25

7.1K 706 34
                                    

Sekarang sudah mulai giliran rombongan kedua untuk memulai jelajah desa, itu tandanya kelas Chika dan Ara yang akan berjalan. Semua anak kelas Ara dan Chika membaur layaknya satu kelas karena memang sudah dekat satu sama lain. Sedangkan, Ara berada di barisan paling belakang, dirinya masih kesal dengan Chika. 

"Kemaren-kemaren aja sapa yang bilang ga mau pisah, giliran digabung seneng aja ngga," gumam Ara dengan diri sendiri.

Semua anak terlihat senang dan saling bertukar candaan sehingga perjalanan terasa begitu menyenangkan dan cepat. Namun lain dengan Ara karena sekarang dirinya berada di belakang dengan perasaan yang sangat kesal. Ara masih saja berguman tidak jelas dan sesekali menendang bebatuan kecil yang menghalangi jalannya. Chika yang berada di depan perlahan-lahan melambatkan jalannya agar dirinya dapat berada di sebelah kekasihnya. Selama perjalanan Chika melihat bahwa kekasihnya ini kesal dan itu sangat membuatnya gemas. Sifat Ara yang berubah menjadi kekanakan saat kesal snagat membuat Chika gemas. 

Tak butuh waktu lama kini Chika sudah tepat berada disebelah kekasihnya itu. Ara sedari tadi hanya menunduk sambil berjalan mengikuti langkah kaki anak di depannya tidak menyadari bahwa sekarang disebelahnya telah ada Chika. Masih saja belum sadar akhirnya Chika menggandeng tangan Ara sampai membuat empunya terkejut bukan main. Ara langsung menoleh ke arah orang yang berada disebelahnya. Senyumnya langsung tercipta kala melihat siapa yang sedang berada disebelahnya dan sedang menggandeng tangannya.

"Katanya gamau jalan sama aku,"

"Ada yang bilang gamau?" tanya Chika memperjelas.

"Kamu,"

"Ih orang kamu yang langsung pergi gitu aja kok,"

"Ah masa iya?" ucap Ara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dasar bocil," ejek Chika pada Ara.

"Bocil bocil gini kamu suka kan?"

"Kalo ga suka kemaren waktu kamu cium ngga bakal aku bales," bisik Chika pada telinga Ara.

"Hustt.. pada denger ntar orang-orang," panik Ara sambil melihat keadaan.

Chika yang melihat kekasihnya itu panik langsung tertawa. 

"Ga ada yang dengar sayang," bisik Chika lagi.

"Stop ih, ntar aku ga kuat jalan,"

"Kenapa?"

"Mleyot kamu panggil sayang," bisik Ara pada Chika.

Chika yang mendengar itu kembali tertawa dan dengan tiba-tiba mencium pipi Ara karena sudah tidak tahan dengan kegemasan Ara. Andai saja saat ini dia dan Ara hanya berdua mungkin ciuman itu tidak akan mendarat di pipi. Melainkan di, ya pasti kalian juga akan tahu bukan?

*****

Tak terasa semua tantangan di setiap pos saat jelajah desa sudah mereka lewati. Ara dan Chika masih terus bergandengan tangan dan sesekali memprlihatkan kasih sayang satu sama lain. Senyum mereka berdua tidak pernah pudar saat melakukan kegiatan jelajah desa. Bagaimana tidak, mereka merasa bahwa seluruh dunia ini milik mereka berdua dan yang lain hanya mengontrak. 

"Dahlah males bucin mulu heran," sirik Eli yang melihat temannya berduan terus.

"Brisik ih," sewot Chika.

"Tau tuh tang mentang dijadiin satu malah ngebucin," kesal Dey karena terpisah dengan pujaan hatinya.

"Gini nih sob, kalo ada kesempatan tuh lebih baik digunakan semaksimal mungkin. Salah satunya ya ini," ucap Ara sambil memamerkan tangannya yang sedang menggenggam tangan Chika.

Kamu, Milikku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang