggan menerima tapi dirinya juga tidak enak jika tidak menerima pemberian mama Aydin.
Aydin pun mengantarkan Akara sampai ke depan. "Makasih ya Akara, maaf ngerepotin, jadi suka akunya, hehe." Aydin berkata sambil tersenyum sok malu-malu padahal mah suka.
"Iya."
"Gitu doang?"
"Apanya?"
"Jawabnya masa cuman iya, harusnya gini, iya Aydin cantik sama-sama besuk aku anterin pulang lagi,"
"Males banget!" Ketus Akara.
"Ih jahat bener jadi orang untung sayang, kalau ngga sayang udah aku gampar tuh muka kamu. Eh tapi sayang, muka kamu ganteng masa aku gampar nanti jadi hilang dong---"
"Bye!" Akara langsung berlalu dari hadapan Aydin, bisa gila dirinya mendengarkan ocehan tidak berguna dari mulut Aydin.
"Belum juga selesai ngomong udah ditinggal emang nasib anak cantik gini amat,"
Apa kabar semua? Baik kan kabarnya, stay safe ya, tetap jaga kesehatan.
Terima kasih sudah mampir di ceritaku. Maaf kalau masih banyak salah-salahnya hehe.
Sampai bertemu di part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA & AYDIN
RomanceTernyata untuk mencairkan hati seseorang yang sudah terlanjur dingin tidak semudah itu. Apalagi memang itu sudah bawaan seseorang sejak mereka tercipta di bumi. Tapi, yang ku rasa dirinya berbeda, dia dingin tapi menghangatkan. Bagaimana ya aku bis...