1. The Boy

1.9K 128 8
                                    

"Nar, sifat cowo itu kadang susah ditebak. Mungkin sekarang dia mohon ampun sama lo, tapi saat dia udah dapet lo, apa dia akan terus ngelakuin lo kaya ratu?"

Gue membuang napas dan bersandar pada kursi. Cafe yang kami datangi gak terlalu ramai. Dari semua meja hanya 4 yang terisi termasuk yang gue dan Joy duduki.

"Gue bingung. Haechan selalu chat gue terus bilang bakal nunggu gue buka hati ke dia, tapi gue udah bilang gue gak akan pernah suka sama dia sampe kapan pun."

Gue menahan erangan. Berani bersumpah kalau sekarang gue agak sedikit stress karena Haechan yang selalu nganggu pikiran.

Gue selalu menganggap dia itu laki - laki dewasa yang ngerti sama perasaan temannya termasuk gue. Tapi ternyata, Haechan udah lama suka sama gue dan dia tetap diam nunggu walaupun terlihat cuek. Cuma- plis ini gue. Gue jadi ngerasa gak enak.

Joy naruh minumannya, kembali fokus sama gue. "Ngeri serius. Tapi kalau emang lo nya gak mau, yaudah lo juga cuek aja. Selagi dia gak ganggu hidup lo, kaya berubah jadi stalker misalnya. Gak kan?"

"Iya gue tau. Gue bersyukur Haechan gak sampe segitunya. Tapi kalau terus - terusan dia chat, bisa gue blokir juga nomornya. Udah capek gue dikejar mulu."

Mendecak, Joy malah nahan tawa melihat gue sekarang. "Kasihan amat lo, Nara. Giliran udah dikejar sama cowo yang pasti, lo nya malah ngejar cowo yang gak pasti."

"Dimana - mana juga gitu kali. Makanya banyak yang jomblo di dunia ini."

"Sori, gue enggak. Kalau gitu gue pergi duluan. Sungjae nungguin. Bue."

Menatap kesal, pada akhirnya juga gue membiarkan Joy pergi yang katanya mau kencan sama si pacar.

Gue mengadahkan kepala, rasanya pusing mikirin hal kemarin waktu Haechan ke rumah gue cuma untuk bawain cemilan sama makan malam.

.

Hari ini gue merasa beruntung karena satu dosen gak masuk bikin gue pulang ngampus lebih awal.

Gak cuma sendiri, gue malah ngantri giliran untuk nulis absen mau lembur di ruang senior yang udah jadi asisten dosen. Beberapa cewe disana asik bergosip sambil ketawa.

Kelihatan bahagia bicarin orang. Gue sendiri malah nyender ditembok sambil meluk beberapa buku yang gue bawa ditangan.

"Eh- wtf Jeno!"

"Lee Jeno bangke-"

"Ha?!!"

Gue mengerutkan dahi karena mereka nahan teriak sambil sebut nama Jeno. Cowo yang gue sukain diam - diam selama hampir sebulan.

Karena gue penasaran, gue noleh ke belakang— membuat pupil gue membesar karena Jeno udah tepat dibelakang gue.

Gue gak mendongak, cuma diam natap dadanya yang pas banget diwajah gue. Dengan kaku gue kembali menghadap depan.

Nelan saliva pun rasanya susah sekarang.

"Lo Nara, kan?"

Gue langsung menoleh cepat ke dia. Mastiin kalau gue gak salah denger Jeno nyebut nama gue.

"Ehm. K-kenapa?"

Jeno nunjukin HPnya dan dia kasih ke gue. "Gue minta nomor lo."

Bibir gue terbuka. Gue noleh ke depan lagi karena cewe - cewe disana nahan pekikan iri atau semacamnya. Karena gue merasa malu, gue menggeleng sedikit dan niat mau pergi.

—tapi Jeno nahan tangan gue dan ambil satu buku gue ditangan.

"Buat alasan untuk ketemu lo lagi."

 PRECIOUS BOY | LEE JENOWhere stories live. Discover now