Air Mata Pengantin

34 3 0
                                    

"Cantik. Sangat cantik." Aku berdiri di depan cermin.
Ibu menatapku haru, air mukanya begitu bahagia saat melihatku mengenakan gaun merah muda itu.

Gaun merah muda yang serupa gamis biasa jika orang melihatnya, jauh dari kesan mewah, tidak ada kemilau aksesoris apa pun di setiap potongan helai bahannya, sederhana.

Gaun merah jambu itu adalah gaun pengantin yang ibu kenakan pada pernikahannya dengan ayah 25 tahun yang lalu. Meski modelnya tampak usang, tapi bahannya masih bagus terawat, lembut dan harum.

"Maaf ya, nak. Uangnya tidak cukup untuk membeli gaun baru. Tabungan ibu hanya cukup untuk merenovasi ruang tamu."

"Tidak apa-apa, bu. Lagi pula aku memang ingin memakai gaun itu."

"Kenapa? Kenapa kau tolak tawaran calon suamimu untuk membeli yang baru?"

"Kalau ada yang lama, mengapa harus menggantinya dengan yang baru?"

"Kamu memang anak ibu yang pintar."

Seminggu berlalu.
Tiba saatnya prosesi pernikahan yang sakral. Aku mengenakan gaun merah muda pemberian ibu, menunggu dipanggil di balik jendela kamarku, sambil menatap tanaman hias yang baru kubeli beberapa minggu lalu.

Sangat jelas terdengar suara ijab kabul di luar, disusul dengan tepuk tangan beberapa orang. Sekarang aku telah sah menjadi seorang istri, air mataku menetes di pipi.

"Cantik. Sangat cantik. Apa namanya?" Ibu menghampiriku.
"Air mata pengantin." Sambil tersenyum kujawab pertanyaan ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang